Jembatan Gegerbitung putus, 825 KK terisolasi
A
A
A
Sindonews.com - Jembatan penghubung antara Kecamatan Gegerbitung dan Kecamatan Cireunghas, Kabupaten Sukabumi, putus dihantam air sungai yang meluap setelah didera hujan deras, Kamis (23/2) dini hari kemarin.
Putusnya jembatan penghubung ini membuat 825 kepala keluarga (KK) yang bermukim di Kedusunan Caringin terisolasi. Jembatan tersebut merupakan akses jalan utama yang menghubungkan dua kecamatan, yakni Kecamatan Gegerbitung dan Kecamatan Cireunghas.
Kondisi itu juga membuat warga tidak bisa beraktivitas menuju perkotaan. Keterangan yang dihimpun SINDO, putusnya jembatan penghubung terjadi sekitar pukul 00.00 WIB.
Material jembatan yang hampir seluruhnya terbuat dari beton dan kerangka besi ini jebol di bagian tengah. Diduga setelah terkikis luapan air Sungai Caringin. Kini yang tersisa dari bangunan jembatan sepanjang 40 meter dengan lebar 1,2 meter itu hanya berupa puingpuing di kedua pinggiran sungai.
“Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu, sebab kejadiannya pada tengah malam. Hanya saja warga terancam terisolasi karena jembatan itu merupakan lintasan utama bagi warga,”kata Khoerudin, warga sekitar.
Setelah ambruknya jembatan Gegerbitung ini, otomatis membuat anak-anak tidak bisa sekolah. Kalaupun bisa sekolah atau beraktivitas, mereka terpaksa memilih jalan memutar dengan waktu tempuh selama satu jam untuk sampai ke lintasan utama.
“Kami tetap harus bersekolah, meski harus mengambil jalan memutar selama satu jam. Ini terpaksa dilakukan karena saat ini tengah menjalani ujian sekolah,”kata Eman, 15, siswa SMP.
Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan Badan Penanggulangan Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi Usman Susilo menjelaskan, robohnya jembatan tersebut merupakan bagian dari bencana alam yang berdampak pada kebutuhan masyarakat.
“Kali sudah berkoordinasi dengan instansi pemerintah lainnya dan kami akan segera melakukan perbaikan terhadap jembatan beton tersebut,” kata Usman.
Namun, pihaknya tidak dapat memastikan waktu perbaikan tersebut. Dia berharap perbaikan bisa dilakukan segera, sebab hal itu menyangkut ratusan warga dan efeknya berpengaruh pada tingkat perekonomian.
“Kami berharap perbaikannya segera.Tapi kami belum bisa memastikan.Yang pasti, kami sudah melakukan koordinasi dengan instansi terkait,” jelas dia.(lin)
Putusnya jembatan penghubung ini membuat 825 kepala keluarga (KK) yang bermukim di Kedusunan Caringin terisolasi. Jembatan tersebut merupakan akses jalan utama yang menghubungkan dua kecamatan, yakni Kecamatan Gegerbitung dan Kecamatan Cireunghas.
Kondisi itu juga membuat warga tidak bisa beraktivitas menuju perkotaan. Keterangan yang dihimpun SINDO, putusnya jembatan penghubung terjadi sekitar pukul 00.00 WIB.
Material jembatan yang hampir seluruhnya terbuat dari beton dan kerangka besi ini jebol di bagian tengah. Diduga setelah terkikis luapan air Sungai Caringin. Kini yang tersisa dari bangunan jembatan sepanjang 40 meter dengan lebar 1,2 meter itu hanya berupa puingpuing di kedua pinggiran sungai.
“Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu, sebab kejadiannya pada tengah malam. Hanya saja warga terancam terisolasi karena jembatan itu merupakan lintasan utama bagi warga,”kata Khoerudin, warga sekitar.
Setelah ambruknya jembatan Gegerbitung ini, otomatis membuat anak-anak tidak bisa sekolah. Kalaupun bisa sekolah atau beraktivitas, mereka terpaksa memilih jalan memutar dengan waktu tempuh selama satu jam untuk sampai ke lintasan utama.
“Kami tetap harus bersekolah, meski harus mengambil jalan memutar selama satu jam. Ini terpaksa dilakukan karena saat ini tengah menjalani ujian sekolah,”kata Eman, 15, siswa SMP.
Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan Badan Penanggulangan Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi Usman Susilo menjelaskan, robohnya jembatan tersebut merupakan bagian dari bencana alam yang berdampak pada kebutuhan masyarakat.
“Kali sudah berkoordinasi dengan instansi pemerintah lainnya dan kami akan segera melakukan perbaikan terhadap jembatan beton tersebut,” kata Usman.
Namun, pihaknya tidak dapat memastikan waktu perbaikan tersebut. Dia berharap perbaikan bisa dilakukan segera, sebab hal itu menyangkut ratusan warga dan efeknya berpengaruh pada tingkat perekonomian.
“Kami berharap perbaikannya segera.Tapi kami belum bisa memastikan.Yang pasti, kami sudah melakukan koordinasi dengan instansi terkait,” jelas dia.(lin)
()