Ribuan Orang Terserang DBD, Belasan Orang Meninggal
A
A
A
JAKARTA - Satu penyakit luput dari perhatian akibat merebaknya virus corona atau Covid-19. Padahal penyakit ini juga menjangkiti ribuan orang dan sudah ada beberapa warga meninggal dunia. Adalah demam berdarah dengue (DBD) yang kini mulai menyerang di sejumlah daerah di Tanah Air. Ratusan orang mulai terjangkiti penyakit yang dibawa nyamuk aedes aegypti ini.
Di Gunungkidul, Yogyakarta, dinas kesehatan setempat mencatat sebanyak 345 warga terjangkiti DBD. Dari jumlah itu, tiga orang di antaranya meninggal dunia. “Korban terakhir adalah pengurus ponpes,” kata Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul Dewi Irawaty, kemarin.
Ketiga warga yang meninggal di antaranya berumur 11 tahun dan dua lagi berusia 19 tahun. Semua korban juga sudah mendapatkan penanganan dengan baik. Meski demikian, kondisi para korban terus memburuk hingga akhirnya dinyatakan meninggal dunia.
Dewi mengakui, jika dibandingkan dengan tahun 2019 lalu, jumlah penderita DBD naik signifikan. Pada Januari 2019 tercatat hanya ada 55 penderita. Namun pada yang bulan sama tahun ini, sudah ada 142 warga terserang DBD. “Untuk Februari tahun ini tercatat 191 warga dan memasuki Maret sudah 12 warga terkena DBD,” ujarnya. (Baca: 126 Warga Timur Tengah Utara Terjangkit DBD, 1 Meninggal Dunia)
Kasus DBD juga terus meluas di Nusa Tenggara Timur (NTT). Kabupaten Sikka di Pulau Flores menempati angka tertinggi dari daerah lain. Betapa tidak, hingga 9 Maret 2020 tercatat sudah 1.195 kasus merebak dan 13 orang meninggal dunia.
Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan NTT Erlina R Salmun mengatakan, pihaknya sudah mendorong pemerintah kabupaten dan kota di provinsi berbasis kepulauan itu untuk terus melakukan aksi bersih-bersih melalui pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan aksi 3M Plus.
3M Plus adalah menguras, menutup, dan mengubur benda yang berpotensi menjadi biang berkembang biak nyamuk aedes aegypti. Selain itu, pihaknya telah menyebar tim ke sejumlah wilayah paling banyak ditemukan penderita DBD. Khusus di Kabupaten Sikka, penanganan akan lebih intens dan lebih terintegrasi.
Sementara itu, untuk wilayah Kupang, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Kupang Sri Wahyungsih mengatakan, di daerahnya sudah terdapat 425 kasus DBD dengan lima orang meninggal dunia. Data didapat dari seluruh puskesmas yang ada Kupang hingga 6 Maret 2020.
RSU Kota Tangerang Selatan (Tangsel) juga tercatat merawat 41 pasien DBD hingga pekan pertama Maret 2020. Sebanyak 18 pasien di antaranya berusia di bawah 17 tahun. “Awal Februari sampai pekan pertama bulan ini sudah ada 41 pasien DBD yang dirawat. Untuk usia anak-anak ada 18 pasien,” kata Kepala Seksi Pelayanan Medis (Yanmed) RSU Kota Tangsel Ronald Adrianto S.
Dari 41 orang yang dirawat di RSU tersebut, 33 di antaranya warga Kota Tangsel dan delapan orang lagi dari wilayah lain. Pasien itu terdiri atas laki-laki 23 orang dan perempuan 18 orang. “Totalnya dari periode kemarin ada 41 pasien dirawat di RSU. Sekarang yang masih menjalani perawatan tinggal 11 pasien. Jadi yang kondisinya membaik bisa pulang dan rawat jalan,” ujarnya.
Menurut Ronald, pasien DBD meningkat bisa saja dipengaruhi oleh musim hujan. Namun, nyamuk aedes aegypti pemicu DBD diketahui bisa berkembang biak di segala cuaca. “Kan bisa saja misalnya sedang pergi ke daerah lain, terus di sana ada perkembangbiakan nyamuk DBD, lalu terkena gigitannya. Begitu pulang ke sini dua tiga hari langsung demam, bisa saja seperti itu,” ujarnya. (Baca juga: Kasus DBD Melonjak, RSUD Atambua Terpaksa Rawat Pasien di Lorong)
Sebelumnya, bocah perempuan bernama Alisha, 6, warga Kelurahan Sempur, Bogor Tengah, Kota Bogor, meninggal dunia karena DBD. Korban meninggal dunia di RS Ummi Kota Bogor pada 6 Maret 2020. “Iya, meninggal karena DBD. Sudah dimakamkan,” kata ayah korban, Heris Kurniawan.
Humas RS Ummi Kota Bogor Chaerudin membenarkan adanya pasien meninggal dunia karena DBD. Sebelum meninggal, korban masuk ke IGD sudah dalam kondisi shock. “Iya betul, datang ke RS Ummi sudah dalam keadaan shock,” kata Chaerudin.
Berdasarkan keterangan dari keluarga, kata Chaerudin, korban memang sempat melakukan pemeriksaan ke puskesmas dan rumah sakit lain hingga akhirnya dibawa ke RS Ummi. “Beberapa hari kemudian baru dibawa ke RS Ummi dan kita tempatkan di ruang PICU,” ujarnya. Namun, saat mendapat perawatan di ruang PICU, korban mengembuskan napas terakhir pada 6 Maret 2020. Hasil observasi rumah sakit, korban memang dinyatakan positif DBD. (Suharjono/Okezone)
Di Gunungkidul, Yogyakarta, dinas kesehatan setempat mencatat sebanyak 345 warga terjangkiti DBD. Dari jumlah itu, tiga orang di antaranya meninggal dunia. “Korban terakhir adalah pengurus ponpes,” kata Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul Dewi Irawaty, kemarin.
Ketiga warga yang meninggal di antaranya berumur 11 tahun dan dua lagi berusia 19 tahun. Semua korban juga sudah mendapatkan penanganan dengan baik. Meski demikian, kondisi para korban terus memburuk hingga akhirnya dinyatakan meninggal dunia.
Dewi mengakui, jika dibandingkan dengan tahun 2019 lalu, jumlah penderita DBD naik signifikan. Pada Januari 2019 tercatat hanya ada 55 penderita. Namun pada yang bulan sama tahun ini, sudah ada 142 warga terserang DBD. “Untuk Februari tahun ini tercatat 191 warga dan memasuki Maret sudah 12 warga terkena DBD,” ujarnya. (Baca: 126 Warga Timur Tengah Utara Terjangkit DBD, 1 Meninggal Dunia)
Kasus DBD juga terus meluas di Nusa Tenggara Timur (NTT). Kabupaten Sikka di Pulau Flores menempati angka tertinggi dari daerah lain. Betapa tidak, hingga 9 Maret 2020 tercatat sudah 1.195 kasus merebak dan 13 orang meninggal dunia.
Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan NTT Erlina R Salmun mengatakan, pihaknya sudah mendorong pemerintah kabupaten dan kota di provinsi berbasis kepulauan itu untuk terus melakukan aksi bersih-bersih melalui pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan aksi 3M Plus.
3M Plus adalah menguras, menutup, dan mengubur benda yang berpotensi menjadi biang berkembang biak nyamuk aedes aegypti. Selain itu, pihaknya telah menyebar tim ke sejumlah wilayah paling banyak ditemukan penderita DBD. Khusus di Kabupaten Sikka, penanganan akan lebih intens dan lebih terintegrasi.
Sementara itu, untuk wilayah Kupang, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Kupang Sri Wahyungsih mengatakan, di daerahnya sudah terdapat 425 kasus DBD dengan lima orang meninggal dunia. Data didapat dari seluruh puskesmas yang ada Kupang hingga 6 Maret 2020.
RSU Kota Tangerang Selatan (Tangsel) juga tercatat merawat 41 pasien DBD hingga pekan pertama Maret 2020. Sebanyak 18 pasien di antaranya berusia di bawah 17 tahun. “Awal Februari sampai pekan pertama bulan ini sudah ada 41 pasien DBD yang dirawat. Untuk usia anak-anak ada 18 pasien,” kata Kepala Seksi Pelayanan Medis (Yanmed) RSU Kota Tangsel Ronald Adrianto S.
Dari 41 orang yang dirawat di RSU tersebut, 33 di antaranya warga Kota Tangsel dan delapan orang lagi dari wilayah lain. Pasien itu terdiri atas laki-laki 23 orang dan perempuan 18 orang. “Totalnya dari periode kemarin ada 41 pasien dirawat di RSU. Sekarang yang masih menjalani perawatan tinggal 11 pasien. Jadi yang kondisinya membaik bisa pulang dan rawat jalan,” ujarnya.
Menurut Ronald, pasien DBD meningkat bisa saja dipengaruhi oleh musim hujan. Namun, nyamuk aedes aegypti pemicu DBD diketahui bisa berkembang biak di segala cuaca. “Kan bisa saja misalnya sedang pergi ke daerah lain, terus di sana ada perkembangbiakan nyamuk DBD, lalu terkena gigitannya. Begitu pulang ke sini dua tiga hari langsung demam, bisa saja seperti itu,” ujarnya. (Baca juga: Kasus DBD Melonjak, RSUD Atambua Terpaksa Rawat Pasien di Lorong)
Sebelumnya, bocah perempuan bernama Alisha, 6, warga Kelurahan Sempur, Bogor Tengah, Kota Bogor, meninggal dunia karena DBD. Korban meninggal dunia di RS Ummi Kota Bogor pada 6 Maret 2020. “Iya, meninggal karena DBD. Sudah dimakamkan,” kata ayah korban, Heris Kurniawan.
Humas RS Ummi Kota Bogor Chaerudin membenarkan adanya pasien meninggal dunia karena DBD. Sebelum meninggal, korban masuk ke IGD sudah dalam kondisi shock. “Iya betul, datang ke RS Ummi sudah dalam keadaan shock,” kata Chaerudin.
Berdasarkan keterangan dari keluarga, kata Chaerudin, korban memang sempat melakukan pemeriksaan ke puskesmas dan rumah sakit lain hingga akhirnya dibawa ke RS Ummi. “Beberapa hari kemudian baru dibawa ke RS Ummi dan kita tempatkan di ruang PICU,” ujarnya. Namun, saat mendapat perawatan di ruang PICU, korban mengembuskan napas terakhir pada 6 Maret 2020. Hasil observasi rumah sakit, korban memang dinyatakan positif DBD. (Suharjono/Okezone)
(ysw)