Dua wanita asal Bondowoso dijual di tempat prostitusi
A
A
A
Sindonews.com - Reserse Mobil Brimob Polda Kaltim berhasil menyelamatkan dua orang wanita yang hendak dijual kepada pria hidung belang. Dua wanita tersebut berinisial berasal dari Bondowoso, Jawa Timur.
Dengan iming-iming pekerjaan yang layak, dua wanita ini kemudian mau menerima tawaran seseorang untuk meninggalkan kampung halamannya.
Menurut pengakuan korban, dia awalnya didatangi oleh seorang pria bernama Hardi yang kemudian menawarinya pekerjaan. Karena memang tidak memiliki pekerjaan, keduanya menerima tawaran tersebut. Dua perempuan ini juga masing-masing memiliki anak, namun telah bercerai dengan suaminya.
"Kami mau menghidupi anak kami mas. Jadi dapat tawaran pekerjaan dari Hardi dengan gaji Rp1,5 juta kami ambil," kata korban, di Mako Konpi 4, 5, 6 Samarinda Brimob Polda Kaltim, Sabtu (24/3/2012).
Ditambahkan korban, tawaran pekerjaan yang diberikan bergerak di jasa catering atau warung makan. Karena dianggap tidak terlalu sulit pekerjaan tersebut, serta tawaran gaji yang ada, keduanya menerima. Keduanya berangkat dari Bondowoso pada Minggu, 18 Maret 2012.
"Dari Bondowoso ke Surabaya, kami naik mobil. Dari Surabaya menuju Balikpapan pakai kapal laut. Sampai di Balikpapan, hari Selasa dan langsung dibawa ke tempat yang dituju," terang korban.
Betapa kaget keduanya saat sampai di tempat tujuan, yakni Desa Muara Kembang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kaltim. Lokasi yang ditempati keduanya bernama Wisma Kembang dan diduga kuat merupakan tempat prostitusi.
"Kami tak tahu persis itu tempat begituan atau tidak. Tapi di sana sudah ada semacam pondokan-pondokan. Selain kami, ada empat perempuan yang biasa melayani laki-laki dan selalu berpakaian seksi," tutur korban.
Mengetahui tempat kerjanya demikian, keduanya kemudian berontak. Mereka meminta pulang. Tentu saja Hardi menolak dengan keras. Bahkan korban sempat dipukul di bagian pipi. "Dia bilang, kembalikan dulu semua ongkos yang sudah dikeluarkan, baru bisa pulang," tambah korban.
Beruntung, selama berada di Wisma tersebut, handphone keduanya tidak disita. Dari situ lah dkorban kemudian menelpon kerabatnya di Pulau Jawa dan mengabarkan kondisinya. "Entah apa yang dilakukan keluarga saya itu, yang jelas saya langsung dijemput oleh polisi dan dibawa ke sini," ungkapnya.
Kedua korban mengaku belum melayani laki-laki hidung belang satu pun. Selain karena menolak melayani, mereka juga enggan dipisah untuk ditempatkan di pondokan-pondokan yang tiap kamarnya diisi satu wanita. Sayang polisi tidak menemukan Hardi saat menjemput dua wanita ini. Polisi hanya membawa pasangan suami istri pemilik wisma dan istri Hardi.
Menurut Kanit Ops Sat Brimob Polda Kaltim Iptu Anton Saman SH, Hardi diduga melarikan diri. "Namun berdasarkan keterangan istrinya, Hardi tidak melarikan diri. Tapi mencari wanita lain di berbagai daerah, terutama di Pulau Jawa untuk dipekerjakan di wisma tersebut," kata Anton.
Kini, pihak kepolisian masih menangani kasus ini. Selain mengejar tersangka, polisi juga berupaya memeriksa pemilik wisma dan istri Hardi. (san)
Dengan iming-iming pekerjaan yang layak, dua wanita ini kemudian mau menerima tawaran seseorang untuk meninggalkan kampung halamannya.
Menurut pengakuan korban, dia awalnya didatangi oleh seorang pria bernama Hardi yang kemudian menawarinya pekerjaan. Karena memang tidak memiliki pekerjaan, keduanya menerima tawaran tersebut. Dua perempuan ini juga masing-masing memiliki anak, namun telah bercerai dengan suaminya.
"Kami mau menghidupi anak kami mas. Jadi dapat tawaran pekerjaan dari Hardi dengan gaji Rp1,5 juta kami ambil," kata korban, di Mako Konpi 4, 5, 6 Samarinda Brimob Polda Kaltim, Sabtu (24/3/2012).
Ditambahkan korban, tawaran pekerjaan yang diberikan bergerak di jasa catering atau warung makan. Karena dianggap tidak terlalu sulit pekerjaan tersebut, serta tawaran gaji yang ada, keduanya menerima. Keduanya berangkat dari Bondowoso pada Minggu, 18 Maret 2012.
"Dari Bondowoso ke Surabaya, kami naik mobil. Dari Surabaya menuju Balikpapan pakai kapal laut. Sampai di Balikpapan, hari Selasa dan langsung dibawa ke tempat yang dituju," terang korban.
Betapa kaget keduanya saat sampai di tempat tujuan, yakni Desa Muara Kembang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kaltim. Lokasi yang ditempati keduanya bernama Wisma Kembang dan diduga kuat merupakan tempat prostitusi.
"Kami tak tahu persis itu tempat begituan atau tidak. Tapi di sana sudah ada semacam pondokan-pondokan. Selain kami, ada empat perempuan yang biasa melayani laki-laki dan selalu berpakaian seksi," tutur korban.
Mengetahui tempat kerjanya demikian, keduanya kemudian berontak. Mereka meminta pulang. Tentu saja Hardi menolak dengan keras. Bahkan korban sempat dipukul di bagian pipi. "Dia bilang, kembalikan dulu semua ongkos yang sudah dikeluarkan, baru bisa pulang," tambah korban.
Beruntung, selama berada di Wisma tersebut, handphone keduanya tidak disita. Dari situ lah dkorban kemudian menelpon kerabatnya di Pulau Jawa dan mengabarkan kondisinya. "Entah apa yang dilakukan keluarga saya itu, yang jelas saya langsung dijemput oleh polisi dan dibawa ke sini," ungkapnya.
Kedua korban mengaku belum melayani laki-laki hidung belang satu pun. Selain karena menolak melayani, mereka juga enggan dipisah untuk ditempatkan di pondokan-pondokan yang tiap kamarnya diisi satu wanita. Sayang polisi tidak menemukan Hardi saat menjemput dua wanita ini. Polisi hanya membawa pasangan suami istri pemilik wisma dan istri Hardi.
Menurut Kanit Ops Sat Brimob Polda Kaltim Iptu Anton Saman SH, Hardi diduga melarikan diri. "Namun berdasarkan keterangan istrinya, Hardi tidak melarikan diri. Tapi mencari wanita lain di berbagai daerah, terutama di Pulau Jawa untuk dipekerjakan di wisma tersebut," kata Anton.
Kini, pihak kepolisian masih menangani kasus ini. Selain mengejar tersangka, polisi juga berupaya memeriksa pemilik wisma dan istri Hardi. (san)
()