Pasar Ekstrim Tomohon Disorot, Ketua ICA Sulut: Itu Propaganda Murahan
A
A
A
MANADO - Ketua Badan Pengurus Daerah (BPD) Indonesian Chef Association (ICA) Provinsi Sulawesi Utara, Jeanli Wangke mengaku gerah dengan banyaknya pemberitaan media yang terus menyorot pasar ekstrim Kota Tomohon.
“Jadi gini, terkait dengan virus, sebagai Ketua Indonesian Chef Association, saya benar-benar kesal dengan pemberitaan online yang rada menyudutkan wisata kuliner Tomohon. Artinya kalau gak mengerti apa-apa yah jangan bahas,”ujarnya, Selasa (28/1/2020).
Kata Jeanli, mending fokus saja terhadap bagaimana gerakan pemerintah mengatasi virus ini dari tindakan preventif dan tindakan lain-lain agar supaya masyarakat tidak resah.
“Saya sangat tidak sepakat ada yang menyinggung pasar ekstrim Tomohon dikaitkan dengan asal virus. Itu tuduhan mengada-ada saya pikir, alias ngawur. Jika seandainya saya bilang ‘misalnya’ bahwa ini juga bagian dari politik negara-negara besar yang sengaja menciptakan virus dan menyerang China. Ini disebabkan oleh karena China kelihatan besar dan menguasai berbagai aspek. Apakah itu etics?,”ujarnya.
Ditegaskan, dia asli Minahasa dan seorang chef dan orang Manado asli. Dia makan dan masak binatang ekstrim ini sudah sejak kecil bersama keluarga besar dan tidak pernah terkena kuman bakteri bahkan virus dan lain-lain.
“Bagaimana kalau saya bilang virus yang sengaja diciptakan kemudian disuntikan kepada binatang ini di semua pasar di Wuhan, apakah ini diselidiki?,”tantanganya.
Executive Chef Sutanraja Hotel Manado mengatakan, sepengetahuannya dari dulu di beberapa daerah di Jawa, Papua, Kalimantan juga makan binatang ini, dan aman-aman saja.
“Saya kesal membaca berita yang terlalu mengada-ada kayak gini. Karena itu saya ngomong ke satgas bahwa ini propaganda murahan dari sekelompok orang yang tidak mengerti apa-apa tentang daerah saya,”tandasnya.
Mestinya kata dia, masyarakat harus mengerti soal Sulut. Begitu juga paham bahwa setiap daerah di Indonesia itu punya kearifan lokal dan jangan ganggu kearifan lokal tersebut dengan hal-hal yang sekiranya akan merusak aspek keseluruhan termasuk pariwisata. “Rakyat Minahasa bisa marah mas,”pungkasnya.
“Jadi gini, terkait dengan virus, sebagai Ketua Indonesian Chef Association, saya benar-benar kesal dengan pemberitaan online yang rada menyudutkan wisata kuliner Tomohon. Artinya kalau gak mengerti apa-apa yah jangan bahas,”ujarnya, Selasa (28/1/2020).
Kata Jeanli, mending fokus saja terhadap bagaimana gerakan pemerintah mengatasi virus ini dari tindakan preventif dan tindakan lain-lain agar supaya masyarakat tidak resah.
“Saya sangat tidak sepakat ada yang menyinggung pasar ekstrim Tomohon dikaitkan dengan asal virus. Itu tuduhan mengada-ada saya pikir, alias ngawur. Jika seandainya saya bilang ‘misalnya’ bahwa ini juga bagian dari politik negara-negara besar yang sengaja menciptakan virus dan menyerang China. Ini disebabkan oleh karena China kelihatan besar dan menguasai berbagai aspek. Apakah itu etics?,”ujarnya.
Ditegaskan, dia asli Minahasa dan seorang chef dan orang Manado asli. Dia makan dan masak binatang ekstrim ini sudah sejak kecil bersama keluarga besar dan tidak pernah terkena kuman bakteri bahkan virus dan lain-lain.
“Bagaimana kalau saya bilang virus yang sengaja diciptakan kemudian disuntikan kepada binatang ini di semua pasar di Wuhan, apakah ini diselidiki?,”tantanganya.
Executive Chef Sutanraja Hotel Manado mengatakan, sepengetahuannya dari dulu di beberapa daerah di Jawa, Papua, Kalimantan juga makan binatang ini, dan aman-aman saja.
“Saya kesal membaca berita yang terlalu mengada-ada kayak gini. Karena itu saya ngomong ke satgas bahwa ini propaganda murahan dari sekelompok orang yang tidak mengerti apa-apa tentang daerah saya,”tandasnya.
Mestinya kata dia, masyarakat harus mengerti soal Sulut. Begitu juga paham bahwa setiap daerah di Indonesia itu punya kearifan lokal dan jangan ganggu kearifan lokal tersebut dengan hal-hal yang sekiranya akan merusak aspek keseluruhan termasuk pariwisata. “Rakyat Minahasa bisa marah mas,”pungkasnya.
(pur)