Jalan rusak, siswa jalan kaki 6 km ke sekolah

Rabu, 25 Januari 2012 - 19:32 WIB
Jalan rusak, siswa jalan kaki 6 km ke sekolah
Jalan rusak, siswa jalan kaki 6 km ke sekolah
A A A
Sindonews.com - Akibat jalan desa rusak parah dan terbatasnya akses menuju ke sekolah, para siswa Sekolah Dasar (SD) di Desa Siobon, Mandailing Natal, Sumatera Utara, berjibaku harus berjalan kaki sejauh 6 kilometer lebih menuju sekolah mereka.

Rasa lelah dan ancaman keselamatan tentunya menghantui para siswa ini. Tayangan potret suram kehidupan warga di daerah terpencil ini setidaknya diharapkan mampu membuka mata hati pemimpin bangsa ini untuk lebih peka terhadap rakyatnya, dengan mengesampingkan kepentingan pribadi.

Zaman dahulu ketika akses jalan terbatas dan minimnya kendaraan, berjalan kaki ke sekolah sejauh berkilometer mungkin hal yang biasa dilakukan. Namun bagaimana jika hal tersebut masih dijumpai di zaman seperti sekarang ini, setelah lebih dari setengah abad Indonesia merdeka. Tentunya, sudah merupakan peristiwa yang langka terjadi bukan?

Hal tersebut justru masih menimpa para generasi penerus bangsa ini di Desa Siobon, Mandailing Natal, Sumatera Utara, yang merupakan salah satu wilayah terpencil dan jarang diperhatikan pemerintah.

Lihatlah perjuangan para siswa SD ini menuju sekolah mereka harus menempuh perjalanan dengan berjalan kaki sejauh 6 kilometer lebih, karena tak satupun angkutan desa seperti mobil yang melintasi desa mereka akibat jalan rusak parah.

Berharap menggunakan kenderaan roda dua seperti sepeda motor ataupun sepeda angin masih menjadi angan angan, karena para siswa ini berasal dari keluarga ekonomi lemah. Mau tak mau demi masa depan, para siswa ini harus berjalan kaki meski tak jarang mereka kerap beristirahat sejenak menghilangkan rasa lelah.

Ada pula sebagian siswa yang harus melewati sungai dan hutan dari rumah mereka menuju sekolah, karena praktis tak ada akses jalan lain yang bisa dilalui. Salah satunya yang dialami Azhari Nasution, dia terpaksa berangkat ke sekolah sejak subuh agar tak terlambat.

Risiko bahaya seperti gigitan binatang buas kerap menghantui siswa yang duduk di kelas 6 ini. "Ya, saya harus berangkat sekolah subuh-subuh agar tak terlambat," ucapnya, Rabu (25/1/2012).

Hal ini tentunya mengundang keprihatinan termasuk datang dari Kepala Desa Siobon Mishar. "Saya telah berulangkali mengusulkan perbaikan jalan kepada pemerintah daerah setempat," ungkapnya. Sayangnya, kata dia, hingga saat ini permintaan tersebut tak direspons. "Hingga kini permintaan perbaikan jalan tak pernah direalisasikan," ujarnya.

Ya, sungguh ironis para siswa SD seperti di Desa Siobon ini yang juga merupakan generasi penerus bangsa. Bagaimana mereka mau maju kalau pergi ke sekolah saja harus berjibaku seperti itu, menempuh perjalanan yang jauh penuh risiko.

Setidaknya para pemimpin bangsa termasuk wakil rakyat di DPR lebih membuka mata memikirkan nasib warga kecil di daerah terpencil, ketimbang memikirkan egoisme untuk bermewah-mewah dengan menghamburkan uang rakyat.
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7518 seconds (0.1#10.140)