Lama Dipajang di TMII, Kereta Uap Kuno Ini Bisa Hidup Lagi
A
A
A
SOLO - Kereta uap kuno yang selama ini dipajang di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) akhirnya bisa dihidupkan kembali setelah menjalani perbaikan sekitar 1 tahun di Balaiyasa Yogyakarta.
PT Kereta Api Indonesia (KAI) bakal menduetkan kereta buatan Jerman jenis D4HD1410 ini dengan Kereta Jaladara guna mendukung pariwisata di Kota Solo. Kereta berangkat dari Stasiun Lempuyangan Yogyakarta sekitar pukul 09.25 WIB menuju Stasiun Purwosari Solo. Malam sebelumnya, kereta keluar dari Balaiyasa. (Baca juga: Kereta Api Uap Jaladara, Transportasi Unik Kota Solo)
Kereta berjalan sendiri hingga Stasiun Ceper, Klaten. Ketika melanjutkan perjalanan menuju Stasiun Purwosari Solo, kereta dibantu didorong karena untuk pemanasan membutuhkan 2-3 jam. "Biar cepat saja karena perjalanannya cukup panjang. Kami harus nambah air lagi di Klaten dan menunggu pemanasan," kata Kepala KAI Daerah Operasional VI Yogyakarta, Eko Purwanto usai mengantar langsung kereta uap D4HD1410 di Stasiun Purwosari, Solo, Kamis sore (6/2/2020).
Kereta kuno ini tiba di Stasiun Purwosari sekitar pukul 15.30 WIB. Eko menjelaskan bahwa pada prinsipnya, restorasi kereta berhasil dengan kemampuan sendiri. Lokomotif kini siap untuk memperkuat kereta wisata Jaladara di Kota Solo. Proses restorasi, diakui Eko cukup panjang karena teknologinya memakai uap. Termasuk boiler, dan ketel harus dipastikan dengan dibawa ke metalogi dan dinyatakan aman dengan tekanan kerja yang telah ditentukan.
Sebelum dikirim ke Solo, sebelumnya telah dilakukan ujicoba di Balaiyasa Yogyakarta. Untuk sparepart, untuk sementara dicarikan persamaan dari lokomotif uap lainnya.
Namun ada juga yang harus dipesankan di dalam negeri mengingat produk pabrikannya sudah tidak ada. Kereta uap jenis D4HD1410 pernah beroperasi di wilayah Jawa Barat, dan terakhir sebelum dibawa ke Solo berada di TMII. Kereta ini terakhir beroperasi sekitar tahun 1958 silam. Sedangkan pertama kali beroperasi sekitar tahun 1923. Setelah kembali dihidupkan, selanjutnya akan dipakai untuk mendukung pariwisata di Kota Solo berdampingan dengan kereta Jaladara. “Nilai historinya cukup besar,” urainya.
Setelah kereta uap jenis D4HD1410 selesai digarap, satu kereta lainnya yang dibawa bersama sama ke Solo giliran akan diperbaiki. Namun hal itu perlu perencanaan dan evaluasi terlebih dahulu.
PT Kereta Api Indonesia (KAI) bakal menduetkan kereta buatan Jerman jenis D4HD1410 ini dengan Kereta Jaladara guna mendukung pariwisata di Kota Solo. Kereta berangkat dari Stasiun Lempuyangan Yogyakarta sekitar pukul 09.25 WIB menuju Stasiun Purwosari Solo. Malam sebelumnya, kereta keluar dari Balaiyasa. (Baca juga: Kereta Api Uap Jaladara, Transportasi Unik Kota Solo)
Kereta berjalan sendiri hingga Stasiun Ceper, Klaten. Ketika melanjutkan perjalanan menuju Stasiun Purwosari Solo, kereta dibantu didorong karena untuk pemanasan membutuhkan 2-3 jam. "Biar cepat saja karena perjalanannya cukup panjang. Kami harus nambah air lagi di Klaten dan menunggu pemanasan," kata Kepala KAI Daerah Operasional VI Yogyakarta, Eko Purwanto usai mengantar langsung kereta uap D4HD1410 di Stasiun Purwosari, Solo, Kamis sore (6/2/2020).
Kereta kuno ini tiba di Stasiun Purwosari sekitar pukul 15.30 WIB. Eko menjelaskan bahwa pada prinsipnya, restorasi kereta berhasil dengan kemampuan sendiri. Lokomotif kini siap untuk memperkuat kereta wisata Jaladara di Kota Solo. Proses restorasi, diakui Eko cukup panjang karena teknologinya memakai uap. Termasuk boiler, dan ketel harus dipastikan dengan dibawa ke metalogi dan dinyatakan aman dengan tekanan kerja yang telah ditentukan.
Sebelum dikirim ke Solo, sebelumnya telah dilakukan ujicoba di Balaiyasa Yogyakarta. Untuk sparepart, untuk sementara dicarikan persamaan dari lokomotif uap lainnya.
Namun ada juga yang harus dipesankan di dalam negeri mengingat produk pabrikannya sudah tidak ada. Kereta uap jenis D4HD1410 pernah beroperasi di wilayah Jawa Barat, dan terakhir sebelum dibawa ke Solo berada di TMII. Kereta ini terakhir beroperasi sekitar tahun 1958 silam. Sedangkan pertama kali beroperasi sekitar tahun 1923. Setelah kembali dihidupkan, selanjutnya akan dipakai untuk mendukung pariwisata di Kota Solo berdampingan dengan kereta Jaladara. “Nilai historinya cukup besar,” urainya.
Setelah kereta uap jenis D4HD1410 selesai digarap, satu kereta lainnya yang dibawa bersama sama ke Solo giliran akan diperbaiki. Namun hal itu perlu perencanaan dan evaluasi terlebih dahulu.
(shf)