Kampanye berakhir, 10 pelanggaran ditemukan
A
A
A
Sindonews.com - Jelang berakhirnya tahapan kampanye Pilkada Aceh, Panitia Pengawas Pemilu (Panwas) Lhokseumawe menemukan 10 kasus pelanggaran.
Ketua Panwas Lhokseumawe, Riswan Ali mengatakan, kasus-kasus tersebut akibat Lhokseumawe merupakan kota transit yang dilalui massa kampanye dari berbagai kabupaten lain yang melintas. Ia menyebutkan, di Lhokseumawe proses kampanye berjalan damai.
"Bentrokan antar massa pendukung yang lalu itu, bukan mau hadir kampanye di Lhokseumawe, kedua massa berpas-pasan di sini," jelas Riswan menjelaskan, Kamis (5/3/2012).
Lhokseumawe ditempatkan sebagai kota paling tinggi intimidasi dan pelanggaran, menurut Riswan juga karena pihaknya aktif melaporkan setiap peristiwa ke Panwas Aceh. "Kita yang paling update, sehingga Lhokseumawe terlihat banyak kasus," jelasnya.
Di Lhokseumawe, kasus yang paling dominan perusakan alat peraga kampanye dengan 10 kasus dan tiga kasus pelemparan mobil.
Tujuh kasus telah ditanggani, pihak Panwas telah memanggil para pelapor untuk kebutuhan melenggapi data. Sayangnya, hanya tiga orang saja yang memenuhi panggilan.
"Satu kasus pelapor menyatakan tidak akan melanjutkan status perkara, sudah diselesaikan secara damai di desa setempat," jelas Riswan.
Sementara dua kasus lainnya, tidak dapat dilanjutkan akibat pelapor tidak mampu memberikan saksi-saksi yang melihat peristiwa. "Pelapor tidak tahu baliho sapa yang rusak atau memberikan saksi yang melihat," katanya.
Suadi Sulaiman, Wakil Ketua Komisi A, Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Pidie, mengingatkan para pemantau agar tidak sembarang menyimpulkan ada kabupaten/kota rawan konflik Pilkada. Ia berharap pemantau dapat melengkapi data sehingga menenangkan warga.
"Tidak hanya pemantau, pemerintah pusat juga mengira Pidie merupakan daerah rawan, padahal kader Partai Aceh membaur dengan masyarakat dan sering duduk bersama dengan tim sukses kandidat lain," tegas Suadi.
Politisi partai bentukkan mantan gerilyawan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) itu meminta semua kandidat, tim sukses, dan para simpatisan dapat menjaga perdamaian Aceh serta sportif dihari pencoblosan.
Menurut Suadi, pihaknya tidak akan melakukan aktifitas politik apapun di minggu tenang yang dimulai besok. Ia menyatakan politisi Partai Aceh taat pada peraturan yang berlaku.
"Masa kampanye sudah berakhir, kami tidak melakukan apapun. Pelatihan cara penghitung suara, menempatkan saksi-saksi, semua hal telah kami selesaikan," katanya.(azh)
Ketua Panwas Lhokseumawe, Riswan Ali mengatakan, kasus-kasus tersebut akibat Lhokseumawe merupakan kota transit yang dilalui massa kampanye dari berbagai kabupaten lain yang melintas. Ia menyebutkan, di Lhokseumawe proses kampanye berjalan damai.
"Bentrokan antar massa pendukung yang lalu itu, bukan mau hadir kampanye di Lhokseumawe, kedua massa berpas-pasan di sini," jelas Riswan menjelaskan, Kamis (5/3/2012).
Lhokseumawe ditempatkan sebagai kota paling tinggi intimidasi dan pelanggaran, menurut Riswan juga karena pihaknya aktif melaporkan setiap peristiwa ke Panwas Aceh. "Kita yang paling update, sehingga Lhokseumawe terlihat banyak kasus," jelasnya.
Di Lhokseumawe, kasus yang paling dominan perusakan alat peraga kampanye dengan 10 kasus dan tiga kasus pelemparan mobil.
Tujuh kasus telah ditanggani, pihak Panwas telah memanggil para pelapor untuk kebutuhan melenggapi data. Sayangnya, hanya tiga orang saja yang memenuhi panggilan.
"Satu kasus pelapor menyatakan tidak akan melanjutkan status perkara, sudah diselesaikan secara damai di desa setempat," jelas Riswan.
Sementara dua kasus lainnya, tidak dapat dilanjutkan akibat pelapor tidak mampu memberikan saksi-saksi yang melihat peristiwa. "Pelapor tidak tahu baliho sapa yang rusak atau memberikan saksi yang melihat," katanya.
Suadi Sulaiman, Wakil Ketua Komisi A, Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Pidie, mengingatkan para pemantau agar tidak sembarang menyimpulkan ada kabupaten/kota rawan konflik Pilkada. Ia berharap pemantau dapat melengkapi data sehingga menenangkan warga.
"Tidak hanya pemantau, pemerintah pusat juga mengira Pidie merupakan daerah rawan, padahal kader Partai Aceh membaur dengan masyarakat dan sering duduk bersama dengan tim sukses kandidat lain," tegas Suadi.
Politisi partai bentukkan mantan gerilyawan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) itu meminta semua kandidat, tim sukses, dan para simpatisan dapat menjaga perdamaian Aceh serta sportif dihari pencoblosan.
Menurut Suadi, pihaknya tidak akan melakukan aktifitas politik apapun di minggu tenang yang dimulai besok. Ia menyatakan politisi Partai Aceh taat pada peraturan yang berlaku.
"Masa kampanye sudah berakhir, kami tidak melakukan apapun. Pelatihan cara penghitung suara, menempatkan saksi-saksi, semua hal telah kami selesaikan," katanya.(azh)
()