Kerusakan hutan diduga picu banjir bandang
A
A
A
Sindonews.com - Banjir bandang yang melanda Desa Salutubu dan Pongko, Kecamatan Walenrang Barat (Walbar), Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan (Sulsel) merendam ratusan rumah dan ratusan lahan perkebunan dan sawah milik warga.
Tak hanya itu, banjir bandang juga menghanyutkan ratusan batang kayu gelondongan yang diduga hasil illegal logging.
Ratusan batang kayu gelondongan terbawa banjir bandang yang melanda Desa Salutubu dan Pongko, Kecamatan Walenrang Barat (Walbar), Kabupaten Luwu, sekitar pukul 21.00 WITA, Minggu 22 April malam.
Warga setempat panik karena banjir bercampur lumpur ini merendam rumah dan ratusan hektar lahan perkebunan dan sawah milik warga.
Banyaknya kayu gelondongan yang terbawa banjir menerjang pemukiman penduduk di dua desa itu, mengindikasikan terjadi illegal logging sehingga terjadi kerusakan hutan di daerah hulu.
Indikasi lain terjadinya kerusakan hutan semakin diperkuat banyaknya pohon tumbang ikut terbawa banjir bercampur lumpur, sehingga di hulu terjadi longsor. Kerusakan hutan di wilayah hulu tersebut menyebabkan Sungai Saluampak yang membelah Desa Salutubu dan Pongko, dua desa di wilayah perbatasan Luwu dengan Kabupaten Luwu Utara (Lutra) itu meluap.
"Desa kami yang dilintasi Sungai Saluampak setiap musim hujan selalu menjadi langganan banjir. Tapi, banjir kali ini terbilang parah karena bercampur lumpur dan membawa banyak kayu gelondongan dari hulu," kata Adnan, salah seorang warga Salutubu yang rumahnya ikut terendam banjir menjelaskan, Senin (23/4/2012).
Saat banjir melanda Desa Salutubu dan Pongko, warga setempat terpaksa mengevakuasi barang-barang berharga miliknya agar terhindar dari banjir. Sebagian warga juga mengevakuasi ternaknya agar tidak tersapu banjir dengan ketinggiannya mencapai satu meter.
"Kami juga semakin was-was karena banjir membawa banyak kayu gelondongan dari hulu dan pohon tumbang. Kayu-kayu itu menghantam rumah dan beberapa fasilitas publik," kata Edial, warga Desa Pongko.
Banjir ini terbilang parah, karena jalur Trans Sulawesi poros Salutubu hingga Sabbang sepanjang 500 meter, ikut terendam banjir dengan ketinggian air berkisar 10 sentimeter.
Sementara Kepala Desa Mari-mari, Lutra, Ripallingi mengakui terjadinya kerusakan hutan di wilayah hulu akibat pembalakan liar yang semakin marak dan kurang mendapat perhatian aparat berwenang.
"Padahal kerusakan hutan hulu dan sudah sangat mengkhawatirkan, sehingga dalam satu bulan ini sudah empat kali banjir terjadi," kata Ripallingi.(azh)
Tak hanya itu, banjir bandang juga menghanyutkan ratusan batang kayu gelondongan yang diduga hasil illegal logging.
Ratusan batang kayu gelondongan terbawa banjir bandang yang melanda Desa Salutubu dan Pongko, Kecamatan Walenrang Barat (Walbar), Kabupaten Luwu, sekitar pukul 21.00 WITA, Minggu 22 April malam.
Warga setempat panik karena banjir bercampur lumpur ini merendam rumah dan ratusan hektar lahan perkebunan dan sawah milik warga.
Banyaknya kayu gelondongan yang terbawa banjir menerjang pemukiman penduduk di dua desa itu, mengindikasikan terjadi illegal logging sehingga terjadi kerusakan hutan di daerah hulu.
Indikasi lain terjadinya kerusakan hutan semakin diperkuat banyaknya pohon tumbang ikut terbawa banjir bercampur lumpur, sehingga di hulu terjadi longsor. Kerusakan hutan di wilayah hulu tersebut menyebabkan Sungai Saluampak yang membelah Desa Salutubu dan Pongko, dua desa di wilayah perbatasan Luwu dengan Kabupaten Luwu Utara (Lutra) itu meluap.
"Desa kami yang dilintasi Sungai Saluampak setiap musim hujan selalu menjadi langganan banjir. Tapi, banjir kali ini terbilang parah karena bercampur lumpur dan membawa banyak kayu gelondongan dari hulu," kata Adnan, salah seorang warga Salutubu yang rumahnya ikut terendam banjir menjelaskan, Senin (23/4/2012).
Saat banjir melanda Desa Salutubu dan Pongko, warga setempat terpaksa mengevakuasi barang-barang berharga miliknya agar terhindar dari banjir. Sebagian warga juga mengevakuasi ternaknya agar tidak tersapu banjir dengan ketinggiannya mencapai satu meter.
"Kami juga semakin was-was karena banjir membawa banyak kayu gelondongan dari hulu dan pohon tumbang. Kayu-kayu itu menghantam rumah dan beberapa fasilitas publik," kata Edial, warga Desa Pongko.
Banjir ini terbilang parah, karena jalur Trans Sulawesi poros Salutubu hingga Sabbang sepanjang 500 meter, ikut terendam banjir dengan ketinggian air berkisar 10 sentimeter.
Sementara Kepala Desa Mari-mari, Lutra, Ripallingi mengakui terjadinya kerusakan hutan di wilayah hulu akibat pembalakan liar yang semakin marak dan kurang mendapat perhatian aparat berwenang.
"Padahal kerusakan hutan hulu dan sudah sangat mengkhawatirkan, sehingga dalam satu bulan ini sudah empat kali banjir terjadi," kata Ripallingi.(azh)
()