Takut pulang kampung, berharap sedikit perhatian

Takut pulang kampung, berharap sedikit perhatian
A
A
A
Sindonews.com - Tanggal 25 Januari diperingati sebagai Hari Kusta Sedunia.Sayang tak banyak yang mengetahuinya.Tapi bagi mereka para penderita kusta, atau mereka yang pernah menderita kusta,hari tersebut merupakan hari berharga.
Mereka selalu memiliki harapan pada hari tersebut, salah satunya adalah berharap mendapat perhatian dari semua pihak. Di Pondok Sosial (Ponsos) eks kusta di Babat Jerawat, Kecamatan Pakal,Siti Fatimah perempuan berusia 48 tahun sedang menyapu lantai kamarnya.Ia menyapu dalam posisi seperti orang duduk.Itu tak lain karena dua kakinya cacat setelah menderita kusta.Kamar yang ditinggalinya seorang diri terlihat bersih.
Kaki kanannya diamputasi tujuh tahun silam setelah terinfeksi penyakit kusta. Sejak itulah Siti yang baru saja kehilangan suami tercintanya hanya bisa berdiam diri di ponsos tersebut. “Meskipun ada kaki buatan,namun tak nyaman dan sakit saat dipakai terlalu lama,”kata ibu satu anak ini. Perempuan asal Kediri ini mengatakan sudah tinggal di ponsos sejak 1989.Kini kusta yang menyerangnya sudah “mati”.
Setiap hari tak ada aktivitas yang dilakukannya di ponsos.Ia hanya mengusir sepi dengan cara melakukan apa saja yang bisa dikerjakan. Untuk sekedar makan pun ia selalu diambilkan oleh para tetangga.Siti tak sendiri,ada banyak tetangga yang senasib dengannya.Selain mendapat tempat tinggal cuma-cuma, seluruh penghuni ponsos mendapatkan makan dan obat-obatan secara gratis.
Sebelumnya Siti sempat aktif membuat kerajinan tangan bersama eks penderita kusta lain.Hanya saja karena tak bisa memasarkan produknya,mereka pun berhenti dan tak membuat lagi.Hanya tinggal Martiah, 50,asal Kediri yang masih menjahit kain perca.Tapi bukan untuk dijual melainkan hanya diberikan untuk sesama eks penderita kusta saja. Selain Siti dan Martiah masih ada 128 penghuni ponsos lain yang tinggal di Ponsos Babat Jerawat.
Namun tak semua dari penghuni ponsos pernah menderita kusta.Karena hanya 84 orang saja yang eks penderita. Sisanya adalah anak dan sebagian istri (keluarga) yang sehat. Mereka tetap tinggal di ponsos karena memang tak ingin pulang ke kampung halaman. Masyarakat daerah asal mereka masih menganggap kusta adalah penyakit yang menjijikkan dan penyakit keturunan.
Bahkan tak sedikit anggota keluarga yang merasa malu dengan kehadiran penderita kusta lainnya. “Tetangga selalu berpandangan sinis terhadap saya.Makanya saya tak mau pulang meski sudah bebas dari kusta,”kata Siti. Sohib salah satu petugas UPTD Ponsos Babat Jerawat mengatakan para penderita kusta berasal dari berbagai kota di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Mereka terdiri dari penderita kusta jenis L,T dan TL.Mereka yang masih bisa berjalan berprofesi sebagai tukang becak,tukang ojek, beternak kambing,ayam ataupun mentok.
Setiap tiga bulan sekali mereka mendapatkan obatobatan secara gratis.Dan setiap tiga bulan sekali pula ada bantuan dari sebuah yayasan yang berupa sembako,sabun dan obat. “Tapi sekarang sudah jarang yang beri bantuan.Kami hanya berharap akan ada banyak perhatian dari masyarakat dan pemerintah di Hari Kusta Sedunia ini ataupun juga di hari-hari lainnya,”kata Siti. (wbs)
Mereka selalu memiliki harapan pada hari tersebut, salah satunya adalah berharap mendapat perhatian dari semua pihak. Di Pondok Sosial (Ponsos) eks kusta di Babat Jerawat, Kecamatan Pakal,Siti Fatimah perempuan berusia 48 tahun sedang menyapu lantai kamarnya.Ia menyapu dalam posisi seperti orang duduk.Itu tak lain karena dua kakinya cacat setelah menderita kusta.Kamar yang ditinggalinya seorang diri terlihat bersih.
Kaki kanannya diamputasi tujuh tahun silam setelah terinfeksi penyakit kusta. Sejak itulah Siti yang baru saja kehilangan suami tercintanya hanya bisa berdiam diri di ponsos tersebut. “Meskipun ada kaki buatan,namun tak nyaman dan sakit saat dipakai terlalu lama,”kata ibu satu anak ini. Perempuan asal Kediri ini mengatakan sudah tinggal di ponsos sejak 1989.Kini kusta yang menyerangnya sudah “mati”.
Setiap hari tak ada aktivitas yang dilakukannya di ponsos.Ia hanya mengusir sepi dengan cara melakukan apa saja yang bisa dikerjakan. Untuk sekedar makan pun ia selalu diambilkan oleh para tetangga.Siti tak sendiri,ada banyak tetangga yang senasib dengannya.Selain mendapat tempat tinggal cuma-cuma, seluruh penghuni ponsos mendapatkan makan dan obat-obatan secara gratis.
Sebelumnya Siti sempat aktif membuat kerajinan tangan bersama eks penderita kusta lain.Hanya saja karena tak bisa memasarkan produknya,mereka pun berhenti dan tak membuat lagi.Hanya tinggal Martiah, 50,asal Kediri yang masih menjahit kain perca.Tapi bukan untuk dijual melainkan hanya diberikan untuk sesama eks penderita kusta saja. Selain Siti dan Martiah masih ada 128 penghuni ponsos lain yang tinggal di Ponsos Babat Jerawat.
Namun tak semua dari penghuni ponsos pernah menderita kusta.Karena hanya 84 orang saja yang eks penderita. Sisanya adalah anak dan sebagian istri (keluarga) yang sehat. Mereka tetap tinggal di ponsos karena memang tak ingin pulang ke kampung halaman. Masyarakat daerah asal mereka masih menganggap kusta adalah penyakit yang menjijikkan dan penyakit keturunan.
Bahkan tak sedikit anggota keluarga yang merasa malu dengan kehadiran penderita kusta lainnya. “Tetangga selalu berpandangan sinis terhadap saya.Makanya saya tak mau pulang meski sudah bebas dari kusta,”kata Siti. Sohib salah satu petugas UPTD Ponsos Babat Jerawat mengatakan para penderita kusta berasal dari berbagai kota di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Mereka terdiri dari penderita kusta jenis L,T dan TL.Mereka yang masih bisa berjalan berprofesi sebagai tukang becak,tukang ojek, beternak kambing,ayam ataupun mentok.
Setiap tiga bulan sekali mereka mendapatkan obatobatan secara gratis.Dan setiap tiga bulan sekali pula ada bantuan dari sebuah yayasan yang berupa sembako,sabun dan obat. “Tapi sekarang sudah jarang yang beri bantuan.Kami hanya berharap akan ada banyak perhatian dari masyarakat dan pemerintah di Hari Kusta Sedunia ini ataupun juga di hari-hari lainnya,”kata Siti. (wbs)
()