Jakarta Gampang Banjir, Pengamat Sebut Drainase Jakarta Buruk
![Jakarta Gampang Banjir,...](https://a-cdn.sindonews.net/dyn/732/content/2020/02/03/171/1515055/jakarta-gampang-banjir-pengamat-sebut-drainase-jakarta-buruk-njY-thumb.jpg)
Jakarta Gampang Banjir, Pengamat Sebut Drainase Jakarta Buruk
A
A
A
JAKARTA - Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti, Nirwono Joga melihat genangan yang terjadi di Jakarta sangat buruk. Hal ini terlihat dari mudahnya Jakarta kebanjiran meski hujan tak berlangsung lama.
“Genangan yang terjadi di sejumlah titik, sudah pasti sistem saluran drainase kita yang buruk. Karena curah hujan terlihat tidak deras deras amat dan rentang waktu cukup lama. Harusnya ada kesempatan air mengalir ke dalam saluran air, tapi karena drainase kita buruk, air tidak bisa menampung,” ujar Nirwono, Minggu (2/2/2020).
Nirwono memaparkan dalam drainase buruk pihaknya mencatat ada tiga penyebab. Pertama, dimensi saluran air tidak memadai dengan rata rata di lapangan 50 sampai 1,5 meter. Ia kemudian mencontohkan Monas, Kedoya, dan Sunter yang semestinya bisa tertangani baik lantaran saluran yang buruk.
Sementara yang kedua, lanjut Nirwono, banyak saluran air yang masih tertibun lumpur dan utilitas. Hal ini membuat debit air kurang menampung.
“Ini persoalan utama kenapa saluran air tidak berfungsi baik. Maka ini PR musim kemarau harusnya saluran air digali lumpurnya sampah dibersihkan,” tuturnya.
Sedangkan yang ketiga, saluran air yang kini hanya 50 cm masih harus ditumpuk dengan utilitas dengan kabel malang melintang ini. “Ini harus ditata ulang,” tutupnya.
“Genangan yang terjadi di sejumlah titik, sudah pasti sistem saluran drainase kita yang buruk. Karena curah hujan terlihat tidak deras deras amat dan rentang waktu cukup lama. Harusnya ada kesempatan air mengalir ke dalam saluran air, tapi karena drainase kita buruk, air tidak bisa menampung,” ujar Nirwono, Minggu (2/2/2020).
Nirwono memaparkan dalam drainase buruk pihaknya mencatat ada tiga penyebab. Pertama, dimensi saluran air tidak memadai dengan rata rata di lapangan 50 sampai 1,5 meter. Ia kemudian mencontohkan Monas, Kedoya, dan Sunter yang semestinya bisa tertangani baik lantaran saluran yang buruk.
Sementara yang kedua, lanjut Nirwono, banyak saluran air yang masih tertibun lumpur dan utilitas. Hal ini membuat debit air kurang menampung.
“Ini persoalan utama kenapa saluran air tidak berfungsi baik. Maka ini PR musim kemarau harusnya saluran air digali lumpurnya sampah dibersihkan,” tuturnya.
Sedangkan yang ketiga, saluran air yang kini hanya 50 cm masih harus ditumpuk dengan utilitas dengan kabel malang melintang ini. “Ini harus ditata ulang,” tutupnya.
(kri)