Gempa Guncang Rumah Sakit di Majalengka, Suasana Mencekam
A
A
A
MAJALENGKA - Suasana di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Mitra Plumbon Majalengka mencekam. Jerit ketakutan dan tangis terdengar saling bersahutan saat bencana "gempa bumi" terjadi pada Sabtu (30/11/2019) WIB. Raut penuh ketakutan tampak jelas pada seorang ibu yang sedang hamil. Sambil duduk di kursi roda dan didampingi petugas medis, perempuan yang mengenakan baju hitam itu terus berteriak histeris lantaran panik.
Teriakan keras terus terdengar dari mulutnya, hingga petugas berhasil mengevakuasinya ke ruang terbuka, titik kumpul RSIA. Selain duwarnai tangisan histeris, suasana hiruk pikuk juga terlihat jelas di titik kumpul, saat petugas RS mencoba menangani sekaligus menenangkan para pasien.
Pemandangan tersebut salah satu adegan dari simulasi Hospital Disaster Plan di RSIA Mitra Plumbon Majalengka, Desa Panjalin Kidul, Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Majalengka, Sabtu (30/11/2019) yang dilaksanakan BPBD Kabupaten Majalengka.
"Pemberian materi sekaligus simulasi penanganan bencana, agar tahu apa yang harus dilakukan, dan siapa yang harus melakulan apa," kata Manajer Pusdaop Penanggulangan Bencana (PB) BPBD Kabupaten Majalengka Indrayanto.
Dalam menangani sebuah bencana alam, jelas dia, ada dua hal yang perlu diperhatikan pihak RS. Selain penanganan di internal RS, mereka juga harus siap untuk memberikan pelayanan ketika ada korban yang datang ke RS. "Perlu kesiap-siagaan manajemen dari pihak RS dalam melakukan penanganan kebencanaan. Ini agendanya Rumah Sakit, yang kebetulan minta kepada kami untuk melakukan simulasi," jelas Indra.
Direktur RSIA Mitra Plumbon Majalengka, Raymond Gasbara Pribadi menjelaskan, saat ini RS yang dipimpinnya memang belum terlalu sering menerima pasien dari kelompok korban bencana. Namun, hal itu tidak lantas membuat pihaknya memandang sebelah mata terhadap kesiapan penanganan saat terjadi bencana alam.
"Sangat bermanfaat bagi Rumah Sakit kami, bila suatu saat terjadi bencana yang mungkin tidak bisa diperkirakan. Rumah Sakit kami, baik manajemen, staff, perawat dan lain segainya, direktur sampai ke bawah itu bisa mengevakuasi pasien dengan sebaik-baiknya. Supaya tidak terjadi korban yang berjatuhan," katanya.
Kendati statusnya belum menjadi RS Umum, akan tetapi Raymond mengaku, fasilitas untuk penanganan kedaruratan di RS yang dipimpinnya sudah terbilang cukup. "Sementara ini (penanganan pasien korban bencana) masih jarang, karena ini masih RSIA. Setelah (jadi) RSU kemungkinan bisa menampung lebih banyak lagi. Untuk pelayanan yang darurat, gawat darurat (fasilitas) kami sudah siap," pungkasnya.
Teriakan keras terus terdengar dari mulutnya, hingga petugas berhasil mengevakuasinya ke ruang terbuka, titik kumpul RSIA. Selain duwarnai tangisan histeris, suasana hiruk pikuk juga terlihat jelas di titik kumpul, saat petugas RS mencoba menangani sekaligus menenangkan para pasien.
Pemandangan tersebut salah satu adegan dari simulasi Hospital Disaster Plan di RSIA Mitra Plumbon Majalengka, Desa Panjalin Kidul, Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Majalengka, Sabtu (30/11/2019) yang dilaksanakan BPBD Kabupaten Majalengka.
"Pemberian materi sekaligus simulasi penanganan bencana, agar tahu apa yang harus dilakukan, dan siapa yang harus melakulan apa," kata Manajer Pusdaop Penanggulangan Bencana (PB) BPBD Kabupaten Majalengka Indrayanto.
Dalam menangani sebuah bencana alam, jelas dia, ada dua hal yang perlu diperhatikan pihak RS. Selain penanganan di internal RS, mereka juga harus siap untuk memberikan pelayanan ketika ada korban yang datang ke RS. "Perlu kesiap-siagaan manajemen dari pihak RS dalam melakukan penanganan kebencanaan. Ini agendanya Rumah Sakit, yang kebetulan minta kepada kami untuk melakukan simulasi," jelas Indra.
Direktur RSIA Mitra Plumbon Majalengka, Raymond Gasbara Pribadi menjelaskan, saat ini RS yang dipimpinnya memang belum terlalu sering menerima pasien dari kelompok korban bencana. Namun, hal itu tidak lantas membuat pihaknya memandang sebelah mata terhadap kesiapan penanganan saat terjadi bencana alam.
"Sangat bermanfaat bagi Rumah Sakit kami, bila suatu saat terjadi bencana yang mungkin tidak bisa diperkirakan. Rumah Sakit kami, baik manajemen, staff, perawat dan lain segainya, direktur sampai ke bawah itu bisa mengevakuasi pasien dengan sebaik-baiknya. Supaya tidak terjadi korban yang berjatuhan," katanya.
Kendati statusnya belum menjadi RS Umum, akan tetapi Raymond mengaku, fasilitas untuk penanganan kedaruratan di RS yang dipimpinnya sudah terbilang cukup. "Sementara ini (penanganan pasien korban bencana) masih jarang, karena ini masih RSIA. Setelah (jadi) RSU kemungkinan bisa menampung lebih banyak lagi. Untuk pelayanan yang darurat, gawat darurat (fasilitas) kami sudah siap," pungkasnya.
(zil)