Ada sosial media, gerakan pemuda tak perlu wadah besar
A
A
A
Sindonews.com - Gerakan pemuda saat ini berbeda dengan gerakan zaman dulu. Saat ini para pemuda tidak perlu mendirikan organisasi berskala besar.
"Mereka hanya perlu unit-unit kecil kegiatan, tetapi saling berinteraksi," ungkap Rektor Universitas Paramadina Anies Rasyid Baswedan, di sela Indonesia Young Changemakers Summit (IYCS) bertema Sumpah Pemuda Jilid 2.0 di Gedung Merdeka, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (11/2/2012).
"Sekarang anak muda berprestasi sangat tersebar di Indonesia, tetapi terjadi pertukaran ide gagasan lewat sosial media. Jadi tidak perlu wadah atau organisasi besar, sebab itu zaman dulu sekarang sudah berubah," katanya.
Kata dia, ke depan unit-unit kecil pemuda saling berinteraksi, tersebar di banyak titik tapi punya komunitas bersama untuk saling berinteraksi dan menularkan ide-idenya. Sebab itu, IYCS merupakan salah satu komunitas yang diikuti 200 pemuda dari 33 provinsi di Indonesia. Mereka melakukan kerja sosial untuk menghasilkan karya bagi masyarakat.
"Ada tiga karya yang bisa berdampak kepada gerakan perubahan pemuda saat ini. Pertama, tentu ide-ide dan karya pemuda dikelola dengan baik. Peran media sangat penting untuk mengekspos prestasi-prestasi para pemuda," katanya.
Suatu karya juga memiliki manfaat yang sifatnya timbal balik bagi masyarakat dan pengelolanya, sehingga ada efek berkelanjutan. Anies menyebutkan, misalnya karya anak muda di bidang mikro hidro, yang manfaatnya dirasakan masyarakat dan pengelolanya. Produk anak muda tersebut tidak harus besar. Tetap lingkup karyanya kecil dan mudah diduplikasi.
Dalam kesempatan itu, 200 pemuda yang hadir mendapat cuplikan pidato tokoh penerima Nobel Perdamaian Muhammad Yunus, juga mendapat materi kuliah dari Joko Widodo (Walikota Solo), Pahala N Mansury (Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri), Lendo Novo (Pendiri Sekolah Rakyat). Selain itu ada pengusaha muda Sandiaga Uno, dan lain-lain.
"Mereka hanya perlu unit-unit kecil kegiatan, tetapi saling berinteraksi," ungkap Rektor Universitas Paramadina Anies Rasyid Baswedan, di sela Indonesia Young Changemakers Summit (IYCS) bertema Sumpah Pemuda Jilid 2.0 di Gedung Merdeka, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (11/2/2012).
"Sekarang anak muda berprestasi sangat tersebar di Indonesia, tetapi terjadi pertukaran ide gagasan lewat sosial media. Jadi tidak perlu wadah atau organisasi besar, sebab itu zaman dulu sekarang sudah berubah," katanya.
Kata dia, ke depan unit-unit kecil pemuda saling berinteraksi, tersebar di banyak titik tapi punya komunitas bersama untuk saling berinteraksi dan menularkan ide-idenya. Sebab itu, IYCS merupakan salah satu komunitas yang diikuti 200 pemuda dari 33 provinsi di Indonesia. Mereka melakukan kerja sosial untuk menghasilkan karya bagi masyarakat.
"Ada tiga karya yang bisa berdampak kepada gerakan perubahan pemuda saat ini. Pertama, tentu ide-ide dan karya pemuda dikelola dengan baik. Peran media sangat penting untuk mengekspos prestasi-prestasi para pemuda," katanya.
Suatu karya juga memiliki manfaat yang sifatnya timbal balik bagi masyarakat dan pengelolanya, sehingga ada efek berkelanjutan. Anies menyebutkan, misalnya karya anak muda di bidang mikro hidro, yang manfaatnya dirasakan masyarakat dan pengelolanya. Produk anak muda tersebut tidak harus besar. Tetap lingkup karyanya kecil dan mudah diduplikasi.
Dalam kesempatan itu, 200 pemuda yang hadir mendapat cuplikan pidato tokoh penerima Nobel Perdamaian Muhammad Yunus, juga mendapat materi kuliah dari Joko Widodo (Walikota Solo), Pahala N Mansury (Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri), Lendo Novo (Pendiri Sekolah Rakyat). Selain itu ada pengusaha muda Sandiaga Uno, dan lain-lain.
()