Banjir bandang di Luwu, kerugian capai Rp300 M
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan (Sulsel) memperkirakan, total kerugian material akibat terjangan banjir bandang mencapai Rp300 miliar.
"Angka pastinya belum diketahui karena masih dilakukan pendataan di lokasi banjir. Tetapi, kalau diprediksi, kerugian material yang dialami masyarakat tidak kurang dari Rp300 miliar," ujar Bupati Luwu, Andi Mudzakkar menjelaskan kepada wartawan, Kamis (24/5/2012).
Banjir kali ini yang melanda empat kecamatan di wilayah Luwu, cukup parah. Ketinggian air mencapai satu meter akibat luapan Sungai Suli dan Larompong dari wilayah hulu, bahkan di beberapa lokasi terparah dilanda banjir mencapai ketinggian dua meter.
Banjir juga merendam jalan poros Trans Sulawesi hingga ketinggian satu meter, terutama di poros Suli, sehingga terjadi kemacetan panjang sejak pukul 03.00 WITA dini hari hingga pukul 14.00 WITA.
Sekira 30 kilometer ruas Trans Sulawesi yang lumpuh akibat banjir. Mulai titik terparah dari Bonepute, Kecamatan Larompong hingga poros Suli. Di tengah kemacetan panjang, puluhan petugas Satlantas Polres Luwu dikerahkan untuk mengatur arus lalu lintas.
Genangan air baru surut sekitar pukul 15.30 WITA, sehingga kendaraan dari arah Makassar menuju Luwu begitu pun sebaliknya sempat tertahan sekitar 12 jam.
Pantauan di lapangan, lokasi banjir terparah terjadi di Desa Buntu Kunyi, Kecamatan Suli. Ketinggian banjir di desa ini mencapai leher orang dewasa. Ratusan rumah penduduk di desa ini terendam banjir. Warga setempat hanya pasrah dievakuasi tim Taruna Tanggap Bencana (Tagana) menggunakan perahu karet dan beberapa peralatan penyelamat lainnya.
Tak jauh beda dengan banjir di Desa Buntu Kunyi, dua desa lainnya di Suli, yakni
Desa Botta dan Lempo Pacci terendam banjir dengan ketinggian di atas satu meter. Selain merendam rumah warga, areal persawahan dan perkebunan warga, termasuk tambak, tak luput dari terjangan banjir.
"Data sementara sekitar 500 hektare sawah milik warga di Suli, termasuk 300 hektare areal tambak dan 400 hektare kebun terendam banjir setinggi satu meter. Tim masih melakukan pendataan di lapangan," kata Kepala Dinas Sosial Luwu, Andi Rifai.
Sementara itu, Desa Keppe dan Desa Dadeko, Larompong Selatan, termasuk lokasi terparah yang diterjang banjir. Di desa ini, terjadi kemacetan dari arah Palopo-Makassar begitu pun Makassar-Palopo sepanjang lima kilometer, karena ruas Trans Sulawesi terendam banjir setinggi satu meter.(azh)
"Angka pastinya belum diketahui karena masih dilakukan pendataan di lokasi banjir. Tetapi, kalau diprediksi, kerugian material yang dialami masyarakat tidak kurang dari Rp300 miliar," ujar Bupati Luwu, Andi Mudzakkar menjelaskan kepada wartawan, Kamis (24/5/2012).
Banjir kali ini yang melanda empat kecamatan di wilayah Luwu, cukup parah. Ketinggian air mencapai satu meter akibat luapan Sungai Suli dan Larompong dari wilayah hulu, bahkan di beberapa lokasi terparah dilanda banjir mencapai ketinggian dua meter.
Banjir juga merendam jalan poros Trans Sulawesi hingga ketinggian satu meter, terutama di poros Suli, sehingga terjadi kemacetan panjang sejak pukul 03.00 WITA dini hari hingga pukul 14.00 WITA.
Sekira 30 kilometer ruas Trans Sulawesi yang lumpuh akibat banjir. Mulai titik terparah dari Bonepute, Kecamatan Larompong hingga poros Suli. Di tengah kemacetan panjang, puluhan petugas Satlantas Polres Luwu dikerahkan untuk mengatur arus lalu lintas.
Genangan air baru surut sekitar pukul 15.30 WITA, sehingga kendaraan dari arah Makassar menuju Luwu begitu pun sebaliknya sempat tertahan sekitar 12 jam.
Pantauan di lapangan, lokasi banjir terparah terjadi di Desa Buntu Kunyi, Kecamatan Suli. Ketinggian banjir di desa ini mencapai leher orang dewasa. Ratusan rumah penduduk di desa ini terendam banjir. Warga setempat hanya pasrah dievakuasi tim Taruna Tanggap Bencana (Tagana) menggunakan perahu karet dan beberapa peralatan penyelamat lainnya.
Tak jauh beda dengan banjir di Desa Buntu Kunyi, dua desa lainnya di Suli, yakni
Desa Botta dan Lempo Pacci terendam banjir dengan ketinggian di atas satu meter. Selain merendam rumah warga, areal persawahan dan perkebunan warga, termasuk tambak, tak luput dari terjangan banjir.
"Data sementara sekitar 500 hektare sawah milik warga di Suli, termasuk 300 hektare areal tambak dan 400 hektare kebun terendam banjir setinggi satu meter. Tim masih melakukan pendataan di lapangan," kata Kepala Dinas Sosial Luwu, Andi Rifai.
Sementara itu, Desa Keppe dan Desa Dadeko, Larompong Selatan, termasuk lokasi terparah yang diterjang banjir. Di desa ini, terjadi kemacetan dari arah Palopo-Makassar begitu pun Makassar-Palopo sepanjang lima kilometer, karena ruas Trans Sulawesi terendam banjir setinggi satu meter.(azh)
()