Ancaman DBD dan Leptospirosis Meningkat di Sejumlah Daerah

Sabtu, 04 Januari 2020 - 08:42 WIB
Ancaman DBD dan Leptospirosis...
Ancaman DBD dan Leptospirosis Meningkat di Sejumlah Daerah
A A A
Hujan/ dengan intensitas tinggi terus mengguyur sejumlah wilayah di Indonesia. Para warga pun diharapkan bisa mencegah terjadi serangan demam berdarah dengue (DBD) dan leptospirosis. Ancaman penyakit itu kerap menyerang anak-anak dengan ketahanan tubuh yang rentan. Apalagi, pada musim pancaroba daya tahan tubuh ikut menurun. Upaya pencegahan dianggap lebih baik daripada penanganan ketika sakit.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini juga meminta semua warganya mewaspadai potensi-potensi yang dapat menimbulkan dampak negatif dari datangnya musim hujan ini. "Termasuk datangnya penyakit DBD," kata Risma, kemarin.

Saat ini, lanjutnya, para warga harus bisa memastikan lingkungannya tetap bersih. Makanya, jauh-jauh hari para warga beserta semua OPD yang ada di Kota Pahlawan melakukan gotong royong membersihkan sampah. "Tolong dicek kaleng-kaleng itu, biasanya nyamuk-nyamuk datang ketika musim hujan," ucapnya.

Warga Surabaya juga diimbau mewaspadai potensi timbulnya penyakit di musim hujan. Terutama penyakit yang ditularkan binatang seperti tikus. Kewaspadaan ini bisa dimulai dengan membiasakan hidup bersih di lingkungan tempat tinggal masing-masing.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita mengatakan, tidak hanya nyamuk yang selama ini menjadi penular penyakit demam berdarah atau cikunguya, tikus juga bisa menjadi perantara penyakit. Bahkan, sebelumnya, ancaman tikus ini pernah menyerang warga Surabaya dan sempat dirawat di rumah sakit. "Jadi tikus bisa menyebabkan penyakit leptospirosis bila ternyata urine atau darahnya mengandung bakteri lestospira," katanya.

Wakil Dekan I Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga Santi Martini menuturkan, DBD merupakan penyakit menular disebabkan virus dengue yang dibawa oleh nyamuk. Saat musim penghujan datang, pengidap penyakit ini terus meningkat serta menjadi kebiasaan yang kerap timbul di masyarakat. "Di Jawa Timur, kasusnya terjadi hampir di seluruh kabupaten dan kota. Perlu upaya bersama memutus rantai sebaran virus," kata Santi.

Kondisi sama terjadi di Sleman, DIY. Penyakit deman berdarah dengue (DBD) dan leptospirosis masih menjadi ancaman serius bagi warga Sleman di musim hujan ini. Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman selama 2019 DBD mencapai 728 kasus, satu di antaraya meninggal dunia. Sedangkan leptospirosis mencapai 30 kasus, dengan satu orang meninggal dunia.

Kepala Dinkes Sleman Joko Hastaryo mengatakan, dua penyakit tersebut memang perlu diwaspadai masyarakat saat musim hujan. Apalagi jumlahnya cukup tinggi. Bahkan, DBD jika dibandingkan tahun sebelumnya meningkat. Tercatat pada 2018, DBD hanya 144 kasus, satu orang di antaranya meninggal dunia. Sementara pada 2019 ada 728 kasus, satu orang di antaranya juga meninggal dunia. Penyakit leptospirosis pada 2018 ada 32 kasus, dua di antaranya meninggal dunia. Sementara pada 2019, ada 30 kasus leptospirosis, satu orang meninggal dunia

“Dua penyakit tersebut tetap menjadi ancaman bagi warga Sleman musim hujan dan pada 2020, sehingga harus diwaspadai,” kata Joko, Kamis (2/1).

Kepala Puskemas Mlati II, Sleman, Veronika Evita Setianingrum mengatakan, DBD masih menjadi momok di wilayah kecamatan Mlati, khususnya pasien yang dirawat di Puskesmas Mlati II pada 2019 cukup tinggi, yaitu 49 kasus. Jumlah ini meningkat dibandingkan 2018, yaitu 18 kasus.

"Pasien DBD tidak kenal musim, masyarakat harus waspada terhadap adanya genangan air dimanapun, imbauan untuk melakukan upaya menguras menutup dan menimbun (3M). Masyarakat juga harus menjaga kebersihan lingkungan, jangan ada sisa makanan di dapur supaya tidak mengundang tikus,” imbaunya.

Wakil Ketua DPRD Sleman Sukaptono mengatakan, agar kasus DBD dan leptospirosis tidak sampai menimbulkan korban jiwa, Pemkab Sleman harus melakukan antisipasi, sehingga kasus DBD dan leptospiros maupun penyakit lainnya, tidak akan mewabah dan dapat dicegah, serta tidak menjadi endemik di masyarakat.

Hal sama dilakukan Dinas Kesehatan Jawa Barat. Mereka juga mengimbau warga Jabar mengantisipasi penyakit di musim hujan. Kepala Dinkes Jabar Berli Hamdani Gelung Sakti menyebutkan, sedikitnya terdapat empat penyakit yang kerap menyerang di musim hujan, yakni influenza, demam berdarah dengue (DBD), diare, dan leptospirosis.

"Jenis penyakit itu harus diwaspadai karena kerap muncul di musim hujan," ujar Berli di Bandung, Jumat (3/1).

Sejumlah wilayah di Jabar belakangan mengalami bencana banjir akibat curah hujan yang tinggi. Bahkan, banjir yang terjadi tahun ini terbilang paling parah sejak banjir 2007 lalu. "Leptospirosis adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui kencing tikus, salah satunya melalui banjir," ujarnya.

Untuk pencegahan, lanjut Berli, masyarakat diimbau untuk selalu berperilaku hidup bersih dan sehat dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan, menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar terhindar dari tikus.

Selain leptospirosis, Berli juga menyebut penyakit DBD rawan mengancam warga Jabar. Berdasarkan data Dinkes Jabar, selama Januari 2018-Januari 2019 lalu saja, sebanyak 2.461 warga Jabar tertular penyakit yang diakibatkan virus yang ditularkan nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictusini ini. Sebanyak 18 orang warga di antaranya meninggal dunia.

"Risiko penyakit DBD dapat ditekan dengan cara menguras bak mandi dan menutup tempat air yang dapat dijadikan sarang nyamuk, memanfaatkan barang-barang bekas, dan melakukan pemberantasan sarang nyamuk atau yang kita kenal dengan gerakan 3 M," sebutnya. (Aprilia S Andyna/Aan Haryono/Priyo Setyawan/Agung Bakti Sarasa)
(nfl)
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1071 seconds (0.1#10.24)