Tingkat stres anggota polisi tinggi
A
A
A
Sindonews.com - Aksi dugaan bunuh diri yang dilakukan oleh Briptu Dodik Setiawan, Anggota Polsek Kesatuan Pelaksanaan Pengamanan Pelabuhan (KP3) Tanjung Wangi jauh kaitannya dengan institusi kepolisian.
Pengamat militer yang juga Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UNM) Muhajir Efendi mengatakan, tingkat stres seorang polisi tentunya lebih tinggi dibanding dengan aparat keamanan lainnya.
"Aksi itu lebih pada sikap pribadi dari Briptu Dodik saja dan jauh kaitannya dengan profesinya sebagai anggota Polisi," kata muhajir menjelaskan, Jumat (10/2/2012).
Ia menjelaskan, institusi kepolisian saat ini memang sedang menerima tekanan publik yang sangat kuat. Hal itu seiring muncul berbagai kasus yang menimpa korps berseragam coklat ini.
"Banyak kasus yang menimpa polisi menjadikan tingkat stresnya tinggi dibanding dengan tentara," imbuhnya seraya menyebut Polisi saat ini juga memperbaiki citranya di masyarakat.
Menurut pria yang pernah mengenyam kursus pendek Universitas Pertahanan Nasional AS di Washington ini, kasus bunuh diri Briptu Dodik bukan hal yang besar karena lebih bergantung pada personal. Tentunya, keputusan bunuh diri itu diambil adalah dengan pola pikir yang singkat.
"Coba dia (Briptu Dodik) berpikir panjang, tentunya bunuh diri itu tidak akan terjadi," ujarnya.
Diketahui, Briptu Dodik Setiawan ditemukan tewas dengan luka tembak di kepala, pada Rabu petang kemarin. Polisi dengan NRP 79080620 itu diduga bunuh diri menggunakan senjata api jenis S&W dengan nomor registrasi 62-4389.
Senjata tersebut merupakan inventaris Polsek KP3 Tanjungwangi. Hingga saat ini motif bunuh diri bapak satu anak ini masih misterius.(azh)
Pengamat militer yang juga Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UNM) Muhajir Efendi mengatakan, tingkat stres seorang polisi tentunya lebih tinggi dibanding dengan aparat keamanan lainnya.
"Aksi itu lebih pada sikap pribadi dari Briptu Dodik saja dan jauh kaitannya dengan profesinya sebagai anggota Polisi," kata muhajir menjelaskan, Jumat (10/2/2012).
Ia menjelaskan, institusi kepolisian saat ini memang sedang menerima tekanan publik yang sangat kuat. Hal itu seiring muncul berbagai kasus yang menimpa korps berseragam coklat ini.
"Banyak kasus yang menimpa polisi menjadikan tingkat stresnya tinggi dibanding dengan tentara," imbuhnya seraya menyebut Polisi saat ini juga memperbaiki citranya di masyarakat.
Menurut pria yang pernah mengenyam kursus pendek Universitas Pertahanan Nasional AS di Washington ini, kasus bunuh diri Briptu Dodik bukan hal yang besar karena lebih bergantung pada personal. Tentunya, keputusan bunuh diri itu diambil adalah dengan pola pikir yang singkat.
"Coba dia (Briptu Dodik) berpikir panjang, tentunya bunuh diri itu tidak akan terjadi," ujarnya.
Diketahui, Briptu Dodik Setiawan ditemukan tewas dengan luka tembak di kepala, pada Rabu petang kemarin. Polisi dengan NRP 79080620 itu diduga bunuh diri menggunakan senjata api jenis S&W dengan nomor registrasi 62-4389.
Senjata tersebut merupakan inventaris Polsek KP3 Tanjungwangi. Hingga saat ini motif bunuh diri bapak satu anak ini masih misterius.(azh)
()