Mata Tombak Senjata Era Perang Puputan Klungkung 1908 Dikembalikan

Jum'at, 11 Oktober 2019 - 16:31 WIB
Mata Tombak Senjata...
Mata Tombak Senjata Era Perang Puputan Klungkung 1908 Dikembalikan
A A A
SEMARAPURA - Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta didampingi Raja Klungkung Ida Dalem Semaraputra menerima hibah Mata Tombak Senjata Era Perang Puputan Klungkung Masa 1908 dari Westerlaken Foundation di Pendopo Puri Agung Klungkung, Kamis (10/10/2019).

Pascaperang Puputan Klungkung sebagaian besar relik berupa keris kenegaraan, alat-alat upacara, senjata, perhiasan, serta kalung dari I Dewa Agung Gede Agung, Putera Mahkota Klungkung dibawa ke dua tempat, yakni Batavia/Jakarta dan Belanda. Sekarang benda-benda dari Puri Klungkung tersebut dapat ditemui dan lihat di museum nasional dan beberapa museum yang tersebar di Leiden.

Setelah melalui validasi dan pemeriksaan lanjut bersama beberapa ahli konservasi cagar budaya di Belanda, dipastikan dari bentuk tombak dan ukiran sarung tombak bahwa kedua mata tombak ini berasal dari Periode tahun 1900 Kerajaan Klungkung.

Kedua tombak ini menjadi saksi bisu dari kejadian Perang Puputan Klungkung. Dugaan ini diperkuat dengan laporan dari W.OJ. Nieuwenkamp, seorang pelukis dan kurator dari Belanda yang melakukan ekspedisi ke Bali pada tahun 1917 dengan tujuan mencari benda-benda koleksi untuk museum di Belanda.
Mata Tombak Senjata Era Perang Puputan Klungkung 1908 Dikembalikan

Raja Klungkung Ida Dalem Semaraputra mengatakan, dari pihak Puri Agung Klungkung menyambut dengan gembira serta menyampaikan terimakasih kepada yayasan Westerlaken yang sudah mengembalikan mata tombak yang diyakini milik Puri Agung Klungkung.

Dia berharap kembalinya kepala mata tombak ini menjadi langkah awal untuk membuka jalan agar benda-benda peninggalan yang seharusnya milik Puri Agung Klungkung bisa kembali ke Klungkung.

"Hari ini kita kembali miliki apa yang dulu kita miliki pada saat perang puputan, semoga kembalinya mata tombak ini sebagai langkah awal dari kembalinya benda pusaka yang seharusnya milik Puri Agung Klungkung," ujar Raja Klungkung Ida Dalem Semaraputra

Ida Dalem juga mengatakan benda pusaka ini akan dititipkan ke Pemerintah Kabupaten Klungkung untuk disimpan, dijaga serta dirawat di Museum Semarajaya dan akan dipamerkan. Sehingga nanti apabila masyarakat ingin melihatnya bisa melihatnya di Museum.

"Ini belum tentu senjata pusaka milik salah satu keluarga kerajaan. Karena yang bertempur pada waktu itu tidak hanya keluarga puri saja, melainkan masyarakat juga ikut. Hal hasil dari penelitian baru menunjukan eranya saja yang dilihat dari motif ukirannya," imbuhnya.

Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta menyambut baik pengembalian benda-benda sejarah yang menjadi milik bersama Bangsa Indonesia. Bupati Suwirta mengimbau kepada seluruh ahli kebudayaan bila ada yang ingin mengakaji, meneliti, dan menelusuri mata tombak ini tentu Pemda Klungkung membuka pintu.

Pemdan Klingkung mengharapkan ke depan mata tombak ini lengkap dengan narasinya yang bisa menceritakan sejarahnya. "Mudah-mudahnya dengan kembalinya mata tombak ini nantinya menjadi pembuka untuk mengembalikan kejayaan Klungkung sebagai pusat Kebudayaan Bali yang mana akan segera dibangun Pusat Kebudayaan Bali di Guknasa," ujar Bupati Asal Ceningan ini.

Melihat koleksi-koleksi Kerajaan yang banyak ada di luar Pulau Bali. Kedepan pihaknya akan berusaha memohon negosiasi untuk semua koleksi peninggalan yang seharusnya milik Puri Agung Klungkung supaya dikembalikan. Pihaknya juga akan segera membenahi Museum Semarajaya sehingga menjadi Museum yang diingikan. "Kepada suluruh kelektor yang masih mengoleksi salah satu yang menjadi peninggalan kerajaan Puri Klungkung supaya ikut mengembalikannya," tandasnya

Sementara itu, President Of Westerlaken Foundation, Rodney Westerlaken MA, Bed mengatakan, sepenggal sejarah ini dimana Bangsa saya Belanda dan Kerajaan Klungkung berada didalamnya bersama-sama tidak akan pernah lepas dari memori.

Benda-benda inilah yang seharusnya bercerita lebih lengkap bagaimana sejatinya megah dan mahsyurnya Kerajaan Klungkung, serta bagaimana beraninya segenap lapisan Kerajaan Klungkung dalam perang puputan di tahun 1908. pihaknya percaya bahwa seharusnya benda-benda ini dikembalikan kepada pemilik sebenarnya yaitu Kerajaan Klungkung dan Dipamerkan di museum Klungkung.

Karena ini adalah bagian dari sejarah, warisan adi luhur yang seharusnya bisa dilihat oleh segenap masyarakat klungkung dengan mudah. Sehingga generasi mendatang akan terus tahu apa sesungguhnya makna Dharmaning Ksatrya Mahottama

"pada kesempatan ini saya bermaksud menghibahkan kedua mata tombak tersebut kembali ke Puri Klungkung untuk selanjutnya dapat dipamerkan pada Museum Semarajaya di Kawasan Kerta Gosa. Sehingga seluruh masyarakat Klungkung tahu, bahwa semua saksi bisu sejarah itu masih ada serta siap menceritakan perjalanan panjangnya.

Belanda dan juga Kerajaan Klungkung memiliki ikatan sejarah yang tidak dapat dilupakan. Namun dibalik Patriotisme Perang Puputan ini, terdapat kisah kisah yang tak seluruhnya dapat diungkapkan dan dituturkan pada generasi muda saat ini," Ujar Rodney Westerlaken asal Belanda ini

Dan tidak hanya itu, pihaknya berharap dengan apa yang dlakukan saat ini dapat menginspirasi kolektor lainnya serta tentunya Pemerintah Belanda dan Pemerintah Indonesia yang masih menyimpan Benda bersejarah dari Kerajaan Klungkung agar dapat mengembalikannya ke Rumahnya, ke tanah kelahirannya yaitu Kabupaten Klungkung dan kepada pemilik sebenarnya yatitu Puri Klungkung.

"Semoga langkah kecil ini bisa menjadi awalan yang direstui, Perang Puputan ini mungkin pernah menjadi catatan kelam bagi kedua belah pihak, namun saya berharap apa yang saya lakukan bisa menjadi atau cinta kasih yang akan membawa jalan baik bagi kedua belah pihak," harapnya.
(akn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8047 seconds (0.1#10.140)