Tokoh NU dan Deklarator PKB Blitar Kiai Imam Tutup Usia
A
A
A
BLITAR - Mustasyar NU Kabupaten Blitar yang juga salah satu deklarator PKB Kabupaten Blitar KH Imam Suhrowardi (84) tutup usia pada Kamis (23/1/2020) pagi. Kiai Imam atau Gus Imam meninggal dunia saat menjalani cuci darah di RS Darmo, Surabaya.
Menurut Imron Rosyadi, Sekretaris DPC PKB Kabupaten Blitar, jenazah Kiai Imam masih dalam perjalanan menuju rumah duka di Pondok Pesantren APIS Sanan Gondang, Kecamata Gandusari, Kabupaten Blitar.
"Iya, benar (meninggal dunia), informasi dari pihak keluarga jam 9.30 pagi ini, "ujar Imron Rosyadi kepada SINDOnews.com.
Imron Rosyadi atau akrab disapa Baron mengatakan sudah di rumah duka. Tamu yang bertakziah mulai berdatangan. Mereka datang dari berbagai kalangan.
Kiai Imam merupakan salah satu kiai kharismatik yang pernah dimiliki warga Blitar, terutama kaum Nahdliyin. Sebagai pengasuh Ponpes APIS Sanan Gondang yang didirikan almarhum Kiai Shodiq Damanhuri, ayahnya, Kiai Imam memulai karier di NU.
Ia pernah menjabat Ketua Tanfidziah PCNU Kabupaten Blitar, kemudian juga Rais Syuriah NU. Pada masa NU Kabupaten Blitar dipimpin Kiai Imam, kata Baron, kemajuannya sangat pesat, terutama di bidang pendidikan.
Salah satunya adalah lembaga pendidikan STM Islam Blitar yang menurut Baron tidak lepas dari sentuhan tangan dingin Kiai Imam. "Saat ini jabatan almarhum sebagai mustasyar PCNU Kabupaten Blitar, "terang Baron.
Pada era awal reformasi, Kiai Imam bersama 8 tokoh NU lain, yakni salah satunya almarhum KH Nurhidayatulloh Dawami, mendeklarasikan Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten di Kabupaten Blitar
Di partai yang didirikan Gus Dur itu, Kiai Imam didaulat sebagai Ketua Dewan Syuro PKB Kabupaten Blitar. Tidak heran di setiap perhelatan politik (Pilkada, Pileg maupun Pilpres), ponpes Kiai Imam selalu dikunjungi tokoh politik mulai tingkat lokal hingga nasional.
Syaifullah Yusuf (Gus Ipul) sebelum dan saat menjabat sebagai Wakil Gubernur Jawa Timur kerap bersilaturahmi ke ponpes Kiai Imam. Begitu juga dengan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Sementara terkait penyebab meninggalnya, menurut Baron, Kiai Imam sudah cukup lama sakit. Yang ia ketahui Kiai Imam mengalami komplikasi akibat penyakit diabetes yang diderita.
Di mana sudah sekitar dua bulan ini, menjalani cuci darah di RS Darmo Surabaya. "Sakit komplikasi. Kalau cuci darahnya di RS Darmo baru dua bulanan ini, "katanya.
Kepergian Kiai Imam bagi Baron meninggalkan duka yang mendalam, terutama warga nahdliyin Kabupaten Blitar. Warga NU, kata Baron, telah kehilangan seorang sosok guru, ayah dan pemimpin kharismatik yang disegani sekaligus sangat dihormati. Rencananya, jenazah akan dimakamkan di komplek pemakaman keluarga di ponpes."Kita telah kehilangan sosok guru, ayah sekaligus teman diskusi yang luar biasa," pungkasnya.
Informasi yang dihimpun, almarhum Kiai Imam meninggalkan seorang istri Hj Nazdirotul Fikriya (48) dan 6 orang putra putri.
Menurut Imron Rosyadi, Sekretaris DPC PKB Kabupaten Blitar, jenazah Kiai Imam masih dalam perjalanan menuju rumah duka di Pondok Pesantren APIS Sanan Gondang, Kecamata Gandusari, Kabupaten Blitar.
"Iya, benar (meninggal dunia), informasi dari pihak keluarga jam 9.30 pagi ini, "ujar Imron Rosyadi kepada SINDOnews.com.
Imron Rosyadi atau akrab disapa Baron mengatakan sudah di rumah duka. Tamu yang bertakziah mulai berdatangan. Mereka datang dari berbagai kalangan.
Kiai Imam merupakan salah satu kiai kharismatik yang pernah dimiliki warga Blitar, terutama kaum Nahdliyin. Sebagai pengasuh Ponpes APIS Sanan Gondang yang didirikan almarhum Kiai Shodiq Damanhuri, ayahnya, Kiai Imam memulai karier di NU.
Ia pernah menjabat Ketua Tanfidziah PCNU Kabupaten Blitar, kemudian juga Rais Syuriah NU. Pada masa NU Kabupaten Blitar dipimpin Kiai Imam, kata Baron, kemajuannya sangat pesat, terutama di bidang pendidikan.
Salah satunya adalah lembaga pendidikan STM Islam Blitar yang menurut Baron tidak lepas dari sentuhan tangan dingin Kiai Imam. "Saat ini jabatan almarhum sebagai mustasyar PCNU Kabupaten Blitar, "terang Baron.
Pada era awal reformasi, Kiai Imam bersama 8 tokoh NU lain, yakni salah satunya almarhum KH Nurhidayatulloh Dawami, mendeklarasikan Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten di Kabupaten Blitar
Di partai yang didirikan Gus Dur itu, Kiai Imam didaulat sebagai Ketua Dewan Syuro PKB Kabupaten Blitar. Tidak heran di setiap perhelatan politik (Pilkada, Pileg maupun Pilpres), ponpes Kiai Imam selalu dikunjungi tokoh politik mulai tingkat lokal hingga nasional.
Syaifullah Yusuf (Gus Ipul) sebelum dan saat menjabat sebagai Wakil Gubernur Jawa Timur kerap bersilaturahmi ke ponpes Kiai Imam. Begitu juga dengan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Sementara terkait penyebab meninggalnya, menurut Baron, Kiai Imam sudah cukup lama sakit. Yang ia ketahui Kiai Imam mengalami komplikasi akibat penyakit diabetes yang diderita.
Di mana sudah sekitar dua bulan ini, menjalani cuci darah di RS Darmo Surabaya. "Sakit komplikasi. Kalau cuci darahnya di RS Darmo baru dua bulanan ini, "katanya.
Kepergian Kiai Imam bagi Baron meninggalkan duka yang mendalam, terutama warga nahdliyin Kabupaten Blitar. Warga NU, kata Baron, telah kehilangan seorang sosok guru, ayah dan pemimpin kharismatik yang disegani sekaligus sangat dihormati. Rencananya, jenazah akan dimakamkan di komplek pemakaman keluarga di ponpes."Kita telah kehilangan sosok guru, ayah sekaligus teman diskusi yang luar biasa," pungkasnya.
Informasi yang dihimpun, almarhum Kiai Imam meninggalkan seorang istri Hj Nazdirotul Fikriya (48) dan 6 orang putra putri.
(zil)