Bocah Pekalongan Terkena Ginjal Bocor Butuh Bantuan, Kemana Bupati?
A
A
A
PEKALONGAN - Muhamad Fadlun Yahya (2,5) putra kedua Lailatul Barokah, warga RT 2/RW 1 dukuh Wonolobo Desa Sastrodirjan, Kecamatan Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan, hanya bisa tergeletak dan menangis. Bocah ini kondisinya memprihatinkan, menangis terus karena menderita syndrom nefrotik resisten steroid atau ginjal bocor.
Bocah yang sejak bayi diasuk budenya bernama Sekar itu menderita penyakit ginjal bocor sejak enam bulan lalu. Perut membesar, tangan dan kaki juga membengkak karena cairan yang tak bisa keluar.
"Sejak usia 40 hari, anak saya diasuh oleh budenya, atau kakak saya sendiri, karena kondisi perekonomian dan saya single parent. Selama dalam kandungan tidak ada tanda-tanda hingga lahir juga normal, namun terlihat ada yang beda saat enam bula lalu atau bulan Juni lalu," jelas Lailatul Barokah.
Keluarga ini kesulitan biaya perawatan dan penyembuhan, sehingga hanya bisa dirawat di rumah saja. Pada bulan Juni lalu pernah dibawa ke Rumah Sakit Daerah Kajen, namun pulang paksa karena tidak ada biaya.
"Saat itu dia nangis terus dan terlihat badannya membengkak, lalu dirawat di RSUD Kajen, sempat dinyatakan sembuh, beberapa hari kemudian kambuh penyakitnya. Fadlun dirawat lagi, namun karena tidak ada biaya sehingga terpaksa pulang," tambah Sekar, budenya yang merawat.
Agar bisa meneruskan pengobatan, keluarga ini lalu membuat BPJS mandiri, meski kondisi ekonomi serba pas-pasan. Hal ini dilakukan agar bisa melakukan perawatan lanjutan bagi Muhamad Fadlun Yahya.
Bocah ini kemudian dirujuk untuk dirawat di Rumah Sakit Karyadi Semarang dengan BPJS mandiri. "Saat ini bisa dibiaya dengan BPJS mandiri yang dibayarkan tiap bulan. Namun, kami kesulitan untuk menunggu dan transportasi Pekalongan- Semarang," pungkasnya.
Warga sekitar sering menjenguk anak ini, sambil memberikan bantuan ala kadarnya. Namun kondisi keluarga kurang mampu, sehingga butuh bantuan dari pemerintah atau dermawan untuk penyembuhan anak ini.
Bocah yang sejak bayi diasuk budenya bernama Sekar itu menderita penyakit ginjal bocor sejak enam bulan lalu. Perut membesar, tangan dan kaki juga membengkak karena cairan yang tak bisa keluar.
"Sejak usia 40 hari, anak saya diasuh oleh budenya, atau kakak saya sendiri, karena kondisi perekonomian dan saya single parent. Selama dalam kandungan tidak ada tanda-tanda hingga lahir juga normal, namun terlihat ada yang beda saat enam bula lalu atau bulan Juni lalu," jelas Lailatul Barokah.
Keluarga ini kesulitan biaya perawatan dan penyembuhan, sehingga hanya bisa dirawat di rumah saja. Pada bulan Juni lalu pernah dibawa ke Rumah Sakit Daerah Kajen, namun pulang paksa karena tidak ada biaya.
"Saat itu dia nangis terus dan terlihat badannya membengkak, lalu dirawat di RSUD Kajen, sempat dinyatakan sembuh, beberapa hari kemudian kambuh penyakitnya. Fadlun dirawat lagi, namun karena tidak ada biaya sehingga terpaksa pulang," tambah Sekar, budenya yang merawat.
Agar bisa meneruskan pengobatan, keluarga ini lalu membuat BPJS mandiri, meski kondisi ekonomi serba pas-pasan. Hal ini dilakukan agar bisa melakukan perawatan lanjutan bagi Muhamad Fadlun Yahya.
Bocah ini kemudian dirujuk untuk dirawat di Rumah Sakit Karyadi Semarang dengan BPJS mandiri. "Saat ini bisa dibiaya dengan BPJS mandiri yang dibayarkan tiap bulan. Namun, kami kesulitan untuk menunggu dan transportasi Pekalongan- Semarang," pungkasnya.
Warga sekitar sering menjenguk anak ini, sambil memberikan bantuan ala kadarnya. Namun kondisi keluarga kurang mampu, sehingga butuh bantuan dari pemerintah atau dermawan untuk penyembuhan anak ini.
(nag)