34 orang batal dijual ke Kalimantan

Selasa, 06 Maret 2012 - 09:27 WIB
34 orang batal dijual ke Kalimantan
34 orang batal dijual ke Kalimantan
A A A
Sindonews.com – Pelabuhan Tanjung Perak kembali menjadi pintu masuk praktik perdagangan manusia (trafficking). Kemarin 34 orang warga asal Sikka Maumere, Nusa Tenggara Timur (NTT) diduga akan dijual untuk menjadi pekerja perkebunan Kelapa Sawit di Kalimantan Tengah.

Dari 34 orang itu lima di antara mereka masih anak-anak. Mereka berhasil dievakuasi ke Mapolres Pelabuhan Tanjung Perak. Ke-34 orang yang menumpang KM Dharma Kencana dari NTT. Rencana trafficking itu berhasil digagalkan setelah ada laporan pihak berwajib dari Sikka Maumere NTT. Dalam evakuasi kemarin, polisi juga berhasil meringkus seorang tersangka, Boamans, yang menjadi otak trafficking tersebut.

Boamans, sebelumnya telah dikejar aparat Polres Sikka NTT, namun berhasil kabur dengan cara menyusup di antara para korban. Kapolrestabes Surabaya AKBP Anom Wibowo mengatakan, evakuasi korban serta penangkapan pelaku dilakukan sebagai tindak lanjut laporan dari Polres Sikka NTT dua hari lalu. Saat itu, Polda NTT menghubungi Polda Jatim terkait kasus trafficking di sana. Bahwa ada sekitar 34 orang telah dikirim secara ilegal ke Kalimantan.

”Atas informasi ini, kami lantas melakukan penggeledahan saat KM Dharma Kencana transit dan bersandar di Tanjung Perak. Dan ternyata benar, di dalam ada banyak ibuibu dan anak-anak.Mereka semua akan dikirim ke Kalimantan,” katanya.

Anom menambahkan, dari hasil penyidikan, tersangka Boamans adalah rekan Donatus(30). Warga Ladubewa, Desa Done, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka NTT sebelumnya telah dibekuk Polda NTT atas kasus yang sama, termasuk juga penculikan.

”Nah, saat itu, Donatus berhasil diamankan, sementara Boaman berhasil kabur membawa 34 orang ini dan berhasil lolos dari Pelabuhan L.Say, Maumere pada Jumat 2 Maret 2012 lalu,” imbuhnya.

Elisabet Lisa (38) salah satu korban mengatakan bahwa dirinya berangkat bersama suami dan ipar. Meski menerima tawaran pekerjaan sebagai pekerja di perkebunan sawit namun dia tak tahu gaji yang akan diterimanya.

”Siapa yang tak mau diberi pekerjaan yang tak mengeluarkan uang sama sekali. Apalagi semua biaya kapal ditanggung Boamans,” jelas Elisabet.(azh)
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7192 seconds (0.1#10.140)
pixels