Indonesia butuh Nabi darurat

Kamis, 15 Maret 2012 - 08:37 WIB
Indonesia butuh Nabi...
Indonesia butuh Nabi darurat
A A A
Sindonews.com - ”Ini lelaku tidak untuk mencari kegagahan. Ini hanya jalan mematuhi kerinduan kepada ilmu dan pengetahuan. Ini nenepi tidak untuk membangun kehebatan. Ini langkahlangkah sangat kecil untuk menyadari kekerdilan”.

Kalimat itu dilontarkan oleh tokoh Ruwat Sengkolo (diperankan Joko Kamto) sebagai pembuka teater ”Nabi Darurat Rasul Ad-Hoc”di gedung Kesenian Cak Durasim Selasa (13/3) malam. Ruwat Sengkolo adalah sosok orang yang dipenuhi keresahan akan keadaan zaman ini. Zaman yang semakin menjauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Dia pun mengurung diri dalam kurungan putih besar buatannya sendiri. ”Penduduk bumi sekarang ini butuh nabi.

Kalau tidak ada nabisungguhan,ya nabidaruratlah. Kalau tidak ada rasul beneran, ya yang berfungsi ad-hoclah. Kalau tidak ada nabi dan rasul, maka panen raya langit akan menimpa bumi,”katanya. Teater yang diusung dari naskah karya Emha Ainun Nadjib ini membuat penonton tegang. Suasana sedikit mencair ketika beberapa anak muda personil band Letto yang berperan sebagai anak-anak kos duduk santai sedang bergunjing.

Gunjingan-gunjingan itu penuh jenaka,tidak seperti Ruwat yang penuh kemarahan.Para personil Letto menyampaikannya dengan sindiran-sindiran jenaka.Meski santai,obrolan mereka nyleneh dan sarat realitas faktual serta definisidefinisi fenomena sosial yang terjadi. Adegan-adegan yang sedang dimainkan juga ikut semakin kuat oleh lagu-lagu Letto dengan lirik-lirik indah.

Ketegangan- ketegangan bahasa teater pun berubah menjadi sebuah kegembiraan dengan nuansa populer yang hadir dengan pas. Belum selesai Letto ”manggung”, dari sisi kanan panggung hadir Mbah Soimun, kakek Ruwat (diperankan Tertib Ruratmo).Kehadirannya pun membawa tawa penonton.

Dialog satir nan jenaka Mbah Soimun, Pak Jangkep, dan Alex Sarpin disajikan dalam kondisi gelisah tapi tidak kering dari guyon-guyon segar. Pertunjukan berdurasi tiga jam itu merupakan persembahan dari Teater Perdikan berkolaborasi dengan band Letto. Mereka memberikan nuansa dan miniatur permasalahan bangsa.

Kompleksitas keadaan darurat yang menyesakan jiwa membuat warga terpuruk. Sabrang Mowo Damar Panuluh yang berperan sebagai Brah Abadon mengatakan kolaborasi band-nya dengan Kyai Kanjeng bukanlah sekadar untuk mencari keuntungan belaka. ”Orang mati-matian mencari sesuatu yang tidak bisa dibawa mati, padahal kematian itu sudah pasti,” jelasnya. (wbs)

()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0688 seconds (0.1#10.140)