Bupati Mamuju bantah pukul Fendra
A
A
A
Sindonews.com - Tiga saksi yang berada di dalam rujab Bupati Mamuju membantah telah terjadi pemukulan terhadap Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrat Majene, Fendra, oleh Bupati Mamuju, Suhardi Duka, pada Rabu 30 Juni lalu.
Mereka yang berada di Tempat Kejadian Perkara (TKP) adalah teman kuliah Suhardi di Unair Surabaya Herman Callo, kontraktor Abu Badjeber dan Kepala ULP Pemkab Mamuju Suaib.
Abu yang disebut-sebut Fendra mengetahui persis kejadian membantah telah terjadi pemukulan dan penodongan. Dia bersama dua orang lainnya duduk tidak jauh dari tempat Fendra dan Suhardi Duka.
Perbincangan antara Fendra dan Suhardi Duka berlangsung sekitar 10 sampai 15 menit. Cukup singkat karena Suhardi akan segera menuju Desa Tarailu Kecamatan Sampaga untuk sebuah kegiatan.
"Logikanya kenapa harus seorang Bupati memukul? Dan kalau ada, kami pasti melerai. Yang terjadi, sekitar pukul 13.00 WITA Fendra datang dan dibukakan pintu oleh Herman Callo. Fendra kemudian dipersilahkan duduk dan mengambil tempat di ujung ruang tengah pendopo, sedang kami berada di ujung lainnya. Selang beberapa saat, Bupati memanggil Fendra terjadilah dialog. Kami bertiga pun kembali ke pembicaraan seputar kegiatan di Tarailu," ungkapnya Minggu (3/6/2012) di tempat usahanya Warung kopi Phoenam.
Kedatangannya ke pendopo berkaitan dengan penandatangan berkas sebuah yayasan. Tidak ada kaitannya dengan kegiatan di Tarailu maupun urusan Fendra. Kesannya terhadap kedatangan Fendra ke pendopo pun biasa saja, karena pembicaraan singkat itu biasa terjadi.
Kedekatannya dengan Fendra membuat namanya yang bisa disebut sebagai saksi. Soal ini dia mengaku tidak keberatan karena memang berada di lokasi.
Demikian juga dengan Herman Callo yang datang ke pendopo hanya untuk mengkonfirmasi keberangkatannya ke Surabaya.
"Waktu itu saya melihat Fendra di luar dan membukakan pintu. Kami duduk di ruang sebelah utara, jadi Fendra masuk dari pintu samping yang sebelah utara itu. Dia kemudian dipersilahkan masuk oleh Suhardi. Fendra langsung menuju ruang tengah sebelah timur. Jadi kami duduk berjauhan," katanya.
Selang beberapa saat, lanjut Herman, Suhardi menyimpan sebuah map dan mempersilahkan Fendra duduk di ruang tengah. Suhardi menghadap ke utara, sedang Fendra menghadap ke arah timur. Sekitar 15 menit kemudian, nampak keduanya berjabat tangan dan saling berrangkulan.
"Sebuah kalimat yang sempat saya dengar dari Suhard Duka adalah soal komitmen. Suhardi juga mengaku tidak suka dikhianati. Kalimat itu diucapkan dua kali. Setelah itu saya kembali mengantarnya sampai di pintu. Saya sempat ucapkan selamat pada Fendra," katanya.
Dia membantah telah menelpon Fendra untuk datang ke pendopo. Komunikasi antara dia dan Fendra sudah terjalin lama.
Komentar serupa diungkapkan Suaib. Ditegaskan, tidak ada keributan sekecil apapun dalam pertemuan antara Fendra dan Suhardi Duka.
Sementara Suhardi Duka yang berhasil dihubungi membantah telah memukul dan menodong Fendra. Melalui pesan singkatnya, Suhardi menegaskan, dia akan menuntut balik karena masalah ini jelas-jelas pembunuhan karakter.
"Ini betul-betul pembunuhan karakter. Saya dituduh memukul," katanya yang sedang berada di Jakarta.
Rencana menuntut balik ini dibenarkan kuasa hukumnya, Hatta Kainang. Dalam waktu dekat, dia akan melaporkan Fendra.
Informasi ini masih perlu dibuktikan di lapangan. Sebab Fendra mengaku ketiga saksi itu sudah pasti akan memberatkan dirinya atau bahkan tidak mau bersaksi. Dia menuding ketiganya orang dekat Suhardi. Dari data yang berhasil dihimpun di lapangan, Polres Mamuju sudah melakukan investigasi lapangan di Pendopo.(azh)
Mereka yang berada di Tempat Kejadian Perkara (TKP) adalah teman kuliah Suhardi di Unair Surabaya Herman Callo, kontraktor Abu Badjeber dan Kepala ULP Pemkab Mamuju Suaib.
Abu yang disebut-sebut Fendra mengetahui persis kejadian membantah telah terjadi pemukulan dan penodongan. Dia bersama dua orang lainnya duduk tidak jauh dari tempat Fendra dan Suhardi Duka.
Perbincangan antara Fendra dan Suhardi Duka berlangsung sekitar 10 sampai 15 menit. Cukup singkat karena Suhardi akan segera menuju Desa Tarailu Kecamatan Sampaga untuk sebuah kegiatan.
"Logikanya kenapa harus seorang Bupati memukul? Dan kalau ada, kami pasti melerai. Yang terjadi, sekitar pukul 13.00 WITA Fendra datang dan dibukakan pintu oleh Herman Callo. Fendra kemudian dipersilahkan duduk dan mengambil tempat di ujung ruang tengah pendopo, sedang kami berada di ujung lainnya. Selang beberapa saat, Bupati memanggil Fendra terjadilah dialog. Kami bertiga pun kembali ke pembicaraan seputar kegiatan di Tarailu," ungkapnya Minggu (3/6/2012) di tempat usahanya Warung kopi Phoenam.
Kedatangannya ke pendopo berkaitan dengan penandatangan berkas sebuah yayasan. Tidak ada kaitannya dengan kegiatan di Tarailu maupun urusan Fendra. Kesannya terhadap kedatangan Fendra ke pendopo pun biasa saja, karena pembicaraan singkat itu biasa terjadi.
Kedekatannya dengan Fendra membuat namanya yang bisa disebut sebagai saksi. Soal ini dia mengaku tidak keberatan karena memang berada di lokasi.
Demikian juga dengan Herman Callo yang datang ke pendopo hanya untuk mengkonfirmasi keberangkatannya ke Surabaya.
"Waktu itu saya melihat Fendra di luar dan membukakan pintu. Kami duduk di ruang sebelah utara, jadi Fendra masuk dari pintu samping yang sebelah utara itu. Dia kemudian dipersilahkan masuk oleh Suhardi. Fendra langsung menuju ruang tengah sebelah timur. Jadi kami duduk berjauhan," katanya.
Selang beberapa saat, lanjut Herman, Suhardi menyimpan sebuah map dan mempersilahkan Fendra duduk di ruang tengah. Suhardi menghadap ke utara, sedang Fendra menghadap ke arah timur. Sekitar 15 menit kemudian, nampak keduanya berjabat tangan dan saling berrangkulan.
"Sebuah kalimat yang sempat saya dengar dari Suhard Duka adalah soal komitmen. Suhardi juga mengaku tidak suka dikhianati. Kalimat itu diucapkan dua kali. Setelah itu saya kembali mengantarnya sampai di pintu. Saya sempat ucapkan selamat pada Fendra," katanya.
Dia membantah telah menelpon Fendra untuk datang ke pendopo. Komunikasi antara dia dan Fendra sudah terjalin lama.
Komentar serupa diungkapkan Suaib. Ditegaskan, tidak ada keributan sekecil apapun dalam pertemuan antara Fendra dan Suhardi Duka.
Sementara Suhardi Duka yang berhasil dihubungi membantah telah memukul dan menodong Fendra. Melalui pesan singkatnya, Suhardi menegaskan, dia akan menuntut balik karena masalah ini jelas-jelas pembunuhan karakter.
"Ini betul-betul pembunuhan karakter. Saya dituduh memukul," katanya yang sedang berada di Jakarta.
Rencana menuntut balik ini dibenarkan kuasa hukumnya, Hatta Kainang. Dalam waktu dekat, dia akan melaporkan Fendra.
Informasi ini masih perlu dibuktikan di lapangan. Sebab Fendra mengaku ketiga saksi itu sudah pasti akan memberatkan dirinya atau bahkan tidak mau bersaksi. Dia menuding ketiganya orang dekat Suhardi. Dari data yang berhasil dihimpun di lapangan, Polres Mamuju sudah melakukan investigasi lapangan di Pendopo.(azh)
()