Polisi Kebut Kasus Penganiayaan Ninoy, 15 Orang Ditetapkan Tersangka

Polisi Kebut Kasus Penganiayaan Ninoy, 15 Orang Ditetapkan Tersangka
A
A
A
JAKARTA - Polisi telah menetapkan 15 orang tersangka dalam kasus dugaan penculikan dan penganiayaan yang dialami Ninoy Karundeng beberapa waktu lalu. Saat ini polisi sedang melakukan pemberkasan agar bisa diserahkan ke kejaksaan.
"Kita tetapkan 15 orang sebagai tersangka dan dilakukan penahanan. Dari 15 orang itu, 2 orang kita tangguhkan (penahanannya) karena alasan kesehatan," ujar Wadir Reskrimum Polda Metro Jaya, AKBP Dedi Murti pada wartawan, Selasa (22/10/2019).
Menurutnya, penetapan tersangka itu berdasarkan pemeriksaan saksi-saksi dan alat bukti yang diamankan polisi. Maka itu, dalam waktu dekat ini polisi bakal melakukan pemberkasan agar berkasnya bisa dilimpahkan ke Kejaksaan.
"Saksi ada 8 orang yang sudah diperiksa. Kita akan melengkapi berkas perkara agar bisa segera dikirim ke Kejaksaan," tuturnya. (Baca Juga: Ninoy Karundeng Dianiaya Massa Demonstran, Polisi: Pelaku Masih Diburu)
Dia menerangkan, kasus itu bukanlah rekayasa sebagaimana yang dituduhkan di media sosial. Itu terbukti dari alat bukti yang diamankan polisi di lokasi kejadian, keterangan saksi, dan rekaman CCTV. Disitu, para pelaku seolah membuat propaganda kalau Ninoy tak dianiaya lewat WhatsApp grup.
"Kami pastikan tidak ada rekayasa. Para tersangka diterapkan pasal pidana umum, yakni Pasal 55, 56 junto 1, pasal 333 KUHP, 450 KUHP, 335 KUHP dan Pasal 48 Junto 32 yang ancamannya 12 tahun," katanya.
Adapun 15 orang itu berinisial AA dan YY yang berperan menyebar video pengeroyokan dan menyebar konten penghasutan di group. Lalu, ARS berperan menyebarkan ujaran kebencian, berita bohong, dan penghasutan.
RF berperan mengetahui rencana membunuh Ninoy menggunakan kapak, apalabila berhasil akan ditaruh di salah satu titik kerusuhan hingga seolah-olah menjadi korban kerusuhan.
Lalu, SP berperan mengetahui dan melihat korban saat dianiaya, mendapat pesan WhatsApp dari salah satu tersangka, mengetahui saat dicari polisi dan berusaha menghilanglan barang bukti. RN berperan mengantar logistik dan mengetahui pengeroyokan di TKP.
SRY berperan melakukan back up data. Lalu, BRS berperan mengetahui persekusi, membantu merekam saat RF mengcopy data korban, dan mengetahui rencana eksekusi terhadap korban. ABS memukul korban sesuai dengan rekaman CCTV. RFG ada di lokasi turut menganiaya, mengintrogasi, dan mengintimidasi.
Lalu, IRA memukul korban sesuai rekaman CCTV, mengintimidasi korban, merencanakan pembunuhan, dan mengancam korban untuk tidak lapor ke polisi. BND membawa korban saat di pinggir jalan, memerintahkan korban di dalam masjid, dan menginterogasi korban. RDS berada di lokasi, mengetahui saat korban diintimidasi, dan menuntut korban agar tak mempermasalahkan penganiayaan itu.
INS menuntut korban membuat surat pernyataan tanpa harus lapor polisi dan memesan angkutan umum untuk mengangkut korban. YI berperan turut menganiaya korban.
Selain mereka, ada satu orang lagi yang berstatus DPO, yakni SA selaku suami INS yang juga seorang dokter. SA berperan memberikan instruksi melakukan penganiayaan dan intimidasi. Polisi pun meminta SA segera menyerahkan dirinya sebelum polisi membekuknya nanti.
"Kita tetapkan 15 orang sebagai tersangka dan dilakukan penahanan. Dari 15 orang itu, 2 orang kita tangguhkan (penahanannya) karena alasan kesehatan," ujar Wadir Reskrimum Polda Metro Jaya, AKBP Dedi Murti pada wartawan, Selasa (22/10/2019).
Menurutnya, penetapan tersangka itu berdasarkan pemeriksaan saksi-saksi dan alat bukti yang diamankan polisi. Maka itu, dalam waktu dekat ini polisi bakal melakukan pemberkasan agar berkasnya bisa dilimpahkan ke Kejaksaan.
"Saksi ada 8 orang yang sudah diperiksa. Kita akan melengkapi berkas perkara agar bisa segera dikirim ke Kejaksaan," tuturnya. (Baca Juga: Ninoy Karundeng Dianiaya Massa Demonstran, Polisi: Pelaku Masih Diburu)
Dia menerangkan, kasus itu bukanlah rekayasa sebagaimana yang dituduhkan di media sosial. Itu terbukti dari alat bukti yang diamankan polisi di lokasi kejadian, keterangan saksi, dan rekaman CCTV. Disitu, para pelaku seolah membuat propaganda kalau Ninoy tak dianiaya lewat WhatsApp grup.
"Kami pastikan tidak ada rekayasa. Para tersangka diterapkan pasal pidana umum, yakni Pasal 55, 56 junto 1, pasal 333 KUHP, 450 KUHP, 335 KUHP dan Pasal 48 Junto 32 yang ancamannya 12 tahun," katanya.
Adapun 15 orang itu berinisial AA dan YY yang berperan menyebar video pengeroyokan dan menyebar konten penghasutan di group. Lalu, ARS berperan menyebarkan ujaran kebencian, berita bohong, dan penghasutan.
RF berperan mengetahui rencana membunuh Ninoy menggunakan kapak, apalabila berhasil akan ditaruh di salah satu titik kerusuhan hingga seolah-olah menjadi korban kerusuhan.
Lalu, SP berperan mengetahui dan melihat korban saat dianiaya, mendapat pesan WhatsApp dari salah satu tersangka, mengetahui saat dicari polisi dan berusaha menghilanglan barang bukti. RN berperan mengantar logistik dan mengetahui pengeroyokan di TKP.
SRY berperan melakukan back up data. Lalu, BRS berperan mengetahui persekusi, membantu merekam saat RF mengcopy data korban, dan mengetahui rencana eksekusi terhadap korban. ABS memukul korban sesuai dengan rekaman CCTV. RFG ada di lokasi turut menganiaya, mengintrogasi, dan mengintimidasi.
Lalu, IRA memukul korban sesuai rekaman CCTV, mengintimidasi korban, merencanakan pembunuhan, dan mengancam korban untuk tidak lapor ke polisi. BND membawa korban saat di pinggir jalan, memerintahkan korban di dalam masjid, dan menginterogasi korban. RDS berada di lokasi, mengetahui saat korban diintimidasi, dan menuntut korban agar tak mempermasalahkan penganiayaan itu.
INS menuntut korban membuat surat pernyataan tanpa harus lapor polisi dan memesan angkutan umum untuk mengangkut korban. YI berperan turut menganiaya korban.
Selain mereka, ada satu orang lagi yang berstatus DPO, yakni SA selaku suami INS yang juga seorang dokter. SA berperan memberikan instruksi melakukan penganiayaan dan intimidasi. Polisi pun meminta SA segera menyerahkan dirinya sebelum polisi membekuknya nanti.
(ysw)