Singa kabur, penjaga TSTJ masih syok
A
A
A
Sindonews.com - Tiga hari setelah insiden singa lepas di Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Solo, Jawa Tengah, penjaga (keeper) singa masih syok.
“Untuk sementara keeper yang kebetulan bertugas saat singa lepas, AG, libur. Dia syok dengan lepasnya singa,” papar Wiyono, koordinator keeper TSTJ.
Wiyono mengaku tidak menyalahkan 100 persen kepada anak buahnya. Pasalnya, untuk mengurusi hewan butuh kesabaran. Ditambah, risiko pekerjaan para keeper khususnya di kandang satwa liar seperti singa, harimau, buaya, sangat besar.
Meski demikian Wiyono dia mengakui, singa sumbangan Kebon Binatang Surabaya itu lepas karena kelalaian AG. Dia bertanggung jawab menjaga kebersihan kandang dan memberi makanan singa bernama Oni itu.
Tugas AG tidak hanya mengurusi singa Afrika itu, ada beberapa harimau Sumatera dan macan tutul lain yang harus diberi makan sehingga dia lupa mengunci kandang.
“Selama saya bekerja di TSTJ 24 tahun, lepasnya singa dari kandang hingga menewaskan Thomas (onta yang diterkam Oni) yang kandangnya hanya berjarak 50 meter dari kandang Oni, adalah yang pertama kali,” jelasnya.
Para keeper, kata Wiyono, langsung sigap dan segera melaksanakan tugas penyelamatan, baik mengevakuasi pengunjung, maupun melumpuhkan Oni. Saat menembak singa berusia lima tahun itu pun, dilakukan dengan cermat sehingga tidak melukai satwa.
“Kami sengaja menggunakan sumpit untuk menghindari suara. Kalau dengan senapan, kami khawatir suara tembakan semakin membuat Oni stres,” jelasnya.
Tim eksekutor menjaga ruang gerak Oni agar tidak keluar dari kandang onta. Setelah dirasa Oni terlena saat menerkam onta, dari rumah di pojok kandang, busur sumpit yang sudah diisi obat bius ditembakan.
Tembakan pertama hanya mengenai paha Oni, sehingga tim melepaskan tembakan kedua, dan selanjutnya. Baru pada lontaran tulup keempat, tubuh singa jantan tersebut tumbang.
“Untuk sementara keeper yang kebetulan bertugas saat singa lepas, AG, libur. Dia syok dengan lepasnya singa,” papar Wiyono, koordinator keeper TSTJ.
Wiyono mengaku tidak menyalahkan 100 persen kepada anak buahnya. Pasalnya, untuk mengurusi hewan butuh kesabaran. Ditambah, risiko pekerjaan para keeper khususnya di kandang satwa liar seperti singa, harimau, buaya, sangat besar.
Meski demikian Wiyono dia mengakui, singa sumbangan Kebon Binatang Surabaya itu lepas karena kelalaian AG. Dia bertanggung jawab menjaga kebersihan kandang dan memberi makanan singa bernama Oni itu.
Tugas AG tidak hanya mengurusi singa Afrika itu, ada beberapa harimau Sumatera dan macan tutul lain yang harus diberi makan sehingga dia lupa mengunci kandang.
“Selama saya bekerja di TSTJ 24 tahun, lepasnya singa dari kandang hingga menewaskan Thomas (onta yang diterkam Oni) yang kandangnya hanya berjarak 50 meter dari kandang Oni, adalah yang pertama kali,” jelasnya.
Para keeper, kata Wiyono, langsung sigap dan segera melaksanakan tugas penyelamatan, baik mengevakuasi pengunjung, maupun melumpuhkan Oni. Saat menembak singa berusia lima tahun itu pun, dilakukan dengan cermat sehingga tidak melukai satwa.
“Kami sengaja menggunakan sumpit untuk menghindari suara. Kalau dengan senapan, kami khawatir suara tembakan semakin membuat Oni stres,” jelasnya.
Tim eksekutor menjaga ruang gerak Oni agar tidak keluar dari kandang onta. Setelah dirasa Oni terlena saat menerkam onta, dari rumah di pojok kandang, busur sumpit yang sudah diisi obat bius ditembakan.
Tembakan pertama hanya mengenai paha Oni, sehingga tim melepaskan tembakan kedua, dan selanjutnya. Baru pada lontaran tulup keempat, tubuh singa jantan tersebut tumbang.
()