Mahasiswa Palopo tuding polisi kerahkan preman
A
A
A
Sindonews.com - Ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Kota Palopo, masih bertahan dan berkumpul di Kampus Universitas Cokroaminoto (Uncokro) Palopo.
Mereka masih berhadap-hadapan dengan petugas pengamanan yang dimotori personel Brimob Kompi C Baebunta, aparat kepolisian dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).
Sebagian mahasiswa berkumpul di depan kampus, sebagian lagi berkumpul di halaman kampus perguruan tinggi tertua di Palopo ini. Bahkan, mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi lainnya di Palopo, mulai bergabung ke Kampus Uncokro.
Banyaknya mahasiswa yang menderita luka-luka dalam insiden bentrokan usai salat Jumat hingga petang hari, menuai kecaman dari para koordinator aksi demo penolakan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Kota Palopo.
Bahkan, mereka menuding aparat kepolisian mengerahkan preman menghadapi mahasiswa yang berdemo di depan Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
"Kami menaruh curiga, aparat mengerahkan preman menghadapi mahasiswa. Salah satu indikasinya, saat terjadi bentrokan dengan pendemo dengan aparat, beberapa teman-teman mahasiswa melihat tiga unit mobil membawa sekelompok pemuda diturunkan di dekat kantor DPRD. Para pemuda itu ikut memburu dan menyerang mahasiswa," kata Paltiana, aktivis lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang ikut dalam aksi penolakan kenaikan harga BBM, Jumat (30/3/2012).
Sementara koordinator aksi AMPO, Yertin Ratu, mengaku melihat sekelompok pemuda diturunkan dari tiga mobil di dekat Kantor DPRD. Para pemuda itu menyerang mahasiswa yang tengah terlibat bentrokan dengan petugas kepolisian.
"Kami sangat menyayangkan adanya pelibatan preman menghadapi mahasiswa. Kami juga mengecam aparat kepolisian karena terkesan membiarkan warga sipil ikut mengejar dan melempari mahasiswa," tegas Yertin.
Suasana jalan-jalan utama di sekitar Kantor DPRD dan Balai Kota Palopo, jelang malam hari, masih mencekam. Aparat Brimob masih bersiaga di jalan Anggrek, sekira 300-an meter dari kampus Uncokro Palopo.
Kapolres Palopo AKBP Muh Fajaruddin membantah tegas pihaknya mengerahkan preman menghadapi mahasiswa dan aktivis LSM yang berdemo menolak kenaikan harga BBM. Sebaliknya, Kapolres mengakui, banyak warga sipil yang tinggal di sekitar Perumahan Anggrek, ikut menyerang dan melempari mahasiswa karena rumah mereka rusak terkena lemparan batu.
Memang, sebagian besar rumah di Perumahan Anggrek, terutama di Jalan Anggrek belakang SMAN 3 Palopo, rusak karena lokasi bentrokan berlangsung di daerah itu. Ruas jalanan juga masih dipenuhi batu dan kayu bekas lemparan baik petugas dan pendemo.
"Kita harapkan agar pendemo menjaga diri dan tidak melakukan pelemparan ke aparat keamanan. Kami berada di lapangan sebatas mengamankan aksi unjuk rasa," tambah Fajaruddin.(azh)
Mereka masih berhadap-hadapan dengan petugas pengamanan yang dimotori personel Brimob Kompi C Baebunta, aparat kepolisian dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).
Sebagian mahasiswa berkumpul di depan kampus, sebagian lagi berkumpul di halaman kampus perguruan tinggi tertua di Palopo ini. Bahkan, mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi lainnya di Palopo, mulai bergabung ke Kampus Uncokro.
Banyaknya mahasiswa yang menderita luka-luka dalam insiden bentrokan usai salat Jumat hingga petang hari, menuai kecaman dari para koordinator aksi demo penolakan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Kota Palopo.
Bahkan, mereka menuding aparat kepolisian mengerahkan preman menghadapi mahasiswa yang berdemo di depan Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
"Kami menaruh curiga, aparat mengerahkan preman menghadapi mahasiswa. Salah satu indikasinya, saat terjadi bentrokan dengan pendemo dengan aparat, beberapa teman-teman mahasiswa melihat tiga unit mobil membawa sekelompok pemuda diturunkan di dekat kantor DPRD. Para pemuda itu ikut memburu dan menyerang mahasiswa," kata Paltiana, aktivis lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang ikut dalam aksi penolakan kenaikan harga BBM, Jumat (30/3/2012).
Sementara koordinator aksi AMPO, Yertin Ratu, mengaku melihat sekelompok pemuda diturunkan dari tiga mobil di dekat Kantor DPRD. Para pemuda itu menyerang mahasiswa yang tengah terlibat bentrokan dengan petugas kepolisian.
"Kami sangat menyayangkan adanya pelibatan preman menghadapi mahasiswa. Kami juga mengecam aparat kepolisian karena terkesan membiarkan warga sipil ikut mengejar dan melempari mahasiswa," tegas Yertin.
Suasana jalan-jalan utama di sekitar Kantor DPRD dan Balai Kota Palopo, jelang malam hari, masih mencekam. Aparat Brimob masih bersiaga di jalan Anggrek, sekira 300-an meter dari kampus Uncokro Palopo.
Kapolres Palopo AKBP Muh Fajaruddin membantah tegas pihaknya mengerahkan preman menghadapi mahasiswa dan aktivis LSM yang berdemo menolak kenaikan harga BBM. Sebaliknya, Kapolres mengakui, banyak warga sipil yang tinggal di sekitar Perumahan Anggrek, ikut menyerang dan melempari mahasiswa karena rumah mereka rusak terkena lemparan batu.
Memang, sebagian besar rumah di Perumahan Anggrek, terutama di Jalan Anggrek belakang SMAN 3 Palopo, rusak karena lokasi bentrokan berlangsung di daerah itu. Ruas jalanan juga masih dipenuhi batu dan kayu bekas lemparan baik petugas dan pendemo.
"Kita harapkan agar pendemo menjaga diri dan tidak melakukan pelemparan ke aparat keamanan. Kami berada di lapangan sebatas mengamankan aksi unjuk rasa," tambah Fajaruddin.(azh)
()