Tak Dapat Bantuan, Korban Gempa Palu Bertahan di Tenda Darurat
A
A
A
KOTA PALU - Sebanyak enam kepala keluarga (KK) korban gempa Palu masih bertahan di tenda darurat sekitar bundaran STQ Kota Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (6/11/2019). Mereka memilih bertahan di tenda darurat pemberian lembaga internasional, karena tidak mendapat bantuan dari pemerintah. Illiati, salah seorang korban gempa Palu penghuni tenda darurat, mengaku tidak ada pilihan lain kecuali bertahan di tenda dari terpal tersebut.
"Kami korban gempa yang memang tidak punya rumah, sebelum kejadian gempa kami ngontrak. Pemerintah hanya memberi bantuan korban gempa yang punya rumah, untuk yang ngontrak seperti kami tidak dapat bantuan," ujar Illiati.
Menurut iIlliati, untuk melanjutkan hidup dirinya bekerja di perusahaan pengolah buah kemiri agar dapurnya bisa mengepul di pengungsian. Kalau tidak bekerja, maka dia tidak akan mendapatkan uang pembeli beras. "Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, kami mendapat suplai air dari mobil tangki tiga hari sekali. Sedangkan untuk penerangan, baru dua bulan mendapatkan aliran listrik dari tetangga yang baru membangun rumah," katanya.
Iliani bersama lima kepala keluarga lainnya hanya bisa pasrah, tidak mendapatkan jatah huntara (hunian sementara). Mereka masih menunggu waktu sampai kapan akan kembali ke rumah kontrakannya, yang saat ini sedang di renovasi bertahap oleh pemiliknya. Masih ada ratusan penyintas lainnya yang bernasib sama seperti Illiati, mereka tinggal di berbagai tempat di Kota Palu, salah satunya di Kelurahan Balaroa.
"Kami korban gempa yang memang tidak punya rumah, sebelum kejadian gempa kami ngontrak. Pemerintah hanya memberi bantuan korban gempa yang punya rumah, untuk yang ngontrak seperti kami tidak dapat bantuan," ujar Illiati.
Menurut iIlliati, untuk melanjutkan hidup dirinya bekerja di perusahaan pengolah buah kemiri agar dapurnya bisa mengepul di pengungsian. Kalau tidak bekerja, maka dia tidak akan mendapatkan uang pembeli beras. "Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, kami mendapat suplai air dari mobil tangki tiga hari sekali. Sedangkan untuk penerangan, baru dua bulan mendapatkan aliran listrik dari tetangga yang baru membangun rumah," katanya.
Iliani bersama lima kepala keluarga lainnya hanya bisa pasrah, tidak mendapatkan jatah huntara (hunian sementara). Mereka masih menunggu waktu sampai kapan akan kembali ke rumah kontrakannya, yang saat ini sedang di renovasi bertahap oleh pemiliknya. Masih ada ratusan penyintas lainnya yang bernasib sama seperti Illiati, mereka tinggal di berbagai tempat di Kota Palu, salah satunya di Kelurahan Balaroa.
(zil)