Setiap hari siswa SD Mbatakapidu jalan 16 KM
A
A
A
Sindonews.com - Menyusuri jalan panjang di bawah sinar mentari pagi saat kesekolah, sudah menjadi rutinitas anak-anak asal kampung Uhu Mutung dan Manurara, Desa Mbatakapidu, Kecamatan Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, NTT.
Mereka menempuhnya dengan berjalan kaki. Selain meniti jalan setapak mereka juga melewati jalan beraspal kasar yang membelah bukit dan padang sabana. Dalam sehari para siswa SD itu harus berjalan kaki sepanjang 16 kilometer (delapan kilometer pergi pulang).
Lelah dan letih sudah pasti menjadi menu harian mereka, seragam lusuh dan tak lengkap sudah menjadi kesehariannya. Namun semangat untuk belajar demi mencapai cita–cita dan masa depan yang lebih cerah, tak pernah luntur dari anak–anak desa ini.
"Saya dan kawan-kawan tipa hari ikut jalan ini kalu pergi dan pulang sekolah. Kami berangkat sekolah jam setengah tujuh, sampai sekolah jam tujuh lewat. Kalau pulang, kami sampai rumah jam tiga atau jam empat. Kami juga tidak bawa bekal, sudah biasa tahan lapar," jelas David dan Intan dua anak SD yang ditemui saat menyusuri jalan setapak ditengah padang sabana untuk pulang kerumah.
Hina Kapu Enda, Kepala sekolah (Kepsek) SD Masehi Mbatakapidu, tempat para anak ini menuntut ilmu menjelaskan, lebih dari 50 persen siswa/I di sekolahnya rumahnya jauh.
"Jaraknya sekitar 2 hingga lebih dari 8 kilometer dari sekolah. Namun demikian anak-anak tetap semangat untuk sekolah. Walau kadang-kadang ada anak yang lambat tiba sekolah, kami tetap berikan toleransi untuk mereka yang jauh," urainya.
Desa Mbatakapidu sebenarnya masuk dalam wilayah kecamatan Kota Waingapu (sekitar 20 km dari kota) namun sayangnya tak ada angkutan umum yang melayani desa ini. Yang ada hanyalah ojek, namun itupun jarang dan tarifnya maha, dikarenakan medan jalan yang panjang dan belum semuanya beraspal. (san)
Mereka menempuhnya dengan berjalan kaki. Selain meniti jalan setapak mereka juga melewati jalan beraspal kasar yang membelah bukit dan padang sabana. Dalam sehari para siswa SD itu harus berjalan kaki sepanjang 16 kilometer (delapan kilometer pergi pulang).
Lelah dan letih sudah pasti menjadi menu harian mereka, seragam lusuh dan tak lengkap sudah menjadi kesehariannya. Namun semangat untuk belajar demi mencapai cita–cita dan masa depan yang lebih cerah, tak pernah luntur dari anak–anak desa ini.
"Saya dan kawan-kawan tipa hari ikut jalan ini kalu pergi dan pulang sekolah. Kami berangkat sekolah jam setengah tujuh, sampai sekolah jam tujuh lewat. Kalau pulang, kami sampai rumah jam tiga atau jam empat. Kami juga tidak bawa bekal, sudah biasa tahan lapar," jelas David dan Intan dua anak SD yang ditemui saat menyusuri jalan setapak ditengah padang sabana untuk pulang kerumah.
Hina Kapu Enda, Kepala sekolah (Kepsek) SD Masehi Mbatakapidu, tempat para anak ini menuntut ilmu menjelaskan, lebih dari 50 persen siswa/I di sekolahnya rumahnya jauh.
"Jaraknya sekitar 2 hingga lebih dari 8 kilometer dari sekolah. Namun demikian anak-anak tetap semangat untuk sekolah. Walau kadang-kadang ada anak yang lambat tiba sekolah, kami tetap berikan toleransi untuk mereka yang jauh," urainya.
Desa Mbatakapidu sebenarnya masuk dalam wilayah kecamatan Kota Waingapu (sekitar 20 km dari kota) namun sayangnya tak ada angkutan umum yang melayani desa ini. Yang ada hanyalah ojek, namun itupun jarang dan tarifnya maha, dikarenakan medan jalan yang panjang dan belum semuanya beraspal. (san)
()