Bentrok warga Lutim, polisi waspadai konflik SARA

Minggu, 08 April 2012 - 17:03 WIB
Bentrok warga Lutim,...
Bentrok warga Lutim, polisi waspadai konflik SARA
A A A
Sindonews.com - Aparat kepolisian dari Polsek Mangkutana dibantu Polres Luwu Timur (Lutim) mewaspadai terjadinya konflik horizontal berlatar belakang Suku, Ras, Agama, dan Antargolongan (SARA) di Desa Kertaharjo, Kecamatan Tomoni, Lutim.

Suasana di desa itu masih mencekam menyusul terjadinya tawuran dua kelompok warga beda suku di desa tersebut.

Warga setempat memilih tinggal di dalam rumah dan tidak melakukan aktivitas menyusul terjadinya tawuran dua kelompok warga di desa itu, Sabtu 7 April 2012 malam, sekitar pukul 23.30 WITA.

Tawuran tersebut dipicu tewasnya seorang pemuda dari salah satu kelompok, Dennys (18) akibat dikeroyok sekelompok pemuda dari Lorong 10 Desa Kertaharjo.

Aparat kepolisian bersama jajaran Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) setempat telah mempertemukan para tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan pemuka masyarakat untuk menyelesaikan konflik yang dikhawatirkan akan menjurus ke SARA jika tidak ditangani secepatnya.

Kapolsek Mangkutana AKP Muh Tanding menjelaskan, Dennys menemui ajalnya setelah dikeroyok sekelompok pemuda yang tengah ronda di Lorong 10 Desa Kertahahorjo, Sabtu 7 April 2012 malam lalu, sekitar pukul 22.30 Wita.

Pemuda Dennys, jelas Kapolsek, dikeroyok sewaktu memalak sekelompok pemuda yang tengah berkumpul di sebuah pos ronda. Korban disebutkan juga menantang para pemuda itu berkelahi.

Namun, tantangan Dennys tidak digubris para pemuda yang tengah nongkrong di pos ronda. Bahkan, para pemuda itu meminta Dennys pulang ke rumahnya karena diduga tengah dikuasai minuman keras.

"Dia (Dennys) sempat kembali ke rumahnya. Namun, beberapa saat kemudian dia kembali mendatangi pos ronda dan kembali memalak serta mengajak para pemuda di pos ronda berkelahi," jelas Muh Tanding menjelaskan kepada wartawan, Minggu (8/4/2012).

Rupanya, sebanyak delapan pemuda tersebut terpancing, sehingga meladeni tantangan Dennys. Mereka mengeroyok Dennys menggunakan kayu dan batu sehingga korban babak belur dan berlumuran darah.

"Dia sempat dibawa ke puskesmas untuk mendapatkan pertolongan medis, tetapi nyawanya tidak tertolong. Korban menemui ajalnya dengan sejumlah luka-luka serius di tubuhnya, seperti kepala dan wajah luka memar," katanya.

Kematian Dennys menyulut reaksi keluarga dan kerabatnya. Puluhan keluarga dan kerabat korban bereaksi melakukan pencarian terhadap para pelaku. Mereka juga melakukan sweeping terhadap kelompok warga dari suku tertentu diduga satu suku dengan para pelaku, sehingga sweeping ini membuat warga setempat ketakutan.

Bahkan, para keluarga korban mengancam akan membakar rumah para pelaku, sehingga mendapat perlawanan dari kelompok warga lainnya. Dua kelompok akhirnya saling berhadapan menggunakan senjata tajam seperti tombak dan parang.

Beberapa di antara warga juga melepaskan tembakan senjata api rakitan (Senpira) jenis Papporo. Warga lainnya terutama perempuan dan anak-anak diungsikan karena dikhawatirkan terjadi penyerangan dalam tawuran ini.

Untung saja, di tengah dua kelompok warga yang sudah saling berhadapan menggunakan parang dan tombak, aparat kepolisian tiba di lokasi kejadian melakukan pengamanan. Polisi menghalau massa agar tidak terlibat penyerangan. Bahkan, aparat kepolisian juga menyita sejumlah senjata tajam milik warga dari dua kelompok.

Untuk diketahui, polisi meringkus delapan pemuda yang terlibat kasus penganiayaan Dennys. Para pelaku diamankan setelah penganiayaan terjadi. Namun, keluarga korban tetap mengancam akan melakukan aksi balas dendam, sehingga polisi bersiaga melakukan pengamanan.

"Para pelaku sudah diamankan dan kami minta dua kelompok warga yang terlibat tawuran menyerahkan sepenuhnya proses hukum kasus ini ke polisi," tegas Kapolres Lutim AKBP Andi Firman.

Ditegaskan, aparat kepolisian akan bertindak tegas terhadap warga yang main hakim sendiri melakukan penyerangan sebagai upaya balas dendam terhadap keluarga para pelaku.

"Kasus ini telah ditangani polisi dan semua pelaku sudah diamankan," tandasnya.

Saat ini, kata Firman, upaya pengamanan ditingkatkan dengan menambah petugas keamanan dari personel Brimob Kompi C Baebunta. Polisi khawatir tawuran ini akan meluas, sehingga pengamanan ditingkatkan.

"Bersama Pemkab Lutim, kami juga telah mendatangi sejumlah tokoh masyarakat dan tokoh pemuda dari dua kelompok warga yang terlibat tawuran, agar saling menahan diri dan tidak saling menyerang. Kami harapkan agar kasus ini diserahkan kepada aparat untuk dituntaskan," tegasnya.

Bupati Lutim Andi Hatta Marakarma MP, bersama wakilnya, HM Thoriq Husler, turun tangan menyikapi pecahnya tawuran dua kelompok warga beda suku di Desa Kertaharjo. Hatta menghimbau agar warga setempat tetap tenang dan tidak terpancing berbagai isu yang dapat memperkeruh suasana ketenteraman masyarakat di Desa Kertaharjo.

"Semua warga patut menjaga keamanan dan kondisi Kamtibmas sehingga kehidupan yang harmonis antarwarga dapat berjalan baik dan penuh toleransi," kata Hatta.(azh)
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2346 seconds (0.1#10.140)