BPBP: Banjir bandang bukan pembalakan liar
A
A
A
Sindonews.com - Banjir bandang yang melanda, Kecamatan Simpati, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat bukan karena pembalakan liar diperbukitan setempat, hal itu dikatakan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BPNB) Syamsul Ma’arif usai memantau Kecamatan Simpati dari udara bersama Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno dan Bupati Pasaman, Benny Utama.
“Dari pemantau dari udara, kami melihat bencana ini bukan diakibatkan oleh pembalakan liar,” katanya, Jumat (24/2/2012)
Namun ia mengakui bahwa di kawan perbukitan itu ada pembukaan lahan oleh masyarakat untuk perkebunan namun katanya itu masih jauh dari lokasi longsor ini.
“Kami menilai kejadian bencana ini murni oleh kondisi curah hujan yang lebat, serta kondisi retakkan perbukitan yang labil,” katanya.
Ia juga Selain curha hujan yang tinggi kata Syamsul, banjir bandang juga disebabkan kondisi topografi alam, posisi daerah ini merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan 40 derajat, ditambah lagi daerahnya yang mudah longsor.
“Kondisi daerah ini mirip dengan Wasior, kemiringan mencapai 40 derajat sehingga posisi tanah mudah longsor. Kalau ada yang mengatakan banjir bandang ini akibat pembalakan liar silahkan beretanggungjawab pernyataannya dan bukit-bukti pembalakan liar tersebut,” ujarnya.
Selain itu ia juga meminta kepada Pemkab Pasaman untuk segera melakukan aksi empat bentuk, yaitu berupaya memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, berupa makan, minum. “Pedistribusian mesti cepat dan tepat sasaran,” ujarnya.
Berikutnya kebutuhan pakaian, para korban, selimut serta kebutuhan khusus gender yang menjadi sesuatu yang penting, sehingga masyarakat juga dapat nyaman dan mengurangi kesedihan, terutama anak-anak dan ibu-ibu. Ketiga kebutuhan akan air minum, ini mesti segera menjadi prioritas.
Aksi keempat tempat berteduh, bisa tenda, atau tempat fasiltas umum, yang dapat dipergunakan sebagai penghunian sementara. Sebelum kita memberikan bantuan untuk pembangunan kembali rumah para korban bencana ini. (wbs)
“Dari pemantau dari udara, kami melihat bencana ini bukan diakibatkan oleh pembalakan liar,” katanya, Jumat (24/2/2012)
Namun ia mengakui bahwa di kawan perbukitan itu ada pembukaan lahan oleh masyarakat untuk perkebunan namun katanya itu masih jauh dari lokasi longsor ini.
“Kami menilai kejadian bencana ini murni oleh kondisi curah hujan yang lebat, serta kondisi retakkan perbukitan yang labil,” katanya.
Ia juga Selain curha hujan yang tinggi kata Syamsul, banjir bandang juga disebabkan kondisi topografi alam, posisi daerah ini merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan 40 derajat, ditambah lagi daerahnya yang mudah longsor.
“Kondisi daerah ini mirip dengan Wasior, kemiringan mencapai 40 derajat sehingga posisi tanah mudah longsor. Kalau ada yang mengatakan banjir bandang ini akibat pembalakan liar silahkan beretanggungjawab pernyataannya dan bukit-bukti pembalakan liar tersebut,” ujarnya.
Selain itu ia juga meminta kepada Pemkab Pasaman untuk segera melakukan aksi empat bentuk, yaitu berupaya memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, berupa makan, minum. “Pedistribusian mesti cepat dan tepat sasaran,” ujarnya.
Berikutnya kebutuhan pakaian, para korban, selimut serta kebutuhan khusus gender yang menjadi sesuatu yang penting, sehingga masyarakat juga dapat nyaman dan mengurangi kesedihan, terutama anak-anak dan ibu-ibu. Ketiga kebutuhan akan air minum, ini mesti segera menjadi prioritas.
Aksi keempat tempat berteduh, bisa tenda, atau tempat fasiltas umum, yang dapat dipergunakan sebagai penghunian sementara. Sebelum kita memberikan bantuan untuk pembangunan kembali rumah para korban bencana ini. (wbs)
()