Sensasi Berwisata di Tombak Sulu-sulu, Istana Sisingamangaraja dan Aek Sipangolu
A
A
A
DOLOKSANGGUL - Jika berkunjung ke kawasan Danau Toba di Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) kita dapat singgah ke beberapa objek wisata religi yang juga merupakan situs peninggalan sejarah mengenai Raja Sisingamangaraja. Salah satu tempatnya adalah Tombak Sulu-Sulu di Desa Marbun Tonga Marbun Dolok, Kecamatan Baktiraja. (Baca: Uniknya Kearifan Lokal Sentra Ulos Desa Meat dan Papande Pulau Sibandang)
Jarak Situs Tombak Sulu-Sulu dari Kota Dolok Sanggul Ibu kota Kabupaten Humbahas hanya 18 kilometer. Sehingga jika menggunakan kendaraan pribadi bisa dicapai dalam tempo 30-40 menit dari Dolok Sanggul dengan melewati hutan pinus dan jalan yang berkelok.
Dalam terminologi bahasa Batak Toba, Tombak Sulu sulu memiliki arti hutan belantara yang memancarkan cahaya. Dimana tempat ini diyakini sebagai tempat kelahiran Manghuntal yang kemudian menjadi Raja Sisingamangaraja I.
Namun sebelum memasuki gua batu yang diklaim sebagai tempat kelahiran Sisingamangaraja ini pengunjung harus membuka alas kaki dan kemudian melakukan ritual maranggir yaitu membersihkan diri dengan air jeruk purut biasanya dilakukan dengan membasuh tangan dan muka.
"Bagi para kaum wanita yang sedang datang bulan atau haid disarankan untuk tidak memasuki kawasan gua ini. Selain itu pengunjung juga tak diperkenankan membawa makanan seperti daging babi dan anjing masuk ke dalam lokasi karena Raja Sisingamangaraja menganut ajaran Parmalim yang tidak memakan kedua makanan tersebut," timpal Ronald.
Setelah melakukan ritual maranggir pengunjung baru dapat memasuki gua dengan terlebih dahulu melewati jalan yang dipenuhi bebatuan tajam dan licin. Pengunjung pun harus berjalan perlahan dan hati-hati agar telapak kaki tak tergores karena bebatuan yang tajam dan licin.
Karena Tombak Sulu-sulu merupakan batugamping yang telah berumur 250 juta tahun. Semuanya terbentuk akibat pergeseran lempeng bumi. Selain itu kita akan disuguhi pemandangan akar-akar pohon besar yang melilit dan menjuntai di sepanjang jalan yang dilalui untuk memasuki gua.
Saat memasuki gua yang hanya dapat ditempati sekitar 10 orang tercium aroma sirih yang begitu harum selain itu terlihat jeruk purut dan telur. Menurut Ronald Lumbanbatu, sirih, jeruk purut dan telur itu merupakan sisa peziarah yang datang sebelumnya.
"Ya tempat ini kerap dikunjungi peziarah dari seputar Danau Toba hingga Medan. Biasanya mereka ingin berdoa disini agar diberikan kesembuhan dari penyakit, minta tambah rezeki, minta diberikan keturunan dan jodoh," ungkap Ronald.
Usai mengunjungi Tombak Sulu-sulu, rombongan Familiarization Trip Media Digital Nasional ke Destinasi Super Prioritas melanjutkan kunjungan ke Situs Bangunan Cagar Budaya Istana Raja Sisingamangaraja yang juga terdapat di Kecamatan Baktiraja tepatnya di Dusun Lumban Raja, Desa Simamora.
Di Komplek Istana Raja Sisingamangaraja ini terdapat sejumlah situs budaya diantaranya Makam Raja Sisingamangaraja 1 hingga XI, sopo godang, rumah bolon, Batu Siungkap-ungkapon, Bale Pasogit dan Rumah Parsaktian.
Di tengah komplek terdapat bangunan makam Sisingamangaraja 1-IX yang didepannya terdapat tulisan aksara Batak, lambang Sisingamangaraja dan stempel Sisingamangaraja yang hampir menyerupai huruf arab gundul.
Tak heran berdasarkan cerita yang dituturkan secara turun temurun tersebut tempat ini kerap dikunjungi peziarah yang ingin mengobati berbagai penyakit disamping meminta keberkahan, rezeki dan jodoh. Seperti yang terlihat saat SINDOnews mengunjungi tempat ini dimana terlihat sejumlah peziarah dari Toba Samosir yang melakukan ritual di sana.
Jarak Situs Tombak Sulu-Sulu dari Kota Dolok Sanggul Ibu kota Kabupaten Humbahas hanya 18 kilometer. Sehingga jika menggunakan kendaraan pribadi bisa dicapai dalam tempo 30-40 menit dari Dolok Sanggul dengan melewati hutan pinus dan jalan yang berkelok.
Dalam terminologi bahasa Batak Toba, Tombak Sulu sulu memiliki arti hutan belantara yang memancarkan cahaya. Dimana tempat ini diyakini sebagai tempat kelahiran Manghuntal yang kemudian menjadi Raja Sisingamangaraja I.
Namun sebelum memasuki gua batu yang diklaim sebagai tempat kelahiran Sisingamangaraja ini pengunjung harus membuka alas kaki dan kemudian melakukan ritual maranggir yaitu membersihkan diri dengan air jeruk purut biasanya dilakukan dengan membasuh tangan dan muka.
"Bagi para kaum wanita yang sedang datang bulan atau haid disarankan untuk tidak memasuki kawasan gua ini. Selain itu pengunjung juga tak diperkenankan membawa makanan seperti daging babi dan anjing masuk ke dalam lokasi karena Raja Sisingamangaraja menganut ajaran Parmalim yang tidak memakan kedua makanan tersebut," timpal Ronald.
Setelah melakukan ritual maranggir pengunjung baru dapat memasuki gua dengan terlebih dahulu melewati jalan yang dipenuhi bebatuan tajam dan licin. Pengunjung pun harus berjalan perlahan dan hati-hati agar telapak kaki tak tergores karena bebatuan yang tajam dan licin.
Karena Tombak Sulu-sulu merupakan batugamping yang telah berumur 250 juta tahun. Semuanya terbentuk akibat pergeseran lempeng bumi. Selain itu kita akan disuguhi pemandangan akar-akar pohon besar yang melilit dan menjuntai di sepanjang jalan yang dilalui untuk memasuki gua.
Saat memasuki gua yang hanya dapat ditempati sekitar 10 orang tercium aroma sirih yang begitu harum selain itu terlihat jeruk purut dan telur. Menurut Ronald Lumbanbatu, sirih, jeruk purut dan telur itu merupakan sisa peziarah yang datang sebelumnya.
"Ya tempat ini kerap dikunjungi peziarah dari seputar Danau Toba hingga Medan. Biasanya mereka ingin berdoa disini agar diberikan kesembuhan dari penyakit, minta tambah rezeki, minta diberikan keturunan dan jodoh," ungkap Ronald.
Usai mengunjungi Tombak Sulu-sulu, rombongan Familiarization Trip Media Digital Nasional ke Destinasi Super Prioritas melanjutkan kunjungan ke Situs Bangunan Cagar Budaya Istana Raja Sisingamangaraja yang juga terdapat di Kecamatan Baktiraja tepatnya di Dusun Lumban Raja, Desa Simamora.
Di Komplek Istana Raja Sisingamangaraja ini terdapat sejumlah situs budaya diantaranya Makam Raja Sisingamangaraja 1 hingga XI, sopo godang, rumah bolon, Batu Siungkap-ungkapon, Bale Pasogit dan Rumah Parsaktian.
Di tengah komplek terdapat bangunan makam Sisingamangaraja 1-IX yang didepannya terdapat tulisan aksara Batak, lambang Sisingamangaraja dan stempel Sisingamangaraja yang hampir menyerupai huruf arab gundul.
Tak heran berdasarkan cerita yang dituturkan secara turun temurun tersebut tempat ini kerap dikunjungi peziarah yang ingin mengobati berbagai penyakit disamping meminta keberkahan, rezeki dan jodoh. Seperti yang terlihat saat SINDOnews mengunjungi tempat ini dimana terlihat sejumlah peziarah dari Toba Samosir yang melakukan ritual di sana.
(sms)