Citarum dipasangi early warning system
A
A
A
Sindonews.com - Sebanyak 30 titik di sepanjang Sungai Citarum dipasangi alat peringatan dini (early warning system) banjir.
Perangkat ini dipasang oleh Kementerian Pekerjaan Umum (PU) sebagai langkah antisipasi agar masyarakat yang berada di bantaran sungai lebih waspada. Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Citarum Hasanuddin menjelaskan, sistem peringatan dini ini sudah siap pakai dan terhubung dengan Puslitbang Air dan BMKG. Perangkat ini akan memancarkan sinyal berisi tentang informasi potensi banjir melalui sistem radio.
”Misalnya ketika hujan terjadi di daerah Sapan atau Majalaya, sistem peringatan dini bisa memprediksi berapa jam lagi air akan sampai ke daerah hilir seperti Dayeuhkolot atau Baleendah.Jadi,alat ini bisa memprediksi potensi banjir dalam waktu empat jam,” ujar Hasannudin di Kantor Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, Jalan Ir H Juanda, Kota Bandung, Rabu 2 Mei 2012.
Menurut dia, sistem ini mampu bekerja efektif meski dari sisi penanganan banjirnya memang belum efektif. Paling tidak warga di sekitar bantaran bisa menyelamatkan diri dan harta bendanya beberapa jam sebelum banjir.
”Minimal masyarakat tidak syok, karena memiliki informasi sebelumnya. Tapi akan lebih efektif jika dibuat pintu kontrol,” katanya.
Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak menilai sistem peringatan dini penting untuk diberlakukan di kawasan rawan banjir. Sebab, langkah antisipasi bisa berjalan lebih efektif. ”Sehingga, dampak negatif dari banjir bisa dihindari lebih awal,” ucapnya.
Tak hanya Sungai Citarum, sistem ini akan dipasang juga di sejumlah daerah di Indonesia yang masuk kategori rawan. Hingga kini, sistem peringatan dini banjir secara lengkap baru dipasang di sungai-sungai besar di Jakarta. Dia mengatakan, sistem peringatan dini banjir ini menggunakan teknologi satelit.
Di titik tertentu akan dipasang radar penghantar gelombang elektromagnetik yang bisa mendeteksi awan berpotensi hujan.
”Alat pendeteksi ini mampu memprediksi juga hujannya akan terjadi di mana dan mengukur ketinggian laut. Dengan alat ini pula bisa diketahui lokasi potensi genangan. Jadi, sebelum ke lapangan sudah bisa diprediksi genangan akan terjadi di mana,” ujar Hermanto.(azh)
Perangkat ini dipasang oleh Kementerian Pekerjaan Umum (PU) sebagai langkah antisipasi agar masyarakat yang berada di bantaran sungai lebih waspada. Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Citarum Hasanuddin menjelaskan, sistem peringatan dini ini sudah siap pakai dan terhubung dengan Puslitbang Air dan BMKG. Perangkat ini akan memancarkan sinyal berisi tentang informasi potensi banjir melalui sistem radio.
”Misalnya ketika hujan terjadi di daerah Sapan atau Majalaya, sistem peringatan dini bisa memprediksi berapa jam lagi air akan sampai ke daerah hilir seperti Dayeuhkolot atau Baleendah.Jadi,alat ini bisa memprediksi potensi banjir dalam waktu empat jam,” ujar Hasannudin di Kantor Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, Jalan Ir H Juanda, Kota Bandung, Rabu 2 Mei 2012.
Menurut dia, sistem ini mampu bekerja efektif meski dari sisi penanganan banjirnya memang belum efektif. Paling tidak warga di sekitar bantaran bisa menyelamatkan diri dan harta bendanya beberapa jam sebelum banjir.
”Minimal masyarakat tidak syok, karena memiliki informasi sebelumnya. Tapi akan lebih efektif jika dibuat pintu kontrol,” katanya.
Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak menilai sistem peringatan dini penting untuk diberlakukan di kawasan rawan banjir. Sebab, langkah antisipasi bisa berjalan lebih efektif. ”Sehingga, dampak negatif dari banjir bisa dihindari lebih awal,” ucapnya.
Tak hanya Sungai Citarum, sistem ini akan dipasang juga di sejumlah daerah di Indonesia yang masuk kategori rawan. Hingga kini, sistem peringatan dini banjir secara lengkap baru dipasang di sungai-sungai besar di Jakarta. Dia mengatakan, sistem peringatan dini banjir ini menggunakan teknologi satelit.
Di titik tertentu akan dipasang radar penghantar gelombang elektromagnetik yang bisa mendeteksi awan berpotensi hujan.
”Alat pendeteksi ini mampu memprediksi juga hujannya akan terjadi di mana dan mengukur ketinggian laut. Dengan alat ini pula bisa diketahui lokasi potensi genangan. Jadi, sebelum ke lapangan sudah bisa diprediksi genangan akan terjadi di mana,” ujar Hermanto.(azh)
()