Hujan deras, jembatan antar desa ambrol
A
A
A
Sindonews.com - Jembatan yang menghubungkan Desa Gladagsari dan Desa Kembang di Kecamatan Ampel, Boyolali ambrol saat terjadi hujan deras. Akibatnya, warga setempat harus memutar sejauh tiga kilometer.
Sukiman (36) warga Dukuh Karangduwet, Desa Gladagsari, mengaku jembatan ambrol pada Jumat 2 Maret 2012 sekitar pukul 23.00 WIB. Diduga akibat kondisi jembatan yang sudah tua. Hujan yang berlangsung terus-menerus mengakibatkan kondisi jembatan semakin parah.
”Sebelum runtuh, jembatan yang dibangun sekitar tahun 1970 ini memang telah rapuh,” ujar Sukiman kemarin.
Agar akses tidak terputus, warga setempat berupaya membuat jembatan darurat di samping jembatan yang ambrol. Jembatan darurat dibuat dengan menggunakan pipa besi melalui swadaya masyarakat.
Guna mempersingkat jarak, beberapa warga nekat meniti batang pipa yang akan dijadikan blandar jembatan darurat. Sementara ibu-ibu dan anak-anak sekolah lebih memilih menyeberang melalui dasar jurang Ngadon. Hal itu tidak dapat dilakukan ketika sungai dalam keadaan banjir.
Adapun pengendara sepeda motor atau mobil harus memutar melalui jalan lain sekitar tiga kilometer.
”Kami berharap ada bantuan dari pemerintah untuk membangun kembali. Sebab, jembatan itu merupakan jalur utama ekonomi warga Desa Tanduk, Gladagsari dan Kembang,” ungkapnya.
Selain mengakibatkan jembatan ambrol, hujan deras disertai angin kencang juga membuat rumah Gito Suyitno, 55,warga Dukuh Kadipiro, Desa Genting, Kecamatan Cepogo roboh.Rumah berukuran 6x8 meter persegi dan terbuat dari kayu dan bambu itu rata dengan tanah. Sejumlah peralatan rumah tangga juga mengalami kerusakan.
”Kerugian material sekitar Rp8 juta,” ujar Camat Cepogo, Siti Askariyah.(azh)
Sukiman (36) warga Dukuh Karangduwet, Desa Gladagsari, mengaku jembatan ambrol pada Jumat 2 Maret 2012 sekitar pukul 23.00 WIB. Diduga akibat kondisi jembatan yang sudah tua. Hujan yang berlangsung terus-menerus mengakibatkan kondisi jembatan semakin parah.
”Sebelum runtuh, jembatan yang dibangun sekitar tahun 1970 ini memang telah rapuh,” ujar Sukiman kemarin.
Agar akses tidak terputus, warga setempat berupaya membuat jembatan darurat di samping jembatan yang ambrol. Jembatan darurat dibuat dengan menggunakan pipa besi melalui swadaya masyarakat.
Guna mempersingkat jarak, beberapa warga nekat meniti batang pipa yang akan dijadikan blandar jembatan darurat. Sementara ibu-ibu dan anak-anak sekolah lebih memilih menyeberang melalui dasar jurang Ngadon. Hal itu tidak dapat dilakukan ketika sungai dalam keadaan banjir.
Adapun pengendara sepeda motor atau mobil harus memutar melalui jalan lain sekitar tiga kilometer.
”Kami berharap ada bantuan dari pemerintah untuk membangun kembali. Sebab, jembatan itu merupakan jalur utama ekonomi warga Desa Tanduk, Gladagsari dan Kembang,” ungkapnya.
Selain mengakibatkan jembatan ambrol, hujan deras disertai angin kencang juga membuat rumah Gito Suyitno, 55,warga Dukuh Kadipiro, Desa Genting, Kecamatan Cepogo roboh.Rumah berukuran 6x8 meter persegi dan terbuat dari kayu dan bambu itu rata dengan tanah. Sejumlah peralatan rumah tangga juga mengalami kerusakan.
”Kerugian material sekitar Rp8 juta,” ujar Camat Cepogo, Siti Askariyah.(azh)
()