Mediasi keluarga pasien dan RSI buntu
A
A
A
Sindonews.com – Mediasi Rumah Sakit Islam (RSI) Surabaya dengan keluarga mantan pasiennya, Muriati, mengalami kebuntuan.Rencananya mediasi akan dilanjutkan hari ini di RS Katolik St. Vincentius a Paulo (RKZ) Surabaya.
Mediasi yang digelar hari ini akan menghadirkan tiga pihak yang bersengketa, mulai pihak keluarga Muriati, manajemen RSI Surabaya dan manajemen RKZ Surabaya. Mediasi ini merupakan yang ketiga kalinya. Mediasi pertama dilakukan pada 26 Januari lalu dan mediasi kedua digelar 9 Februari kemarin.
Mediasi pertama dan kedua dilakukan di RSI Surabaya. Dalam mediasi kedua kemarin, Direktur RSI Surabaya dr Syamsul Arifin MARS tetap membantah melakukan malapraktik. Apa yang dialami Muriati dinilainya merupakan resiko medis. “Dalam dunia medis, yang namanya malapraktik itu dilakukan oleh orang yang tidak berkompeten di bidangnya. Tapi operasi sterilisasi kepada ibu Muriati ini kan dilakukan oleh seorang dokter kandungan, itu sudah sesuai bidangnya,“ tandasnya dalam mediasi di RSI Surabaya kemarin.
Meski demikian, Syamsul menyatakan siap bertanggungjawab terhadap nasib perempuan berusia 36 tahun itu. Pihaknya akan membantu menanggung biaya perawatan pasien yang kini dirawat di Ruang ICU I RKZ Surabaya. Namun Syamsul belum memastikan berapa biaya yang akan ditanggung RSI Surabaya.“Secara prinsip kami bersedia membantu biaya perawatan. Tapi kami masih akan menunggu pertemuan besok (hari ini),“ kata dia.
Sementara itu,adik Muriati, Muntolip, menyatakan pihaknya tetap akan meminta RSI Surabaya untuk menanggung sepenuhnya atas biaya pengobatan sampai sembuh normal. Itu sesuai dengan komitmen bersama yang dihasilkan saat mediasi 26 Januari lalu.“Kami ada rekaman mediasi pertama itu,“ tandasnya. Dalam mediasi yang digelar hari ini di RKZ Surabaya, keluarga Muriati akan meminta pihak RSI Surabaya untuk menuangkan hasil komitmen dalam pernyataan tertulis yang ditandatangi.
Agar keluarga yang tinggaldiJalanPandean2nomor 4,Kelurahan Ngingas,Kecamatan Waru, Sidoarjo itu, mendapatkan kepastian hukum. Keluarga Muriati merasa trauma karena pada mediasi pertama pihak RSI sebenarnya sudah menyatakan secara lisan untuk menanggung biaya perawatan. Namun kenyataannya RSI Surabaya tidak pernah merealisasikan janji lisannya tersebut.
Akibatnya pihak RKZ Surabaya menuerahkan tagihak biaya perawatan kepada keluarga Muriati. Sampai saat ini biaya yang dikeluarkan keluarga Muriati sekitar Rp500 juta.“Kami akan minta pernyataan tertulis dari pihak RSI yang menyatakan siap menanggung sepenuhnya atas biaya pengobatan sampai sembuh normal,“ tuntut mantan aktivis 1998 Surabaya ini.
Bagaimana jika tuntutan tidak dipenuhi? Muntolip menyatakan akan langsung membawa kasus ini ke meja hijau. Sejumlah alat bukti dan pengacara sudah disiapkan untuk memperpanjang kasus ini ke ranah hukum.“Kalau tuntutan kami tidak dikabulkan, hari senin kami mendaftarkan kasus ini,“ tegasnya. Seperti diketahui, usus halus Muriati, ibu lima anak ini, terpotong sepanjang 2 sentimeter dalam operasi sterilisasi rahim.
Operasi sterlisasi rahim dilakukan pada 22 Desember 2011, atau sehari setelah dia melahirkan anak kelimanya. Terpotongnya usus halus itu tidak diketahui oleh dr IAS, dokter di RSI Wonokromo Surabaya yang menangani operasi sterlisasi Muriati. Beberapa hari pasca operasi, luka mulai mengeluarkan nanah dan terjadi infeksi.
Selain itu,kotoran masuk ke dalam rongga perut hingga perut korban menjadi buncit.Tubuh korbanpun berubah menjadi berwarna hijau karena nanah dan infeksi menjalar ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Kini Muriati terbaring di ruang ICU I RKZ Surabaya dan sudah menjalani empat kali operasi untuk membersihkan rongga perutnya.
Sampai sekarang, dokter tetap membiarkan usus Muriati menyembul keluar dari perut.Ini bertujuan agar nanah akibat luka di usus tidak lagi masuk kedalam rongga perut. Untuk bertahan hidup,Muriati harus bergantung pada mesin dan obat-obatan. Pada hidung dipasang selang hingga tembus ke lambung, begitu juga mulutnya dimasuki selang hingga tembus ke paru-paru.
Tidak hanya itu, hidup Muriati juga bergantung pada delapan botol infus dan mesin pernafasan (respirator).Sampai saat ini dokter masih belum bisa memperkirakan kapan Muriati sembuh. (wbs)
Mediasi yang digelar hari ini akan menghadirkan tiga pihak yang bersengketa, mulai pihak keluarga Muriati, manajemen RSI Surabaya dan manajemen RKZ Surabaya. Mediasi ini merupakan yang ketiga kalinya. Mediasi pertama dilakukan pada 26 Januari lalu dan mediasi kedua digelar 9 Februari kemarin.
Mediasi pertama dan kedua dilakukan di RSI Surabaya. Dalam mediasi kedua kemarin, Direktur RSI Surabaya dr Syamsul Arifin MARS tetap membantah melakukan malapraktik. Apa yang dialami Muriati dinilainya merupakan resiko medis. “Dalam dunia medis, yang namanya malapraktik itu dilakukan oleh orang yang tidak berkompeten di bidangnya. Tapi operasi sterilisasi kepada ibu Muriati ini kan dilakukan oleh seorang dokter kandungan, itu sudah sesuai bidangnya,“ tandasnya dalam mediasi di RSI Surabaya kemarin.
Meski demikian, Syamsul menyatakan siap bertanggungjawab terhadap nasib perempuan berusia 36 tahun itu. Pihaknya akan membantu menanggung biaya perawatan pasien yang kini dirawat di Ruang ICU I RKZ Surabaya. Namun Syamsul belum memastikan berapa biaya yang akan ditanggung RSI Surabaya.“Secara prinsip kami bersedia membantu biaya perawatan. Tapi kami masih akan menunggu pertemuan besok (hari ini),“ kata dia.
Sementara itu,adik Muriati, Muntolip, menyatakan pihaknya tetap akan meminta RSI Surabaya untuk menanggung sepenuhnya atas biaya pengobatan sampai sembuh normal. Itu sesuai dengan komitmen bersama yang dihasilkan saat mediasi 26 Januari lalu.“Kami ada rekaman mediasi pertama itu,“ tandasnya. Dalam mediasi yang digelar hari ini di RKZ Surabaya, keluarga Muriati akan meminta pihak RSI Surabaya untuk menuangkan hasil komitmen dalam pernyataan tertulis yang ditandatangi.
Agar keluarga yang tinggaldiJalanPandean2nomor 4,Kelurahan Ngingas,Kecamatan Waru, Sidoarjo itu, mendapatkan kepastian hukum. Keluarga Muriati merasa trauma karena pada mediasi pertama pihak RSI sebenarnya sudah menyatakan secara lisan untuk menanggung biaya perawatan. Namun kenyataannya RSI Surabaya tidak pernah merealisasikan janji lisannya tersebut.
Akibatnya pihak RKZ Surabaya menuerahkan tagihak biaya perawatan kepada keluarga Muriati. Sampai saat ini biaya yang dikeluarkan keluarga Muriati sekitar Rp500 juta.“Kami akan minta pernyataan tertulis dari pihak RSI yang menyatakan siap menanggung sepenuhnya atas biaya pengobatan sampai sembuh normal,“ tuntut mantan aktivis 1998 Surabaya ini.
Bagaimana jika tuntutan tidak dipenuhi? Muntolip menyatakan akan langsung membawa kasus ini ke meja hijau. Sejumlah alat bukti dan pengacara sudah disiapkan untuk memperpanjang kasus ini ke ranah hukum.“Kalau tuntutan kami tidak dikabulkan, hari senin kami mendaftarkan kasus ini,“ tegasnya. Seperti diketahui, usus halus Muriati, ibu lima anak ini, terpotong sepanjang 2 sentimeter dalam operasi sterilisasi rahim.
Operasi sterlisasi rahim dilakukan pada 22 Desember 2011, atau sehari setelah dia melahirkan anak kelimanya. Terpotongnya usus halus itu tidak diketahui oleh dr IAS, dokter di RSI Wonokromo Surabaya yang menangani operasi sterlisasi Muriati. Beberapa hari pasca operasi, luka mulai mengeluarkan nanah dan terjadi infeksi.
Selain itu,kotoran masuk ke dalam rongga perut hingga perut korban menjadi buncit.Tubuh korbanpun berubah menjadi berwarna hijau karena nanah dan infeksi menjalar ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Kini Muriati terbaring di ruang ICU I RKZ Surabaya dan sudah menjalani empat kali operasi untuk membersihkan rongga perutnya.
Sampai sekarang, dokter tetap membiarkan usus Muriati menyembul keluar dari perut.Ini bertujuan agar nanah akibat luka di usus tidak lagi masuk kedalam rongga perut. Untuk bertahan hidup,Muriati harus bergantung pada mesin dan obat-obatan. Pada hidung dipasang selang hingga tembus ke lambung, begitu juga mulutnya dimasuki selang hingga tembus ke paru-paru.
Tidak hanya itu, hidup Muriati juga bergantung pada delapan botol infus dan mesin pernafasan (respirator).Sampai saat ini dokter masih belum bisa memperkirakan kapan Muriati sembuh. (wbs)
()