Terlibat Hubungan Sesama Jenis, 3 Siswa SMA di Mojokerto Kena HIV
A
A
A
MOJOKERTO - Perilaku hubungan seks bebas pelajar kian mengkhawatirkan. Di Mojokerto , Jawa Timur, 3 siswa SMA yang terlibat hubungan sesama jenis terjangkit Human Immunodeficiency Virus ( HIV ).
Penyebaran HIV di Kota Mojokerto sudah dalam tahap memperihatinkan. Betapa tidak, virus mematikan itu sudah menjalar di kalangan pelajar. (Baca juga: Akibat Seks Bebas, Ratusan Remaja di Kota Bekasi Mengidap HIV/AIDS)
Data terbaru dari Klinik Voluntary Counselling and Testing (VCT) RSUD Kota Mojokerto menyebutkan, tahun ini sedikitnya 3 siswa SMA yang positif terjangkit HIV. Tak hanya itu, seorang siswa SMP juga diketahui positif mengidap HIV akibat penggunaan narkoba dan seks bebas.
Manager Kasus Klinik VCT Kota Mojokerto, Eko Hariyanto mengatakan, dari hasil konseling diketahui jika tiga siswa SMA yang dinyatakan pengidap HIV tersebut diakibatkan karena seks bebas. Dan ironisnya, ketiga siswa putih abu-abu itu merupakan penyuka sesama jenis. ”Karena laki-laki suka laki-laki (LSL),” terang Eko, Jumat (27/12/2019).
Dikatakan, fakta ini memang cukup mengagetkan, karena penularan HIV/AIDS sudah masuk kalangan pelajar. Hal itu tak lain lantaran pengidap HIV/AIDS yang sudah mengincar para remaja. (Baca juga: Seks Pra Nikah dan Sejenis Picu Pertumbuhan HIV/AIDS di Tangerang)
"Pelaku LGBT (lesbian, gay, biseksual, transgender) mencari mereka yang berondong, mencari pasangan muda. Dan ini sasarannya adalah pelajar," tandasnya.
Dengan fakta mengejutkan ini, Eko berharap para orang dua selalu mengawasi pergaulan anaknya. Jika ada yang mencurigakan dengan gerak-gerik anaknya, orang tua bisa mengajak ke Klinik VCT untuk dilakukan tes HIV. "Kalau hasilnya negatif bisa lebih hati-hati, tapi kalau hasilnya positif bisa diobati agar tetap sehat," tandasnya.
Lebih jauh dijelaskan, mulai bulan April hingga Desember tahun ini, terdapat penderita baru HIV/AIDS di Kota Mojokerto sebanyak 71 orang, empat di antaranya merupakan pelajar SMP dan SMA. Sementara sejak tahun 2016, jumlah pengidap HIV/AIDS di kota yang hanya terdiri dari tiga kecamatan itu mencapai angka 925 orang.
Wakil Ketua DPRD Kota Mojokerto Junaedi Malik meminta agar Dinas Pendidikan Kota Mojokerto merespons cepat masalah ini. Karena menurutnya, jika hal ini dibiarkan, akan ada banyak korban selanjutnya. "Dinas Pendidikan harus cepat bergerak untuk memberikan sosialisasi. Jika perlu, ada tes HIV/AIDS massal untuk pelajar," katanya.
Politisi PKB ini menambahkan, fakta adanya empat pelajar pengidap HIV/AIDS dengan latarbelakang hubungan sesama jenis ini menjadi pukulan telak bagi Pemkot Mojokerto. Untuk itu, pengawasan terhadap pelajar harus diperketat. "Pihak sekolah juga harus merespons ini dengan melakukan sosialisasi rutin kepada siswanya," tandasnya.
Penyebaran HIV di Kota Mojokerto sudah dalam tahap memperihatinkan. Betapa tidak, virus mematikan itu sudah menjalar di kalangan pelajar. (Baca juga: Akibat Seks Bebas, Ratusan Remaja di Kota Bekasi Mengidap HIV/AIDS)
Data terbaru dari Klinik Voluntary Counselling and Testing (VCT) RSUD Kota Mojokerto menyebutkan, tahun ini sedikitnya 3 siswa SMA yang positif terjangkit HIV. Tak hanya itu, seorang siswa SMP juga diketahui positif mengidap HIV akibat penggunaan narkoba dan seks bebas.
Manager Kasus Klinik VCT Kota Mojokerto, Eko Hariyanto mengatakan, dari hasil konseling diketahui jika tiga siswa SMA yang dinyatakan pengidap HIV tersebut diakibatkan karena seks bebas. Dan ironisnya, ketiga siswa putih abu-abu itu merupakan penyuka sesama jenis. ”Karena laki-laki suka laki-laki (LSL),” terang Eko, Jumat (27/12/2019).
Dikatakan, fakta ini memang cukup mengagetkan, karena penularan HIV/AIDS sudah masuk kalangan pelajar. Hal itu tak lain lantaran pengidap HIV/AIDS yang sudah mengincar para remaja. (Baca juga: Seks Pra Nikah dan Sejenis Picu Pertumbuhan HIV/AIDS di Tangerang)
"Pelaku LGBT (lesbian, gay, biseksual, transgender) mencari mereka yang berondong, mencari pasangan muda. Dan ini sasarannya adalah pelajar," tandasnya.
Dengan fakta mengejutkan ini, Eko berharap para orang dua selalu mengawasi pergaulan anaknya. Jika ada yang mencurigakan dengan gerak-gerik anaknya, orang tua bisa mengajak ke Klinik VCT untuk dilakukan tes HIV. "Kalau hasilnya negatif bisa lebih hati-hati, tapi kalau hasilnya positif bisa diobati agar tetap sehat," tandasnya.
Lebih jauh dijelaskan, mulai bulan April hingga Desember tahun ini, terdapat penderita baru HIV/AIDS di Kota Mojokerto sebanyak 71 orang, empat di antaranya merupakan pelajar SMP dan SMA. Sementara sejak tahun 2016, jumlah pengidap HIV/AIDS di kota yang hanya terdiri dari tiga kecamatan itu mencapai angka 925 orang.
Wakil Ketua DPRD Kota Mojokerto Junaedi Malik meminta agar Dinas Pendidikan Kota Mojokerto merespons cepat masalah ini. Karena menurutnya, jika hal ini dibiarkan, akan ada banyak korban selanjutnya. "Dinas Pendidikan harus cepat bergerak untuk memberikan sosialisasi. Jika perlu, ada tes HIV/AIDS massal untuk pelajar," katanya.
Politisi PKB ini menambahkan, fakta adanya empat pelajar pengidap HIV/AIDS dengan latarbelakang hubungan sesama jenis ini menjadi pukulan telak bagi Pemkot Mojokerto. Untuk itu, pengawasan terhadap pelajar harus diperketat. "Pihak sekolah juga harus merespons ini dengan melakukan sosialisasi rutin kepada siswanya," tandasnya.
(shf)