Gunung Api Dukono Halmahera meletus
A
A
A
Sindonews.com - Gunung Api Dokuno di kecamatan Galela Halmahera Utara, Maluku Utara, kembali meletus dan menyemburkan debu Vulkanik dengan ketinggian mencapai seribu limaratus meter dari kawah gunung. Letusan gunung terjadi pada Senin 28 Mei 2010 agi. Status gunung masih waspada level II.
Debu terpantau tertiup angin mengarah Selatan, dan jatuh di bagian Barat Kota Tobelo, Ibu Kota Halmahera Utara, jauh dari pusat kota dan tidak mengganggu aktifitas ekonomi. Semburan debu Vulkanik Dukono juga sempat menggangu aktivitas penerbangan di Bandara Gamar Malamo, di Kecamatan Galela.
"Bandara sempat kami tutup dari aktifitas penerbangan, karena banyaknya debu yang turun sehingga menggagu penerbangan. Namun sejak Minggu kemarin bandara di buka lagi karena debu kebanyakan mengarah ke Selatan, jauh dari bandara," kata petugas Bandara Gamar Malamo Jamber Fajar Santana, kemarin.
Data dari Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Pos Pengamatan Gunung Api Dokuno di Desa Mamuya, Kecamatan Galela Selatan, Halut, terjadi gempa tremor dan hembusan secara terus menerus, dengan amplitudo delapan sampai tiga puluh enam millimeter.
"Terjadi semburan asap disertai debu vulkanik, sejak pagi hingga siang. Kegempaan masih didominasi gempa tremor dan hembusan," kata Iwan Muhammad, kepala Pos Pemantau Gunung Api Dukono.
Warga dihimbau untuk tidak mendekati kawah gunung dalam radius tiga kilometer. Sementara itu sejumlah warga yang berada di kaki Gunung Dukono mengaku sudah terbiasa dengan erupsi gunung, yang sering mengeluarkan debu dan jatuh di pemukiman mereka.
Anton, warga Desa Mamuya mengatakan, Kami tidak takut lagi dengan letusan gunung Dokono. Kondisi seperti ini sudah biasa. Kami hanya berharap pemerintah membagikan masker dan bantuan makanan kepada kami, karena setiap debu gunung jatuh kami tidak bisa keluar rumah untuk bekerja.
Menurut Anton, selama ini pemerintah tdak pernah membagikan masker kepada mereka. Untuk keluar rumah, mereka terpaksa menggunakan kain seadanya untuk menutupi hidung agar tidak terhirup debu.
Pemerintah hanya berikan masker kepada warga yang ada di Kota Tobelo saja. Kami yang dikaki gunung sendiri tidak pernah diperhatikan. (san)
Debu terpantau tertiup angin mengarah Selatan, dan jatuh di bagian Barat Kota Tobelo, Ibu Kota Halmahera Utara, jauh dari pusat kota dan tidak mengganggu aktifitas ekonomi. Semburan debu Vulkanik Dukono juga sempat menggangu aktivitas penerbangan di Bandara Gamar Malamo, di Kecamatan Galela.
"Bandara sempat kami tutup dari aktifitas penerbangan, karena banyaknya debu yang turun sehingga menggagu penerbangan. Namun sejak Minggu kemarin bandara di buka lagi karena debu kebanyakan mengarah ke Selatan, jauh dari bandara," kata petugas Bandara Gamar Malamo Jamber Fajar Santana, kemarin.
Data dari Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Pos Pengamatan Gunung Api Dokuno di Desa Mamuya, Kecamatan Galela Selatan, Halut, terjadi gempa tremor dan hembusan secara terus menerus, dengan amplitudo delapan sampai tiga puluh enam millimeter.
"Terjadi semburan asap disertai debu vulkanik, sejak pagi hingga siang. Kegempaan masih didominasi gempa tremor dan hembusan," kata Iwan Muhammad, kepala Pos Pemantau Gunung Api Dukono.
Warga dihimbau untuk tidak mendekati kawah gunung dalam radius tiga kilometer. Sementara itu sejumlah warga yang berada di kaki Gunung Dukono mengaku sudah terbiasa dengan erupsi gunung, yang sering mengeluarkan debu dan jatuh di pemukiman mereka.
Anton, warga Desa Mamuya mengatakan, Kami tidak takut lagi dengan letusan gunung Dokono. Kondisi seperti ini sudah biasa. Kami hanya berharap pemerintah membagikan masker dan bantuan makanan kepada kami, karena setiap debu gunung jatuh kami tidak bisa keluar rumah untuk bekerja.
Menurut Anton, selama ini pemerintah tdak pernah membagikan masker kepada mereka. Untuk keluar rumah, mereka terpaksa menggunakan kain seadanya untuk menutupi hidung agar tidak terhirup debu.
Pemerintah hanya berikan masker kepada warga yang ada di Kota Tobelo saja. Kami yang dikaki gunung sendiri tidak pernah diperhatikan. (san)
()