Pencarian 2 nelayan hilang dihentikan
A
A
A
Sindonews.com - Setelah melakukan pencarian selama 12 hari, Tim Search and Rescue (SAR) terpaksa menghentikan pencarian dua nelayan Sibolga Erwin (22) dan Sarwedi (19) yang hilang akibat kecelakaan di tengah laut lepas Nias Selatan (Nisel), Sabtu 12 Mei 2012 lalu sekitar pukul 05.30 WIB.
“Sesuai kesepakatan bersama dengan pihak keluarga, hari ini Tim SAR sudah akan menghentikan pencarian terhadap kedua nelayan Sibolga tersebut,” kata Komandan Pangkalan Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut (Danlanal) Sibolga Letkol Laut (P) Ivan Gatot melalui Pasi Intel Kapten Laut (P) Arief S kepada SINDO di ruang kerjanya, Kamis (24/5/2012).
Kapten Arief mengatakan, selama melakukan pencarian, Tim SAR tidak hanya sebatas melakukan pencaharian di titik tenggelamnya kapal mesin kecil (sekoci/palung) yang ditumpangi kedua nelayan. Tim SAR juga bahkan melakukan pencarian hingga radius 5-15 mil dari titik kecelakaan hingga ke pulau-pulau sekitar.
“Tidak itu saja, Tim SAR juga sampai menyebarkan dengan cara menanyai warga dan nelayan. Hasilnya, tim SAR tetap tidak menemukan kedua nelayan tersebut,” ungkapnya.
Apakah kedua nelayan kemungkinan besar bisa selamat, menurut Kapten Arief, biasanya, jenazah seseorang yang tenggelam di laut, akan muncul kepermukaan selambat-lambatnya tiga sampai lima hari setelah kejadian. “Namun Tim SAR tidak menemukan itu,” paparnya.
NamunArief mengaku, di lokasi perairan laut itu terdapat beragam jenis ikan mulai yang berukuran kecil, sedang hingga besar. Salah satu di antaranya adalah ikan jenis Hiu. Sementara pada pagi sebelum kecelakaan atau kejadian itu kedua nelayan tersebut sedang melakukan aktivitas penangkapan ikan dengan cara penebaran jaring di laut.
“Tetapi itu pun, belum dapat kita pastikan,” ujar Arief.
Terkait kronologis kejadian, Arief menceritakan, pagi itu, kapal KM Mutiara 65 GT sedang melaksanakan penebaran jaring di perairan laut Simuk, Nias Selatan. Nahkoda kapal Abdullah Melayu menyampaikan kepada sekoci palung yang ditumpangi oleh kedua nelayan yang hilang tersebut untuk mendekat ke kapal induk (KM Mutiara). Namun, kapal palung tersebut seketika tenggelam.
“Nahkoda masih sempat melihat lampu kapal sekoci lalu seketika memerintahkan Wakil Nahkoda Ridwan Aritonang dan tukang lampu untuk melakukan pertolongan terhadap kedua korban. Namun kedua korban tidak ditemukan saat itu juga,” kata Arief.
Kemudian sambung Arief, Nahkoda memerintahkan ABK untuk menaikkan jaring lalu melakukan pencarian terhadap kedua korban dengan cara berputar-putar di tempatkejadian. Mulai dari titik palung 5-15 mil arah selatan selama tiga hari.
“Sementara itu, kita sendiri mendapatkan laporan sore hari setelah kejadian,” tandasnya.(azh)
“Sesuai kesepakatan bersama dengan pihak keluarga, hari ini Tim SAR sudah akan menghentikan pencarian terhadap kedua nelayan Sibolga tersebut,” kata Komandan Pangkalan Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut (Danlanal) Sibolga Letkol Laut (P) Ivan Gatot melalui Pasi Intel Kapten Laut (P) Arief S kepada SINDO di ruang kerjanya, Kamis (24/5/2012).
Kapten Arief mengatakan, selama melakukan pencarian, Tim SAR tidak hanya sebatas melakukan pencaharian di titik tenggelamnya kapal mesin kecil (sekoci/palung) yang ditumpangi kedua nelayan. Tim SAR juga bahkan melakukan pencarian hingga radius 5-15 mil dari titik kecelakaan hingga ke pulau-pulau sekitar.
“Tidak itu saja, Tim SAR juga sampai menyebarkan dengan cara menanyai warga dan nelayan. Hasilnya, tim SAR tetap tidak menemukan kedua nelayan tersebut,” ungkapnya.
Apakah kedua nelayan kemungkinan besar bisa selamat, menurut Kapten Arief, biasanya, jenazah seseorang yang tenggelam di laut, akan muncul kepermukaan selambat-lambatnya tiga sampai lima hari setelah kejadian. “Namun Tim SAR tidak menemukan itu,” paparnya.
NamunArief mengaku, di lokasi perairan laut itu terdapat beragam jenis ikan mulai yang berukuran kecil, sedang hingga besar. Salah satu di antaranya adalah ikan jenis Hiu. Sementara pada pagi sebelum kecelakaan atau kejadian itu kedua nelayan tersebut sedang melakukan aktivitas penangkapan ikan dengan cara penebaran jaring di laut.
“Tetapi itu pun, belum dapat kita pastikan,” ujar Arief.
Terkait kronologis kejadian, Arief menceritakan, pagi itu, kapal KM Mutiara 65 GT sedang melaksanakan penebaran jaring di perairan laut Simuk, Nias Selatan. Nahkoda kapal Abdullah Melayu menyampaikan kepada sekoci palung yang ditumpangi oleh kedua nelayan yang hilang tersebut untuk mendekat ke kapal induk (KM Mutiara). Namun, kapal palung tersebut seketika tenggelam.
“Nahkoda masih sempat melihat lampu kapal sekoci lalu seketika memerintahkan Wakil Nahkoda Ridwan Aritonang dan tukang lampu untuk melakukan pertolongan terhadap kedua korban. Namun kedua korban tidak ditemukan saat itu juga,” kata Arief.
Kemudian sambung Arief, Nahkoda memerintahkan ABK untuk menaikkan jaring lalu melakukan pencarian terhadap kedua korban dengan cara berputar-putar di tempatkejadian. Mulai dari titik palung 5-15 mil arah selatan selama tiga hari.
“Sementara itu, kita sendiri mendapatkan laporan sore hari setelah kejadian,” tandasnya.(azh)
()