Lokasi Kecelakaan Maut Bus Sriwijaya Pernah Direncanakan Dibangun Jembatan Layang Lematang Indah
A
A
A
PAGARALAM - Publik Sumsel dan bahkan tanah air dikejutkan kecelakaan maut di Tikungan Lematang Indah, Pagaralam, Sumatera Selatan, Senin (23/12/2019) malam. 26 orang tewas termasuk sopir dan kondektur dan 13 lainnya selamat.
Di jalan penghubung Kabupaten Lahat - Pagaralam memang terdapat banyak tebing, tikungan yang tajam dan menanjak dan curam. Yang cukup terkenal memang Tikungan Lematang dan Endikat. Khusus di Tikungan Lematang, tempat 26 Penumpang bus Sriwijaya meninggal dunia, memang merupakan jalur yang membutuhkan kehatian-hatian ekstra dari pengemudi.
Setidaknya terdapat 50 tikungan lebih di sekitar jalur tersebut. Terutama di lokasi kejadian, jalannya agak miring tikungan tajam. Di mana sisi lain jalan berupa tebing yang dulu sering longsor, dan sisi lainnya jurang dan di bawahnya Sungai Lematang.
Untuk mengantisipasi longsor, pada bagian tebing telah selesai dibuat penahan dan bagian tikungan juga telah diperlebar dan bagian pinggir telah terpasang pagar pembatas. Selain itu, mungkin perlu disegarkan kembali ingatan, bahwa dulu sekitar beberapa tahun lalu sekitar 2016 pernah dicetuskan rencana pembangunan Jembatan Lematang Indah. Jembatan ini disebutkan terinspirasi jembatan Kelok 9 di Kabupaten 50 Kota, Sumbar.
Koran Sindo pernah mengulas saat itu Wali Kota Pagaralam Ida Fitriati. Menurut rencana saat itu, jembatan akan dibangun selama tiga tahun menggunakan dana APBN mencapai Rp350 miliar selama kurang lebih tiga tahun. Jembatan layang Lematang Indah tiang pancangnya setinggi 60 meter, dengan panjang 1,2 kilometer, lebar 30 meter, dan memotong 52 tikungan mencapai 7,2 kilometer.
Dengan begitu, jembatan ini akan memangkas jarak sehingga transportasi di Kota Pagaralam akan lebih mudah. Bahkan, jembatan ini bisa menjadi salah satu objek wisata baru di Kota Pagaralam. Jembatan ini akan menjadi jembatan tertinggi di Sumsel. Pasalnya, untuk tiang pancang yang akan dipasang setinggi 60 meter.
Upaya pembangunan jembatan ini tidak lain bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Pagaralam. Memang, jalan ini merupakan jalan negara dan dilakukan oleh negara. Dengan selesainya jembatan tersebut, maka transportasi di Kota Pagaralam ke Palembang akan lancar. Jadi, sebagai daerah penghasil sayuran, Pagaralam juga bisa memasok sayur segar ke Palembang. Sayuran tidak akan layu ketika sampai Palembang.
Selain itu, dengan terpotongnya 50 lebih liku (tikungan), maka jarak antara Kota Pagaralam dengan kawasan Bandara Atung Bungsu bisa ditempuh selama 15 menit. Apalagi, jarak antara Pagaralam-Lahat lebih dekat sehingga pegawai yang tinggal di Lahat namun bekerja di Pagaralam bisa datang lebih cepat, begitu pun sebaliknya.
Namun rencana tersebut belum terwujud hingga kini. Secercah harapan muncul sekitar April 2019 lalu. Saat itu, dalam sebuah kegiatan di Pagaralam, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan akan mengirim tim untuk survei lokasi dan menerjunkan tim ahli untuk merancang jembatan yang disebutkan sepanjang sekitar 500 meter. "Kita akan kirim Tim Ahli untuk survei," katanya saat itu.
Semoga dengan kejadian bus Sriwijaya terjun ke jurang persis sekitar 24 jam sebelum Natal ini, menjadi pendorong melihat kembali rencana Jembatan Lematang Indah.
Di jalan penghubung Kabupaten Lahat - Pagaralam memang terdapat banyak tebing, tikungan yang tajam dan menanjak dan curam. Yang cukup terkenal memang Tikungan Lematang dan Endikat. Khusus di Tikungan Lematang, tempat 26 Penumpang bus Sriwijaya meninggal dunia, memang merupakan jalur yang membutuhkan kehatian-hatian ekstra dari pengemudi.
Setidaknya terdapat 50 tikungan lebih di sekitar jalur tersebut. Terutama di lokasi kejadian, jalannya agak miring tikungan tajam. Di mana sisi lain jalan berupa tebing yang dulu sering longsor, dan sisi lainnya jurang dan di bawahnya Sungai Lematang.
Untuk mengantisipasi longsor, pada bagian tebing telah selesai dibuat penahan dan bagian tikungan juga telah diperlebar dan bagian pinggir telah terpasang pagar pembatas. Selain itu, mungkin perlu disegarkan kembali ingatan, bahwa dulu sekitar beberapa tahun lalu sekitar 2016 pernah dicetuskan rencana pembangunan Jembatan Lematang Indah. Jembatan ini disebutkan terinspirasi jembatan Kelok 9 di Kabupaten 50 Kota, Sumbar.
Koran Sindo pernah mengulas saat itu Wali Kota Pagaralam Ida Fitriati. Menurut rencana saat itu, jembatan akan dibangun selama tiga tahun menggunakan dana APBN mencapai Rp350 miliar selama kurang lebih tiga tahun. Jembatan layang Lematang Indah tiang pancangnya setinggi 60 meter, dengan panjang 1,2 kilometer, lebar 30 meter, dan memotong 52 tikungan mencapai 7,2 kilometer.
Dengan begitu, jembatan ini akan memangkas jarak sehingga transportasi di Kota Pagaralam akan lebih mudah. Bahkan, jembatan ini bisa menjadi salah satu objek wisata baru di Kota Pagaralam. Jembatan ini akan menjadi jembatan tertinggi di Sumsel. Pasalnya, untuk tiang pancang yang akan dipasang setinggi 60 meter.
Upaya pembangunan jembatan ini tidak lain bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Pagaralam. Memang, jalan ini merupakan jalan negara dan dilakukan oleh negara. Dengan selesainya jembatan tersebut, maka transportasi di Kota Pagaralam ke Palembang akan lancar. Jadi, sebagai daerah penghasil sayuran, Pagaralam juga bisa memasok sayur segar ke Palembang. Sayuran tidak akan layu ketika sampai Palembang.
Selain itu, dengan terpotongnya 50 lebih liku (tikungan), maka jarak antara Kota Pagaralam dengan kawasan Bandara Atung Bungsu bisa ditempuh selama 15 menit. Apalagi, jarak antara Pagaralam-Lahat lebih dekat sehingga pegawai yang tinggal di Lahat namun bekerja di Pagaralam bisa datang lebih cepat, begitu pun sebaliknya.
Namun rencana tersebut belum terwujud hingga kini. Secercah harapan muncul sekitar April 2019 lalu. Saat itu, dalam sebuah kegiatan di Pagaralam, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan akan mengirim tim untuk survei lokasi dan menerjunkan tim ahli untuk merancang jembatan yang disebutkan sepanjang sekitar 500 meter. "Kita akan kirim Tim Ahli untuk survei," katanya saat itu.
Semoga dengan kejadian bus Sriwijaya terjun ke jurang persis sekitar 24 jam sebelum Natal ini, menjadi pendorong melihat kembali rencana Jembatan Lematang Indah.
(wib)