Duh, Warga Suku Anak Dalam di Merangin Jambi Terancam Kelaparan
A
A
A
MERANGIN - Kemarau yang masih melanda mengancam sumber pangan warga Suku Anak Dalam (SAD). Akibatnya, warga SAD yang berada di Kampung Duren, Kecamatan Renah Pamenang, Kabupaten Merangin, Jambi terancam kelaparan.
Biasanya warga SAD Kebun Duren kerap berburu Babi, namun saat ini sangat sulit mendapatkan Babi. Sementara getah karet juga sangat murah, Sehingga memaksa warga SAD hanya bisa makan satu kali dalam sehari.
"Semenjak kemarau ini kami sangat kesulitan mencari Babi, apalagi getah karet juga sangat murah harganya dan kami terpaksa makan sekali dalam sehari itu juga jika kami punya beras," Jhon, Temenggung atau pemimpin SAD Kebun duren, Kamis (17/10/2019).
Selama ini warga terpaksa makan monyet hasil buruan, itu pun jika mereka dapat berburu, tapi jika tidak terpaksa hanya mengkonsumsi air putih untuk mengganjal perutnya. "Kadang kalau sudah lapar beras tidak ada, terpaksa kami cari monyet untuk di makan jika tidak dapat terpaksa hanya minum air putih saja," ujarnya lagi.
Jhon tidak tinggal diam, dan pernah mengajukan permohonan rawan pangan kepada dinas sosial namun tidak pernah ada tanggapan. "Lewat pemerintah desa saya sudah ajukan surat rawan pangan, tapi sampai saat ini tidak ada realisasinya, Saya bingung warga saya banyak berdatangan ke rumah dengan kondisi lapar," ucapnya.
Hal senada di sampaikan Betelih , Warga SAD Kebun Duren ,Keluarganya terpaksa mencari sumber makanan lain, dengan cara mencari buah sawit yang jatuh di kebun warga.
"Kadang kami mencari buah sawit yang sudah jatuh dan tidak di ambil pemiliknya, itupun hasilnya tidak seberapa hanya cukup buat beli beras satu kilo, dan kami sangat berharap ada uluran tangan pemerintah untuk membantu kesulitan kami," ucap Betelih.
Sementara itu, Samono Kepala Desa Lantak Seribu Kecamatan Renah Pamenang mengatakan bahwa pihaknya sudah mengajukan surat rawan pangan,tapi tidak juga ada realisasinya. "Sudah kita ajukan beberapa bulan yang lalu,tapi tidak ada realisasinya, padahal mereka sangat butuh makanan," ungkapnya singkat.
Biasanya warga SAD Kebun Duren kerap berburu Babi, namun saat ini sangat sulit mendapatkan Babi. Sementara getah karet juga sangat murah, Sehingga memaksa warga SAD hanya bisa makan satu kali dalam sehari.
"Semenjak kemarau ini kami sangat kesulitan mencari Babi, apalagi getah karet juga sangat murah harganya dan kami terpaksa makan sekali dalam sehari itu juga jika kami punya beras," Jhon, Temenggung atau pemimpin SAD Kebun duren, Kamis (17/10/2019).
Selama ini warga terpaksa makan monyet hasil buruan, itu pun jika mereka dapat berburu, tapi jika tidak terpaksa hanya mengkonsumsi air putih untuk mengganjal perutnya. "Kadang kalau sudah lapar beras tidak ada, terpaksa kami cari monyet untuk di makan jika tidak dapat terpaksa hanya minum air putih saja," ujarnya lagi.
Jhon tidak tinggal diam, dan pernah mengajukan permohonan rawan pangan kepada dinas sosial namun tidak pernah ada tanggapan. "Lewat pemerintah desa saya sudah ajukan surat rawan pangan, tapi sampai saat ini tidak ada realisasinya, Saya bingung warga saya banyak berdatangan ke rumah dengan kondisi lapar," ucapnya.
Hal senada di sampaikan Betelih , Warga SAD Kebun Duren ,Keluarganya terpaksa mencari sumber makanan lain, dengan cara mencari buah sawit yang jatuh di kebun warga.
"Kadang kami mencari buah sawit yang sudah jatuh dan tidak di ambil pemiliknya, itupun hasilnya tidak seberapa hanya cukup buat beli beras satu kilo, dan kami sangat berharap ada uluran tangan pemerintah untuk membantu kesulitan kami," ucap Betelih.
Sementara itu, Samono Kepala Desa Lantak Seribu Kecamatan Renah Pamenang mengatakan bahwa pihaknya sudah mengajukan surat rawan pangan,tapi tidak juga ada realisasinya. "Sudah kita ajukan beberapa bulan yang lalu,tapi tidak ada realisasinya, padahal mereka sangat butuh makanan," ungkapnya singkat.
(nag)