Budidaya Udang Vannamei Didorong Pakai Bioteknologi Herbal dan Enzim

Jum'at, 06 Maret 2020 - 23:11 WIB
Budidaya Udang Vannamei Didorong Pakai Bioteknologi Herbal dan Enzim
Budidaya Udang Vannamei Didorong Pakai Bioteknologi Herbal dan Enzim
A A A
BATAM - Komoditas udang telah merupakan salah satu andalan ekspor bagi Indonesia dari sektor kelautan dan perikanan. Salah satu jenis yang digandrungi adalah vannamei.

Sayangnya di tengah iklim yang ekstrem dan kerusakan lingkungan menciptakan tantangan berat bagi petambak udang. Guru Besar Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan UNHAS, Prof Yushinta Fujaya menyatakan bahwa yang direkomenadasikan untuk dilakukan adalah pemanfaatan bioteknologi herbal. Hal itu disampaikan saat Pelatihan Manajemen Bisnis Budidaya Udang Vannamei pada 5-6 Maret 2020 di Batam, Kepulauan Riau (Kepri). (Baca juga: KKP Optimis Nilai Ekspor Udang Naik 250 Persen dalam 5 Tahun)

"Bioteknologi penting dalam meningkatkan produktivitas. Beragam mikroba dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan udang," ujar Yushinta.

Direktur Lembaga Sertifikasi Profesi Akuakultur Indonesia ini menjelaskan, beragam herbal Indonesia memiliki peran penting dalam menstimulasi pertumbuhan, sebagai imunostimulan, anti bakteri, anti fungal, anti virus pada budidaya udang. "Gunakan bioteknologi untuk budidaya udang yang ramah lingkungan," jelasnya.

Dia mencontohkan, beberapa tumbuhan yang bisa dimanfaatkan adalah meniran hijau, maja, urang aring, bayam, pala dan temu kunci. "Manfaatnya banyak, bisa untuk promoter pertumbuhan, munostimulan, prebiotik dan antibakteri," katanya.

Acara ini juga menghadirkan praktisi tambak di Lampung dan Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) Korda Lampung, Supono. "Pelatihan ini sangat menarik. Selain mengajarkan hal dasar mengenai budidayanya, juga mengenalkan teknologi terbaru," tuturnya.

Terpisah, Ahmad Arif praktisi udang dan produsen enzim Juara mengatakan hal senada. "Konsep kami juga kembali ke cara alam, meyelesaikan masalahnya sendiri dengan tidak terlalu banyak inputan," katanya.

Menurutnya, karena padatan tebar tinggi otomatis limbah di petakan akan semakin besar. Hal ini menjadi cikal bakal masalah yang muncul. "Limbah di petakan gampang dibersihkan kalau tidak ada makhluk hidup di dalamnya. Tapi karena ada udang di petakan jadi kita harus menjaga daya dukung kehidupan udang agar bisa sehat dan tumbuh," jelasnya.

Dikatakannya, dengan penggunaan enzim atau gugus protein bukan makhluk hidup, maka kebutuhan mikroorganisme untuk proses apapun dipetakan bisa ditekan. "Karena kalau bakteri tinggi, plankton, tinggi, limbah tinggi dan udang sendiri juga sudah mulai besar, mereka akan saling berkompetisi untuk hidup, mulai berebut oksigen, makanan, dan ruang," tuturnya. Salah satu solusi efektif adalah teknologi enzymatic.

Dengan enzim, perawatan, kontrol, pencegahan dan perbaikan penyakit teratasi. Biasanya kondisi ini gejala di antaranya pencegahan gas, kembung dan tidak nyaman dan insuficiensi pancreas.
(shf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4338 seconds (0.1#10.140)