Rencana relokasi satwa KBS ditolak

Selasa, 22 Mei 2012 - 17:30 WIB
Rencana relokasi satwa...
Rencana relokasi satwa KBS ditolak
A A A
Sindonews.com - Rencana Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur (Jatim) untuk memindahkan satwa Kebun Binatang Surabaya (KBS) ke lahan dekat Pusat Induk Agro Bisnis (Puspa Agro) ditolak mentah-mentah oleh Pemkot Surabaya. Mereka tak ingin satwa yang selama ini menghuni KBS dipindahkan begitu saja.

Asisten II Pemkot Surabaya Muhlas Udin menuturkan, meskipun Pemprov maupun Tim Pengelola Sementara (TPS) KBS jilid II sudah setuju adanya pemindahan satwa, pihaknya tetap tak ingin satwa dipindah.

“Pemindahan satwa itu ada tata caranya sendiri,” ujar Muhlas menjelaskan kepada wartawan, Selasa (22/5/2012).

Ia melanjutkan, kalaupun Pemprov maupun TPS memaksakan diri, maka satwa yang hanya boleh dipindah adalah satwa yang dilindungi. Satwa langka itu memang menjadi aset milik negara. Sehingga tak semua satwa bisa dipindah dari KBS. Selain itu, satwa lain yang boleh dipindah adalah koleksi yang melebihi batas atau mengalami surplus.

“Jadi tetap harus diperhatikan dengan cermat, kalau Pelikan dipindah itu boleh, karena jumlahnya surplus,” tegasnya.

Pria yang sehari-hari berprofesi sebagai dokter ini juga menjelaskan, TPS harus bisa cermat dalam memilah satwa yang dipindah. Kalau pemindahan itu hanya jadi rutinitas tanpa ada seleksi yang jelas, maka pemkot akan melawan.

“Asas pemindahan satwa itu dilakukan untuk menyelamatkan habitat. Kalau asal dipindah saja kami tak mau,” imbuhnya.

Sementara itu, Ketua Harian TPS KBS jilid II Tony Sumampouw menuturkan, pihaknya setuju dengan usulan Gubernur Jatim Soekarwo yang ingin memindah satwa KBS. Menurutnya, beberapa satwa di KBS saat ini memang sedang surplus. Ironisnya, beberapa satwa surplus itu secara genetik kurang baik sehingga memang harus dipindahkan dari KBS.

Tony mencontohkan kambing gunung. Menurutnya, secara genetik, satwa kambing gunung di KBS kurang baik. Ada 28 ekor kambing jantan yang tinggal di kandang yang tidak terlalu luas sehingga padat. Mereka kebanyakan juga sudah kawin dengan anggota keluarga sendiri.

“Idealnya memang harus dikeluarkan. Misalkan di KBS disisakan 6-7 ekor saja kemudian diisi dengan kambing jantan baru yang segar. Nah, dari situ terjadi perkawinan dan akan menghasilkan keturunan yang secara genetika sudah baik. Sehingga mereka akan bisa tumbuh segar,” ujarnya.

Terpisah, penggiat satwa Surabaya Sinky Suwadji juga menyambut positif usulan gubernur tersebut. Ia bahkan menyebut, dengan kapasitas Soekarwo sebagai gubernur, lahan yang disiapkan untuk memindahkan satwa surplus di KBS tidak hanya di kawasan Puspa Agro.

“Gubernur kan otoritas nya dari Ngawi hingga Banyuwangi. Jadi, bisa saja di tiap kabupaten dibangun taman satwa. Misalnya di Lamongan ada taman burung, lalu di Blitar ada taman rusa. Tinggal disesuaikan satwa dengan kondisi daerahnya,” tegas Sinky Suwadji.

Menurutnya, selama ini, manajemen yang diterapkan di KBS adalah manajemen peternakan. Artinya, ketika ada satwa mati, dianggap kabar buruk dan ketika ada satwa baru lahir dianggap kabar bagus.

“Padahal kabar satwa mati itu wajar, baru kalau pengunjung KBS mati itu yang tidak wajar. Dan satwa lahir itu juga bukan prestasi, justru itu tantangan,” jelasnya.(azh)
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7674 seconds (0.1#10.140)