Polres Palopo usut pelaku penembakan mahasiswa dan warga
A
A
A
Sindonews.com - Kepolisian Palopo, Sulawesi Selatan (Sulsel) saat ini sedang menyelidiki penembakan yang terjadi saat bentrokan terjadi antara mahasiswa dengan warga dan polisi.
Kepala Kepolisian Resort (Polres) Palopo, AKBP Muh Fajaruddin, menyatakan, kasus dugaan tertembaknya dua mahasiswa dan seorang warga sipil di lokasi bentrokan pengunjuk rasa dengan aparat keamanan, sudah diselidiki Propam Polres Palopo.
Polisi juga menyita satu proyektil dari dokter RS Atmedika yang diangkat dari tubuh salah seorang korban yang diduga tertembak, usai menjalani operasi.
"Propam Polres sudah mengusut dugaan penembakan dalam pengamanan aksi unjukrasa di Palopo, tetapi sejauh ini belum ada tersangka yang ditetapkan karena masih dalam penyelidikan," kata Kapolres saat bertamu ke Kantor Perwakilan Koran Sindo di Palopo, Sabtu (31/3/2012).
Fajaruddin menegaskan, sebagai pimpinan Polri tertinggi di Kota Palopo, dirinya tidak menutup-nutupi jika ada anggotanya yang menggunakan senjata api dalam pengamanan aksi unjukrasa mahasiswa menolak kenaikan harga BBM di Palopo, yang berakhir rusuh dan menyebabkan 18 korban luka-luka, tiga di antaranya diduga terkena tembakan.
"Sesuai instruksi Kapolri, anggota Polri tidak diperkenankan membawa senjata saat turun mengamankan aksi unjukrasa. Bahkan, saat apel persiapan pengamanan demonstrasi, saya telah menegaskan kepada seluruh anggota agar tidak membawa senjata, termasuk pasukan tim Antihura-hura tidak dipersenjatai. Makanya, saya sangat yakin anggota saya tidak ada yang menembaki pendemo, karena mereka tidak dipersenjatai," tegas dia.
Namun, dalam bentrokan tersebut, tiga korban diduga tertembak. "Untuk mengungkap siapa pelakunya, makanya Propam menyelidikinya. Bahkan, Propam Polda Sulsel juga akan turun menyelidiki kasus ini agar bisa diungkap siapa pelakunya. Kalau anggota saya yang terlibat, maka saya siap menindak tegas," kata Kapolres,
"Sesuai tanggungjawab jabatan Kapolres yang saya emban, maka saya siap mempertanggungjawabkannya. Tetapi, untuk saat ini, kita serahkan pada proses penyelidikan dan percayakan kepada kami untuk mengungkapnya," katanya.
Dijelaskan Kapolres, insiden bentrokan dalam aksi unjukrasa ini, tidak terkendali karena jelang sore hari, usai salat Ashar, bentrokan meluas melibatkan masyarakat. Bahkan dalam bentrokan ini, pendemo diduga kuat menggunakan senjata api rakitan jenis Papporo, bom molotov dan menyerang ke arah petugas keamanan.
"Kami terpaksa melakukan tindak represif dan menambah kekuatan pengamanan dari Brimob Baebunta Kompi C, karena pendemo bertindak anarkistis dengan merusak sejumlah fasilitas publik, terutama Kantor Wali Kota dan Kantor DPRD," katanya.
Sebab, dalam aksi unjukrasa yang telah menjurus rusuh itu, tidak lagi sebatas melibatkan mahasiswa, tetapi banyak juga kelompok pemuda dari luar Palopo ikut menyerang petugas dan membantu pendemo melakukan tindakan anarkistis sehingga beberapa fasilitas publik dan aset pemerintah daerah rusak berat.
"Indikasi ini diperkuat adanya seorang pemuda dari Padang Sappa, Kabupaten Luwu, diamankan di lokasi bentrokan karena terlibat perusakan fasilitas publik. Saat diperiksa polisi, dia mengaku bukan mahasiswa, tetapi ikut membantu mahasiswa menyerang petugas," kata Kapolres, seraya mengakui, oknum pemuda ini masih ditahan bersama tujuh mahasiswa yang diamankan karena
tertangkap merusaki beberapa fasilitas publik.
Ditegaskan Kapolres, kondisi keamanan di Kota Palopo mulai kondusif. Bahkan, sejak Sabtu 31 Maret dini hari, tidak ada lagi insiden bentrokan antara pendemo dengan petugas pengamanan dan masyarakat, sehingga seluruh aparat pengamanan, termasuk personel Brimob ditarik ke Mapolres Palopo.
"Kita berharap agar situasi yang sudah kondusif bisa tetap dijaga dan dipertahankan," katanya.(azh)
Kepala Kepolisian Resort (Polres) Palopo, AKBP Muh Fajaruddin, menyatakan, kasus dugaan tertembaknya dua mahasiswa dan seorang warga sipil di lokasi bentrokan pengunjuk rasa dengan aparat keamanan, sudah diselidiki Propam Polres Palopo.
Polisi juga menyita satu proyektil dari dokter RS Atmedika yang diangkat dari tubuh salah seorang korban yang diduga tertembak, usai menjalani operasi.
"Propam Polres sudah mengusut dugaan penembakan dalam pengamanan aksi unjukrasa di Palopo, tetapi sejauh ini belum ada tersangka yang ditetapkan karena masih dalam penyelidikan," kata Kapolres saat bertamu ke Kantor Perwakilan Koran Sindo di Palopo, Sabtu (31/3/2012).
Fajaruddin menegaskan, sebagai pimpinan Polri tertinggi di Kota Palopo, dirinya tidak menutup-nutupi jika ada anggotanya yang menggunakan senjata api dalam pengamanan aksi unjukrasa mahasiswa menolak kenaikan harga BBM di Palopo, yang berakhir rusuh dan menyebabkan 18 korban luka-luka, tiga di antaranya diduga terkena tembakan.
"Sesuai instruksi Kapolri, anggota Polri tidak diperkenankan membawa senjata saat turun mengamankan aksi unjukrasa. Bahkan, saat apel persiapan pengamanan demonstrasi, saya telah menegaskan kepada seluruh anggota agar tidak membawa senjata, termasuk pasukan tim Antihura-hura tidak dipersenjatai. Makanya, saya sangat yakin anggota saya tidak ada yang menembaki pendemo, karena mereka tidak dipersenjatai," tegas dia.
Namun, dalam bentrokan tersebut, tiga korban diduga tertembak. "Untuk mengungkap siapa pelakunya, makanya Propam menyelidikinya. Bahkan, Propam Polda Sulsel juga akan turun menyelidiki kasus ini agar bisa diungkap siapa pelakunya. Kalau anggota saya yang terlibat, maka saya siap menindak tegas," kata Kapolres,
"Sesuai tanggungjawab jabatan Kapolres yang saya emban, maka saya siap mempertanggungjawabkannya. Tetapi, untuk saat ini, kita serahkan pada proses penyelidikan dan percayakan kepada kami untuk mengungkapnya," katanya.
Dijelaskan Kapolres, insiden bentrokan dalam aksi unjukrasa ini, tidak terkendali karena jelang sore hari, usai salat Ashar, bentrokan meluas melibatkan masyarakat. Bahkan dalam bentrokan ini, pendemo diduga kuat menggunakan senjata api rakitan jenis Papporo, bom molotov dan menyerang ke arah petugas keamanan.
"Kami terpaksa melakukan tindak represif dan menambah kekuatan pengamanan dari Brimob Baebunta Kompi C, karena pendemo bertindak anarkistis dengan merusak sejumlah fasilitas publik, terutama Kantor Wali Kota dan Kantor DPRD," katanya.
Sebab, dalam aksi unjukrasa yang telah menjurus rusuh itu, tidak lagi sebatas melibatkan mahasiswa, tetapi banyak juga kelompok pemuda dari luar Palopo ikut menyerang petugas dan membantu pendemo melakukan tindakan anarkistis sehingga beberapa fasilitas publik dan aset pemerintah daerah rusak berat.
"Indikasi ini diperkuat adanya seorang pemuda dari Padang Sappa, Kabupaten Luwu, diamankan di lokasi bentrokan karena terlibat perusakan fasilitas publik. Saat diperiksa polisi, dia mengaku bukan mahasiswa, tetapi ikut membantu mahasiswa menyerang petugas," kata Kapolres, seraya mengakui, oknum pemuda ini masih ditahan bersama tujuh mahasiswa yang diamankan karena
tertangkap merusaki beberapa fasilitas publik.
Ditegaskan Kapolres, kondisi keamanan di Kota Palopo mulai kondusif. Bahkan, sejak Sabtu 31 Maret dini hari, tidak ada lagi insiden bentrokan antara pendemo dengan petugas pengamanan dan masyarakat, sehingga seluruh aparat pengamanan, termasuk personel Brimob ditarik ke Mapolres Palopo.
"Kita berharap agar situasi yang sudah kondusif bisa tetap dijaga dan dipertahankan," katanya.(azh)
()