Bentrok di Palopo, tiga orang kena tembak
A
A
A
Sindonews.com - Dua orang mahasiswa dan satu orang warga sipil di Kota Palopo, Sulawesi Selatan (Sulsel) dilaporkan terkena tembakan petugas kepolisian saat melakukan unjuk rasa penolakan kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM). Saat ini, ketiganya dirawat di Rumaah Sakit Atmedika Palopo.
Dua mahasiswa yang terkena tembakan dan dirawat di RS Atmedika Palopo, masing-masing Wahyuddin, mahasiswa STAIN Palopo menderita luka tembak di lengan kanan, dan Suprianto, mahasiswa Universitas Cokroaminoto (Uncokro) tertembak di betis kanan tembus bagian depan.
Sedangkan, warga sipil yang terkena peluru nyasar saat melintas di lokasi bentrokan pendemo dan aparat, bernama Zulkifli. Dia menderita luka tembak di paha kanan. Dia menjalani operasi pengangkatan timah panas yang bersarang di tubuhnya, pukul 21.00 WITA.
"Tiga korban, dua mahasiswa dan seorang warga sipil, kondisinya telah membaik setelah menjalani operasi pengangkatan peluru di tubuhnya. Mereka masih dirawat inap di RS Atmedika," kata dr Julyansih Syafitri kepada wartawan di RS Atmedika, Jumat (30/3/2012).
Dokter jaga RS Atmedika ini mengakui, pihaknya melakukan operasi pengangkatan peluru yang bersarang di tubuh ketiga korban. Sesuai bentuk lukanya, diduga kuat ketiga korban terkena peluru karet. "Lukanya terbuka, tetapi kuat tertembak peluru karet," katanya.
Zulkifli, warga Perumahan Anggrek Non Blok No 7 Palopo, mengaku terkena peluru nyasar saat melintas di lokasi bentrokan mahasiswa dan petugas, di Jalan Anggrek. Korban mengaku baru pulang kerja dan hendak ke rumahnya, sekitar pukul 18.30 Wita.
"Saya mendengar suara letusan senjata dan tiba-tiba saya terjatuh. Paha kanan saya terkena peluru nyasar, karena saat itu terjadi bentrokan antara pendemo dan petugas keamanan," kata Zulkifli ditemui di UGD RS Atmedika.
Wakapolres Palopo Kompol Abire, membantah tegas anggotanya menembak pendemo saat terlibat bentrokan di sekitar Kantor DPRD dan perumahan Anggrek. Sebab, tidak ada anggota Polres Luwu diturunkan membawa senjata api, termasuk personel antihuru-hara yang diterjunkan mengamankan aksi unjuk rasa yang diwarnai anarkistis ini.
"Anggota kami tidak menembak mahasiswa, karena tidak turun pengamanan membawa senjata. Kami hanya menghalau mahasiswa dengan gas air mata dan tidak ada pasukan pengamanan melepaskan tembakan, baik menggunakan senjata berpuluru karet, apalagi peluru tajam," tegas dia.
Sebaliknya, jajaran Polres Palopo menuding mahasiswa yang melepaskan tembakan ke arah aparat pengamanan menggunakan senjata api rakitan (Senpira) jenis Papporo dan melempari aparat kepolisian dengan batu dan kayu.
Sementara itu, tim medis RS Atmedika sejak bentrokan terjadi antara pendemo dan aparat pengamanan, sibuk melayani korban luka-luka yang dilarikan ke UGD. Sebanyak 15 korban luka-luka dirawat di RS swasta ternama di kota "IDAMAN" ini.
Kapolres Palopo AKBP Muh Fajaruddin menambahkan, polisi yang bertugas sebagai pengamanan unjuk rasa di daerah ini, tidak dipersenjatai. Karena itu, Kapolres secara tegas membantah jika dua mahasiswa dan satu warga yang menjadi korban penembakan, itu dilakukan oleh polisi.
"Bagaimana anggota saya mau menembak sementara mereka tidak dipersenjatai saat melakukan pengamanan aksi unjuk rasa," tegas Kapolres.
Disinggung soal adanya proyektil peluru tajam yang ditemukan mahasiswa di sekitar kampus Uncokro, Kapolres menegaskan, proyektil tersebut belum tentu milik anggota polisi.
"Jadi, sekali lagi saya tegaskan, tidak ada anggota polisi menembak pendemo," katanya.(azh)
Dua mahasiswa yang terkena tembakan dan dirawat di RS Atmedika Palopo, masing-masing Wahyuddin, mahasiswa STAIN Palopo menderita luka tembak di lengan kanan, dan Suprianto, mahasiswa Universitas Cokroaminoto (Uncokro) tertembak di betis kanan tembus bagian depan.
Sedangkan, warga sipil yang terkena peluru nyasar saat melintas di lokasi bentrokan pendemo dan aparat, bernama Zulkifli. Dia menderita luka tembak di paha kanan. Dia menjalani operasi pengangkatan timah panas yang bersarang di tubuhnya, pukul 21.00 WITA.
"Tiga korban, dua mahasiswa dan seorang warga sipil, kondisinya telah membaik setelah menjalani operasi pengangkatan peluru di tubuhnya. Mereka masih dirawat inap di RS Atmedika," kata dr Julyansih Syafitri kepada wartawan di RS Atmedika, Jumat (30/3/2012).
Dokter jaga RS Atmedika ini mengakui, pihaknya melakukan operasi pengangkatan peluru yang bersarang di tubuh ketiga korban. Sesuai bentuk lukanya, diduga kuat ketiga korban terkena peluru karet. "Lukanya terbuka, tetapi kuat tertembak peluru karet," katanya.
Zulkifli, warga Perumahan Anggrek Non Blok No 7 Palopo, mengaku terkena peluru nyasar saat melintas di lokasi bentrokan mahasiswa dan petugas, di Jalan Anggrek. Korban mengaku baru pulang kerja dan hendak ke rumahnya, sekitar pukul 18.30 Wita.
"Saya mendengar suara letusan senjata dan tiba-tiba saya terjatuh. Paha kanan saya terkena peluru nyasar, karena saat itu terjadi bentrokan antara pendemo dan petugas keamanan," kata Zulkifli ditemui di UGD RS Atmedika.
Wakapolres Palopo Kompol Abire, membantah tegas anggotanya menembak pendemo saat terlibat bentrokan di sekitar Kantor DPRD dan perumahan Anggrek. Sebab, tidak ada anggota Polres Luwu diturunkan membawa senjata api, termasuk personel antihuru-hara yang diterjunkan mengamankan aksi unjuk rasa yang diwarnai anarkistis ini.
"Anggota kami tidak menembak mahasiswa, karena tidak turun pengamanan membawa senjata. Kami hanya menghalau mahasiswa dengan gas air mata dan tidak ada pasukan pengamanan melepaskan tembakan, baik menggunakan senjata berpuluru karet, apalagi peluru tajam," tegas dia.
Sebaliknya, jajaran Polres Palopo menuding mahasiswa yang melepaskan tembakan ke arah aparat pengamanan menggunakan senjata api rakitan (Senpira) jenis Papporo dan melempari aparat kepolisian dengan batu dan kayu.
Sementara itu, tim medis RS Atmedika sejak bentrokan terjadi antara pendemo dan aparat pengamanan, sibuk melayani korban luka-luka yang dilarikan ke UGD. Sebanyak 15 korban luka-luka dirawat di RS swasta ternama di kota "IDAMAN" ini.
Kapolres Palopo AKBP Muh Fajaruddin menambahkan, polisi yang bertugas sebagai pengamanan unjuk rasa di daerah ini, tidak dipersenjatai. Karena itu, Kapolres secara tegas membantah jika dua mahasiswa dan satu warga yang menjadi korban penembakan, itu dilakukan oleh polisi.
"Bagaimana anggota saya mau menembak sementara mereka tidak dipersenjatai saat melakukan pengamanan aksi unjuk rasa," tegas Kapolres.
Disinggung soal adanya proyektil peluru tajam yang ditemukan mahasiswa di sekitar kampus Uncokro, Kapolres menegaskan, proyektil tersebut belum tentu milik anggota polisi.
"Jadi, sekali lagi saya tegaskan, tidak ada anggota polisi menembak pendemo," katanya.(azh)
()