Idap tumor otak, pakai Jamkesmas bayar Rp30 juta
A
A
A
Sindonews.com - Fitria (27), seorang guru honorer sudah dua setengah tahun ini hanya bisa terbaring di atas tempat tidur, akibat menderita tumor otak dan telantar tanpa perawatan medis. Keluarga sudah berupaya mengobati hingga mengeluarkan biaya Rp30 juta, meski telah menggunakan kartu Jamkesmas.
Parti (54), ibunda Fitria mengatakan, karena kondisi ekonominya yang lemah pihak keluarga tak mampu membawanya ke rumah sakit karena sudah kehabisan biaya. Kondisi sehari-hari Fitria, warga Desa Ngadiboyo, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, itu tak dapat leluasa beraktivitas.
"Lebih dari dua setengah tahun Fitia menderita tumor otak. Tubuhnya kurus kering karena digerogoti tumor," ucapnya sembari meneteskan air mata di Nganjuk, Senin (30/1/2012). Menurutnya, Fitria layaknya orang yang menunggu mati. Tak dapat melakukan aktivitas apapun mulai dari bicara, sekadar makan-minum hanya bisa dilakukan oleh ibu sendiri.
"Sehari-hari Fitria hanya terdiam dan sesekali merintih karena menahan sakit. Menangis karena tak dapat memakan nasi, saya hanya memberi makan buah pisang dengan cara disuap seperti anak bayi," ucap Parti.
Dia menuturkan, putrinya ini divonis menderita tumor otak sejak tiga tahun lalu. Saat itu, Fitria yang sudah memiliki suami dan seorang anak ini sehari-hari aktif mengajar di SDN Ngangkatan 1 sebagai guru honorer. Akibat sakitnya semakin parah, dengan fasilitas kartu Jamkesmas, pihak keluarga lantas membawa Fitria untuk dioperasi di RSUD dr Sutomo, Surabaya.
Anehnya meski menggunakan kartu Jamkesmas, selama tiga bulan dirawat, Parti dan suaminya Waridi (60) yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani miskin ini, masih diminta biaya pengobatan lebih dari Rp30 juta. Uang sebesar ini bukan jumlah yang kecil bagi pasangan keluarga miskin ini.
Parti menambahkan, setelah diperbolehkan pulang dan tinggal di rumah kondisi Fitria tak kunjung membaik. Bahkan, kini kehilangan kesadaran sama sekali. Pihak keluarga mengaku sudah tak mampu membawa Fitria ke rumah sakit, karena sudah tidak punya apa-apa lagi. "Saya berharap pemerintah mau membantu Fitira berobat agar kembali sembuh seperti sedia kala," harapnya. (wbs)
Parti (54), ibunda Fitria mengatakan, karena kondisi ekonominya yang lemah pihak keluarga tak mampu membawanya ke rumah sakit karena sudah kehabisan biaya. Kondisi sehari-hari Fitria, warga Desa Ngadiboyo, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, itu tak dapat leluasa beraktivitas.
"Lebih dari dua setengah tahun Fitia menderita tumor otak. Tubuhnya kurus kering karena digerogoti tumor," ucapnya sembari meneteskan air mata di Nganjuk, Senin (30/1/2012). Menurutnya, Fitria layaknya orang yang menunggu mati. Tak dapat melakukan aktivitas apapun mulai dari bicara, sekadar makan-minum hanya bisa dilakukan oleh ibu sendiri.
"Sehari-hari Fitria hanya terdiam dan sesekali merintih karena menahan sakit. Menangis karena tak dapat memakan nasi, saya hanya memberi makan buah pisang dengan cara disuap seperti anak bayi," ucap Parti.
Dia menuturkan, putrinya ini divonis menderita tumor otak sejak tiga tahun lalu. Saat itu, Fitria yang sudah memiliki suami dan seorang anak ini sehari-hari aktif mengajar di SDN Ngangkatan 1 sebagai guru honorer. Akibat sakitnya semakin parah, dengan fasilitas kartu Jamkesmas, pihak keluarga lantas membawa Fitria untuk dioperasi di RSUD dr Sutomo, Surabaya.
Anehnya meski menggunakan kartu Jamkesmas, selama tiga bulan dirawat, Parti dan suaminya Waridi (60) yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani miskin ini, masih diminta biaya pengobatan lebih dari Rp30 juta. Uang sebesar ini bukan jumlah yang kecil bagi pasangan keluarga miskin ini.
Parti menambahkan, setelah diperbolehkan pulang dan tinggal di rumah kondisi Fitria tak kunjung membaik. Bahkan, kini kehilangan kesadaran sama sekali. Pihak keluarga mengaku sudah tak mampu membawa Fitria ke rumah sakit, karena sudah tidak punya apa-apa lagi. "Saya berharap pemerintah mau membantu Fitira berobat agar kembali sembuh seperti sedia kala," harapnya. (wbs)
()