Warga butuh alat penangkal petir
A
A
A
Sindonews.com – Pasca tewasnya tiga warga Dusun III Desa Aek Raja Parmonangan, Tapanuli Utara akibat tersambar petir belum lama ini, kini warga berharap agar pemerintah memasang penangkal petir di kawasan pertanian mereka.
Di kawasan tersebut,memang sering terjadi sambaran petir. Sebelum tiga warga yang tewas, pepohonan juga sering tersambar petir. Bahkan seekor kerbau juga pernah tersambar petir. Warga Dusun III Desa Aek Raja,Parmonangan Taput,Tohom Manalu, 45, mengatakan masyarakat memang banyak bekerja sebagai petani. Sehingga aktifitas pertanian akan terganggu karena warga takut ke ladang.
Mereka trauma dengan peristiwa sebelumnya yang menyambar tiga kerabat mereka beberapa waktu yang lalu. ”Kalau namanya musibah siapapun enggak bisa menghalanginya. Namun kita berharap agar pemerintah menyediakan alat penangkal petir guna mencegah jatuhnya korban jiwa,” katanya kepada SINDO, di Parmonangan, kemarin. Manalu melanjutkan, kawasan yang sering disambar petir tersebut merupakan kawasan yang subur.
Sehingga para warga sangat bergantung dengan lahan itu.Karena beragam jenis tanaman khususnya holtikultura dapat dikelola di sana. ”Kita tidak mungkin pindahkan lahan pertanian kita. Sebab di kawasan lain belum tentu sesubur kawasan di dusun kami ini,”ujarnya. Warga lainnya, J Sibarani, 55,mengharapkan hal yang sama. Sibarani mengatakan, masyarakat sangat mengharapkan adanya alat yang dapat mengetahui perubahan cuaca yang dapat menjadi acuan mereka saat bekerja di ladang.
”Karena kami tidak mengerti gejala alam,karena itu kita berharap adalah informasi yang akurat kepada kami terkait cuaca. Sehingga kami juga dapat menghindar dari maut,” katanya. Sekedar untuk di ketahui, Kamis (2/2) lima warga Dusun III Desa Aek Raja, Parmonangan Taput di sambar petir.Tiga di antaranya yakni Abdul Sibarani, 39, bersama putri ketiganya Emmi Sibarani, 10, dan Fransiska Sinaga,12,tewas tersambar petir.
Mereka sudah dikebumikan, Sabtu (4/2). Dua warga lainnya yakni Tamber Malem Tumanggor, 41, ibu dari Fransika Sinaga dan Minton Sibarani,12, sempat kritis namun akhirnya selamat. Dia dibawa ke RSU Swadana Tarutung. Kepala Pusat Data dan Informasi BMKG Wilayah I Sumut, Hendra Swarta mengatakan, petir yang menyambar warga Parmonangan merupakan gejala alam yang ditimbulkan penggumpulan awan di atas langit.
Sehingga cara satu-satu untuk menghidari dari musibah yang dapat ditimbulkan kilat ini hanya dengan berlindung di rumah serta mengurangi aktifitas di lapangan terbuka,seperti areal persawahan. ”Kalau kilat itukan dapat mengeluarkan sampai ribuan watt arus listrik yang dapat menyengat korbannya. Cara satu-satunya hanya dengan berteduh di rumah,”ujarnya. (wbs)
Di kawasan tersebut,memang sering terjadi sambaran petir. Sebelum tiga warga yang tewas, pepohonan juga sering tersambar petir. Bahkan seekor kerbau juga pernah tersambar petir. Warga Dusun III Desa Aek Raja,Parmonangan Taput,Tohom Manalu, 45, mengatakan masyarakat memang banyak bekerja sebagai petani. Sehingga aktifitas pertanian akan terganggu karena warga takut ke ladang.
Mereka trauma dengan peristiwa sebelumnya yang menyambar tiga kerabat mereka beberapa waktu yang lalu. ”Kalau namanya musibah siapapun enggak bisa menghalanginya. Namun kita berharap agar pemerintah menyediakan alat penangkal petir guna mencegah jatuhnya korban jiwa,” katanya kepada SINDO, di Parmonangan, kemarin. Manalu melanjutkan, kawasan yang sering disambar petir tersebut merupakan kawasan yang subur.
Sehingga para warga sangat bergantung dengan lahan itu.Karena beragam jenis tanaman khususnya holtikultura dapat dikelola di sana. ”Kita tidak mungkin pindahkan lahan pertanian kita. Sebab di kawasan lain belum tentu sesubur kawasan di dusun kami ini,”ujarnya. Warga lainnya, J Sibarani, 55,mengharapkan hal yang sama. Sibarani mengatakan, masyarakat sangat mengharapkan adanya alat yang dapat mengetahui perubahan cuaca yang dapat menjadi acuan mereka saat bekerja di ladang.
”Karena kami tidak mengerti gejala alam,karena itu kita berharap adalah informasi yang akurat kepada kami terkait cuaca. Sehingga kami juga dapat menghindar dari maut,” katanya. Sekedar untuk di ketahui, Kamis (2/2) lima warga Dusun III Desa Aek Raja, Parmonangan Taput di sambar petir.Tiga di antaranya yakni Abdul Sibarani, 39, bersama putri ketiganya Emmi Sibarani, 10, dan Fransiska Sinaga,12,tewas tersambar petir.
Mereka sudah dikebumikan, Sabtu (4/2). Dua warga lainnya yakni Tamber Malem Tumanggor, 41, ibu dari Fransika Sinaga dan Minton Sibarani,12, sempat kritis namun akhirnya selamat. Dia dibawa ke RSU Swadana Tarutung. Kepala Pusat Data dan Informasi BMKG Wilayah I Sumut, Hendra Swarta mengatakan, petir yang menyambar warga Parmonangan merupakan gejala alam yang ditimbulkan penggumpulan awan di atas langit.
Sehingga cara satu-satu untuk menghidari dari musibah yang dapat ditimbulkan kilat ini hanya dengan berlindung di rumah serta mengurangi aktifitas di lapangan terbuka,seperti areal persawahan. ”Kalau kilat itukan dapat mengeluarkan sampai ribuan watt arus listrik yang dapat menyengat korbannya. Cara satu-satunya hanya dengan berteduh di rumah,”ujarnya. (wbs)
()