Video pembantaian Mesuji pesan penting untuk pemerintah

Senin, 19 Desember 2011 - 00:02 WIB
Video pembantaian Mesuji pesan penting untuk pemerintah
Video pembantaian Mesuji pesan penting untuk pemerintah
A A A
Sindonews.com - Beredarnya rekaman video amatir pembantaian petani di Mesuji oleh anggota Brimob banyak menimbulkan keraguan berbagai pihak. Apakah benar video itu berasal dari Indonesia atau dari negara tetangga? Sebab dalam dialognya, video itu banyak menggunakan bahasa Melayu.

Pakar hukum telematika Ronny mengatakan, untuk mengetahui keaslian video harus diuji terlebih dahulu. "Jadi sebenarnya begini, kalau berdasarkan dari teknologi komunikasi, video itu harus diuji keasliannya. Banyak sumber yang meragukan video itu bukan dari Indonesia, saya sendiri melihat itu bukan dari Indonesia. Sebab ada logat melayu kental," ujarnya saat dihubungi Sindonews, Minggu (18/12/2011).

Kendati begitu, Ronny tidak terlalu mempermasalahkan status video itu. Justru, dia melihat pesan yang ada di balik video itu. Karena berhasil menarik perhatian masyarakat serta pemerintah untuk cepat bertindak dengan membentuk tim gabungan pencari fakta. Untuk itu, kerja tim dalam mengumpulkan bukti-bukti di lapangan menjadi sangat penting menjawab ada tidaknya pelanggaran HAM berat di Mesuji.

"Katakan misalnya video itu bukan dari Indonesia, tapi tim pencari fakta ada yang menemukan bahwa kejadian itu pernah ada di Indonesia. Mungkin ada pesan terselubung yang ingin disampaikan kepada pemerintah untuk turun ke lapangan dengan mengirimkan rekaman video itu," jelasnya.

Setelah tim pencari fakta menemukan bukti-bukti baru, langkah selanjutnya tinggal mencocokkan gambar dalam video dengan kenyataan di lapangan. Untuk itu, gambar video bisa menjadi bukti otentik kedua di lapangan. Namun mengandalkan tim pencari fakta bentukkan pemerintah saja tidak cukup kuat. Dibutuhkan tim pencari fakta lainnya.

"Kalau hanya mengandalkan tim pencari fakta tidak kuat. Kita butuh tim pencari fakta independen, harus ada data pembanding. Saya mendengar dari anggota tim pencari fakta bahwa sebulan ini sudah dapat membuahkan hasil," terangnya.

Hal senada diungkapkan pengamat telematika Heru Sutadi. Menurutnya, video pembantaian Mesuji bukan terjadi di Indonesia, tapi di Pattani, Thailand. "Dari analisis gambar, diketahui ada kejanggalan dalam video kisah pembantaian warga yang berdurasi 7:17 menit tersebut. Pada menit 6:10 seorang pembantai menyebut apa yang mereka lakukan adalah untuk Pattani Darussalam," katanya.

Diberitakan sebelumnya, Mayjen (Pur) TNI Saurip Kadi mengatakan telah terjadi pembantaian petani oleh angota Brimob yang disewa perusahaan sawit di kawasan Mesuji, Lampung, pada 21 April 2011. Di mana puluhan petani dibunuh dengan keji dan ratusan rumah warga diratakan dengan tanah akibat konflik agraria. "Sebanyak 32 orang warga meninggal, 100 orang luka ringan dan stres, 142 orang masuk penjara," terangnya.

Sementara itu, Ketua Campaigner Sawit Watch Edy Sutrisno menyatakan, konflik agraraia terjadi di Desa Sodong, Kecamatan Mesuji, Provinsi Sumatera Selatan, Desa Sritanjung, Kabungan Dalam dan Nipah Kuning, Kabupaten Mesuji dan Desa Talang Batu, Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung. Dalam peristiwa tiga daerah itu, satu orang warga tewas ditembak pada bagian perutnya.

"Kami mendesak Kapolri agar segera menarik seluruh pasukan Brimob dari dalam areal perkebunan sawit dan menghukum berat pelaku penembakan petani, serta tidak terlibat dalam sengketa agraria," terangnya.

Ditambahkan, anggota Brimob di areal perkebunan sawit banyak yang menjadi centeng perusahaan dan terlibat konflik dengan para petani. Bahkan, mereka tidak segan menembaki petani yang melakukan perlawanan terhadap perusahaan.

Kapolri Jenderal Timur Pradopo menambahkan, pihak kepolisian telah menetapkan 6 orang sebagai tersangka atas insiden Musaji. Terdiri dari 5 orang tersangka berasal dari pihak perusahaan perkebunan dan 1 orang dari warga setempat.

"Kasus di Kecamatan Mesuji, Kabupaten Sumatera Selatan yang terjadi pada 21 April 2011, ada enam orang tersangka yang saat ini sedang dalam proses peradilan. Lima orang dari pihak perusahaan dan satu orang dari warga setempat," tambahnya.

Saat ditanya, nama perusahaan yang terlibat sengketa tersebut, Kapolri mengatakan bahwa perusahaan itu bernama BSMI, yang bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit yang dimiliki oleh warga negara Malaysia.

Saat ini, enam orang tersangka tersebut sedang menjalani proses persidangan. Timur belum bisa memastikan apakah enam orang tersangka ini yang melakukan aksi pemenggalan kepala seperti yang terdapat dalam video tersebut. Oleh karenanya, mantan Kapolda Metro ini berharap agar semua fakta bisa dibuktikan dalam persidangan.

"Jadi ada pengeroyokan, ada orang meninggal dunia. Masalah itu dipenggal atau lain sebagainya, itu nanti diungkap dalam sidang peradilan," tutupnya.
(azh)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6509 seconds (0.1#10.140)