Guru Besar Farmasi UGM Ingatkan Klorokuin Obat Keras dan Berefek Samping
A
A
A
YOGYAKARTA - Guru Besar Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Zullies Ikawati mengatakan, obat klorokuin tidak boleh dikonsumsi sembarangan. Sebab, merupakan obat keras dan memiliki efek samping. Harus dengan resep dokter, sehingga tidak boleh dikonsumsi sembarangan.
Obat klorokuin menjadi pembicaraan setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan, obat itu bisa mengatasi virus Corona (COVID-19). Bahkan, Presiden Jokowi mengaku telah memesan 2 juta obat klorokuin untuk mengatasi wabah Corona di Tanah Air.
“Klorokuin dilaporkan memiliki efek antiviral yang kuat terhadap virus SARS-CoV. Obat ini, bekerja dengan mengikat reseptor seluler angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) yang merupakan tempat masuknya virus SARS-CoV. Sehingga menghambat masuknya virus ke dalam sel,” kata Zullies dalam rilisnya, Senin (23/3/2020).
Klorokuin merupakan obat antimalaria sebagai imunosupresan pada pasien dengan penyakit autoimun seperti lupus atau artritis rematoid, serta memiliki efek antiviral untuk mengatasi Covid-19 di China.
Zullies menjelaskan, klorokuin mampu meningkatkan pH endosomal yang menyebabkan hambatan replikasi virus, karena replikasi virus membutuhkan suasana asam. Namun, sebagai obat dengan kategori obat Keras, harus digunakan dengan resep dokter dan sebaiknya digunakan untuk yang sudah positif atau tersangka.
“Bila tidak terkena lalu mengkonsumsi maka efeknya tidak kecil seperti gangguan penglihatan, dan terjadinya abnormalitas pada jantung,” paparnya.
Sementara itu, Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat, pernyataan Donald Trump kurang tepat. FDA belum menyetujui chloroquine untuk mengobati COVID-19.
Komisaris FDA Stephen Hahn menekankan, proses penelitian ini diperlukan meskipun situasi virus Corona sangat mendesak.
"Kami juga harus memastikan produk ini efektif. Jika tidak, kami berisiko merawat pasien dengan produk yang mungkin tidak berfungsi ketika mereka bisa mengejar perawatan lain yang lebih tepat," kata Hahn dilansirCNN International pada Jumat (20/3/2020).
Obat klorokuin menjadi pembicaraan setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan, obat itu bisa mengatasi virus Corona (COVID-19). Bahkan, Presiden Jokowi mengaku telah memesan 2 juta obat klorokuin untuk mengatasi wabah Corona di Tanah Air.
“Klorokuin dilaporkan memiliki efek antiviral yang kuat terhadap virus SARS-CoV. Obat ini, bekerja dengan mengikat reseptor seluler angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) yang merupakan tempat masuknya virus SARS-CoV. Sehingga menghambat masuknya virus ke dalam sel,” kata Zullies dalam rilisnya, Senin (23/3/2020).
Klorokuin merupakan obat antimalaria sebagai imunosupresan pada pasien dengan penyakit autoimun seperti lupus atau artritis rematoid, serta memiliki efek antiviral untuk mengatasi Covid-19 di China.
Zullies menjelaskan, klorokuin mampu meningkatkan pH endosomal yang menyebabkan hambatan replikasi virus, karena replikasi virus membutuhkan suasana asam. Namun, sebagai obat dengan kategori obat Keras, harus digunakan dengan resep dokter dan sebaiknya digunakan untuk yang sudah positif atau tersangka.
“Bila tidak terkena lalu mengkonsumsi maka efeknya tidak kecil seperti gangguan penglihatan, dan terjadinya abnormalitas pada jantung,” paparnya.
Sementara itu, Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat, pernyataan Donald Trump kurang tepat. FDA belum menyetujui chloroquine untuk mengobati COVID-19.
Komisaris FDA Stephen Hahn menekankan, proses penelitian ini diperlukan meskipun situasi virus Corona sangat mendesak.
"Kami juga harus memastikan produk ini efektif. Jika tidak, kami berisiko merawat pasien dengan produk yang mungkin tidak berfungsi ketika mereka bisa mengejar perawatan lain yang lebih tepat," kata Hahn dilansirCNN International pada Jumat (20/3/2020).
(zil)