Wali Kota Jambi Fasha Paparkan Kiat Sukses Kota Jambi Hingga Mendunia di USU
A
A
A
MEDAN - Membanggakan, satu kata yang patut disematkan pada sosok seorang Wali Kota Jambi, Syarif Fasha saat dia kembali membuktikan kalibernya sebagai seorang kepala daerah yang mampu berbicara banyak dalam hal mengkolaborasikan "best practice" dunia praktisi dan akademisi secara bersamaan, terutama dikalangan kaum terpelajar dan jajaran akademisi.
Kali ini, Wali Kota dengan rentetan prestasi prestisius di level nasional itu, menjejakkan kaki dan mencatatakan sejarah, sebagai pembicara di salah kampus ternama di Indonesia, yaitu Universitas Sumatera Utara (USU).
Kamis pagi (19/9/2019), bertempat di Auditorium USU, Wali Kota Jambi Syarif Fasha, didaulat menjadi pembicara pada Seminar Nasional Universitas Sumatera Utara yang bertema "Pembangunan Untuk Kemandirian Masyarakat", yang diselenggarakan dalam rangka Dies Natalis ke-67 Universitas Sumatera Utara.
Seminar Nasional tersebut dibuka langsung oleh Rektor USU Prof. Runtung Sitepu. Turut hadir pula pada acara itu, Staf Ahli Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Bidang Ekonomi Makro, R. S. Hanung Harimba, Wakil Bupati Kulon Progo, Sutedjo, Jajaran Dosen serta Civitas Akademika Universitas Sumatera Utara.
Tema tersebut sengaja diangkat oleh jajaran civitas akademika kampus di bagian utara Sumatera itu, karena pentingnya mengangkat peran dan isu pemberdayaan masyarakat sebagai salah satu indikator berhasilnya suatu pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah ataupun kalangan swasta. Dimana pembangunan yang menghasilkan kemandirian masyarakat, memerlukan proses panjang yang belum tentu bisa dilaksanakan oleh setiap daerah.
Oleh karenanya, USU sebagai kawah Candradimuka Indonesia dalam melahirkan sumber daya manusia yang unggul dan mandiri, melalui kegiatan Tridharma, yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat, mencoba mengangkat tema dan mengambil "best practice" daerah, kepala daerah dan tokoh yang tercatat sukses mengimplementasikan misi tersebut dengan menghadirkannya langsung dihadapan mereka.
Di hadapan ribuan mahasiswa dan dosen USU, Wali Kota Fasha mengangkat "best practice", sejarah sukses Kota Jambi membangun pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan, hingga akhirnya menuai torehan apresiasi di level internasional.
"Sebagai sebuah kota besar, Kota Jambi tentunya dihadapkan kepada berbagai tantangan dan permasalahan. Disana peran seorang pemimpin hadir untuk memformulasikan berbagai strategi untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat, menciptakan inovasi, dan meningkatkan efisiensi serta efektivitas pengelolaan dan penggunaan dana pembangunan yang sangat terbatas," ujar Wali Kota Fasha, saat membuka paparannya.
Fasha menjelaskan bahwa, strategi pembangunannya dalam membangun Kota Jambi itu telah diukur secara cermat, dimana dalam menerapkan konsep Smart city, dirinya tidak selalu berbicara tentang internet, namun banyak berbicara tentang bagaimana kota pintar yang semestinya, yaitu melibatkan peran serta masyarakat dan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan.
“Diawal kepemimpinan kami sebagai kepala daerah, kami mengoptimalkan kekuatan besar, yaitu partisipasi masyarakat dalam membantu pemerintah membangun Kota Jambi. Di tahun ke-1 dan ke-2 kami membangun budaya dan mindset masyarakat untuk sadar dan berpartisipasi membangun Kota Jambi, melalui berbagai inovasi. Salah satunya novasi adalah Bangkit Berdaya dan Kampung Bantar. Program tersebut terbukti sangat efektif mengakselerasi pembangunan ditengah keterbatasan dana pembangunan. Di tahun ke-3 dan ke-4, baru kami fokus membangun teknologi smart city, melalui berbagai aplikasi pelayanan publik," terang Wali Kota Jambi dua periode itu.
Fasha pun menjelaskan, dengan adanya strategi tersebut, target pembangunan Kota Jambi yang tertuang dalam RPJMD selama 5 tahun, dapat di selesaikan hanya dalam kurun waktu 3 tahun.
Lebih lanjut, Wali Kota dengan jargon Jambi Terkini itu menjabarkan berbagai strategi dan inovasi jitu dalam memecahkan permasalahan klasik yang jamak dihadapi oleh berbagai daerah di Indonesia. Salah satunya adalah melalui program inovasi Kampung Bantar dan Bangkit Berdaya, yang telah diinisiasinya pada periode pertama kepemimpinannya, sebagai Wali Kota Jambi.
"Bangkit Berdaya merupakan akronim dari Bangun Kecamatan Secara Intensif Berazaskan Swadaya, sedangkan Kampung Bantar merupakan akronim dari Kampung Bersih, Aman dan Pintar. Kampung merujuk kepada sebutan yang familiar ditengah masyarakat akan wilayah yang ada di setiap pelosok di Kota Jambi. Kedua program inovasi tersebut, hadir sebagai sebuah solusi atas keterbatasan dana pembangunan utilitas dan infrastruktur, yang hampir dihadapi oleh seluruh pemda di Indonesia. Bangkit Berdaya dan Kampung Bantar, saya yakinkan telah sukses dan mampu mengakselerasi pembangunan serta mengurangi ketimpangan antar wilayah yang ada di Kota Jambi," ungkap Fasha dengan lugas.
Bangkit Berdaya dan Kampung Bantar merupakan program percepatan pembangunan sarana prasarana dan utilitas lingkungan masyarakat yang difasilitasi oleh Pemerintah Kota Jambi. Pemkot memberi stimulus berupa bantuan bahan material/bangunan yang akan dikerjakan secara gotong royong oleh masyarakat. Output kegiatan tersebut adalah pembangunan utilitas masyarakat skala kecil yang tidak tercover dalam Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang).
Meski begitu, program ini mampu menciptakan pembangunan yang merata berbasis kepada masyarakat di wilayah kecamatan dan kelurahan supaya fokus pada pengembangan sarana/prasarana dan utilitas masyarakat.
"Ada banyak manfaat yang bisa didapat dari program ini. Selain memang menumbuhkan kembali semangat kebersamaan dan jiwa gotong royong masyarakat perkotaan, kegiatan ini juga sekaligus mampu menghemat anggaran pembangunan pemerintah daerah. Melalui Bangkit Berdaya dan Kampung Bantar, dalam 1 tahun Pemerintah Kota Jambi hanya mengeluarkan dana sebesar Rp 7,5 miliar untuk membangun jalan-jalan lingkungan di kawasan RT. Namun dampak luar biasanya adalah efisiensi APBD hingga 45%. Selain itu, program tersebut juga menimbulkan dampak positif lainnya yaitu, 'sense of belonging', rasa memiliki yang kuat akan hasil pembangunan yang akan dirasa wajib dijaga sendiri oleh masyarakat," jelas Fasha.
Program inovasi Bangkit Berdaya sendiri telah mendapatkan penghargaan 30 Deserving Cities Award 2016 Guangzhou, dan menjadi 30 inovasi Kota Dunia, Best Citizen Participation dari IOPD (International Observatory on Participation Democracy di Montreal Kanada 2016, dimana penghargaan itu juga berhasil menempatkan Kota Jambi sebagai 30 besar kota terbaik dari 7000 kabupaten/kota di dunia yang memiliki inovasi sosial inspiratif, yang secara khusus mengedepankan peran serta dan partisipasi komunitas masyarakat.
Selain itu, melalui Bangkit Berdaya, Kota Jambi juga menjadi Nominator Peace Prize for Local Government di Bogota pada UCLG 2016 atas program-program inisiatif lokal dalam menjaga keharmonisan dan kerukunan warga masyarakat.
Bangkit Berdaya juga dinilai sebagai inovasi yang unik dan menarik di mata dunia internasional, karena aktifitas pelaksanaannya melibatkan partisipasi seluruh lapisan masyarakat setempat dalam membantu pemerintah mengakselerasi pembangunan di daerah/kawasannya. Hal yang mulai langka di dunia saat ini.
Kedua program inovasi tersebut memang diciptakan Syarif Fasha selaras dengan tujuan nasional pemerintah dalam menanggulangi permasalahan klasik perkotaan, yaitu kemiskinan dan kualitas serta kuantitas utilitas perkotaan yang masih rendah.
Dengan adanya Bangkit Berdaya dan Kampung Bantar, pemerataan pembangunan di setiap kelurahan dalam Kota Jambi dapat teratasi, dan dampak pengganda lainnya adalah turut menurunkan indeks kemiskinan di Kota Jambi.
Selain memaparkan berbagai strategi, kebijakan, dan inovasi yang terkait dengan pemberdayaan masyarakat, pada kesempatan itu Wali Kota Fasha juga banyak memaparkan implementasi visinya yang terkait dengan bidang kesehatan, pendidikan, perizinan, sanitasi, penyediaan public space, green transportation, indeks pembangunan manusia, dan berbagai torehan prestasi yang telah diraih dirinya selama menahkodai Pemerintahan Kota Jambi.
Seminar nasional tersebut juga dirangkai dengan sesi diskusi dan tanya jawab, mahasiswa dan dosen kepada Wali Kota Fasha. Acara Seminar Nasional tersebut ditutup dengan pemberian Kain Ulos Khas Tanah Batak, sebagai wujud penghormatan dan keramahan masyarakat Sumatera Utara, serta cinderamata kepada Wali Kota Syarif Fasha.
Kali ini, Wali Kota dengan rentetan prestasi prestisius di level nasional itu, menjejakkan kaki dan mencatatakan sejarah, sebagai pembicara di salah kampus ternama di Indonesia, yaitu Universitas Sumatera Utara (USU).
Kamis pagi (19/9/2019), bertempat di Auditorium USU, Wali Kota Jambi Syarif Fasha, didaulat menjadi pembicara pada Seminar Nasional Universitas Sumatera Utara yang bertema "Pembangunan Untuk Kemandirian Masyarakat", yang diselenggarakan dalam rangka Dies Natalis ke-67 Universitas Sumatera Utara.
Seminar Nasional tersebut dibuka langsung oleh Rektor USU Prof. Runtung Sitepu. Turut hadir pula pada acara itu, Staf Ahli Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Bidang Ekonomi Makro, R. S. Hanung Harimba, Wakil Bupati Kulon Progo, Sutedjo, Jajaran Dosen serta Civitas Akademika Universitas Sumatera Utara.
Tema tersebut sengaja diangkat oleh jajaran civitas akademika kampus di bagian utara Sumatera itu, karena pentingnya mengangkat peran dan isu pemberdayaan masyarakat sebagai salah satu indikator berhasilnya suatu pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah ataupun kalangan swasta. Dimana pembangunan yang menghasilkan kemandirian masyarakat, memerlukan proses panjang yang belum tentu bisa dilaksanakan oleh setiap daerah.
Oleh karenanya, USU sebagai kawah Candradimuka Indonesia dalam melahirkan sumber daya manusia yang unggul dan mandiri, melalui kegiatan Tridharma, yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat, mencoba mengangkat tema dan mengambil "best practice" daerah, kepala daerah dan tokoh yang tercatat sukses mengimplementasikan misi tersebut dengan menghadirkannya langsung dihadapan mereka.
Di hadapan ribuan mahasiswa dan dosen USU, Wali Kota Fasha mengangkat "best practice", sejarah sukses Kota Jambi membangun pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan, hingga akhirnya menuai torehan apresiasi di level internasional.
"Sebagai sebuah kota besar, Kota Jambi tentunya dihadapkan kepada berbagai tantangan dan permasalahan. Disana peran seorang pemimpin hadir untuk memformulasikan berbagai strategi untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat, menciptakan inovasi, dan meningkatkan efisiensi serta efektivitas pengelolaan dan penggunaan dana pembangunan yang sangat terbatas," ujar Wali Kota Fasha, saat membuka paparannya.
Fasha menjelaskan bahwa, strategi pembangunannya dalam membangun Kota Jambi itu telah diukur secara cermat, dimana dalam menerapkan konsep Smart city, dirinya tidak selalu berbicara tentang internet, namun banyak berbicara tentang bagaimana kota pintar yang semestinya, yaitu melibatkan peran serta masyarakat dan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan.
“Diawal kepemimpinan kami sebagai kepala daerah, kami mengoptimalkan kekuatan besar, yaitu partisipasi masyarakat dalam membantu pemerintah membangun Kota Jambi. Di tahun ke-1 dan ke-2 kami membangun budaya dan mindset masyarakat untuk sadar dan berpartisipasi membangun Kota Jambi, melalui berbagai inovasi. Salah satunya novasi adalah Bangkit Berdaya dan Kampung Bantar. Program tersebut terbukti sangat efektif mengakselerasi pembangunan ditengah keterbatasan dana pembangunan. Di tahun ke-3 dan ke-4, baru kami fokus membangun teknologi smart city, melalui berbagai aplikasi pelayanan publik," terang Wali Kota Jambi dua periode itu.
Fasha pun menjelaskan, dengan adanya strategi tersebut, target pembangunan Kota Jambi yang tertuang dalam RPJMD selama 5 tahun, dapat di selesaikan hanya dalam kurun waktu 3 tahun.
Lebih lanjut, Wali Kota dengan jargon Jambi Terkini itu menjabarkan berbagai strategi dan inovasi jitu dalam memecahkan permasalahan klasik yang jamak dihadapi oleh berbagai daerah di Indonesia. Salah satunya adalah melalui program inovasi Kampung Bantar dan Bangkit Berdaya, yang telah diinisiasinya pada periode pertama kepemimpinannya, sebagai Wali Kota Jambi.
"Bangkit Berdaya merupakan akronim dari Bangun Kecamatan Secara Intensif Berazaskan Swadaya, sedangkan Kampung Bantar merupakan akronim dari Kampung Bersih, Aman dan Pintar. Kampung merujuk kepada sebutan yang familiar ditengah masyarakat akan wilayah yang ada di setiap pelosok di Kota Jambi. Kedua program inovasi tersebut, hadir sebagai sebuah solusi atas keterbatasan dana pembangunan utilitas dan infrastruktur, yang hampir dihadapi oleh seluruh pemda di Indonesia. Bangkit Berdaya dan Kampung Bantar, saya yakinkan telah sukses dan mampu mengakselerasi pembangunan serta mengurangi ketimpangan antar wilayah yang ada di Kota Jambi," ungkap Fasha dengan lugas.
Bangkit Berdaya dan Kampung Bantar merupakan program percepatan pembangunan sarana prasarana dan utilitas lingkungan masyarakat yang difasilitasi oleh Pemerintah Kota Jambi. Pemkot memberi stimulus berupa bantuan bahan material/bangunan yang akan dikerjakan secara gotong royong oleh masyarakat. Output kegiatan tersebut adalah pembangunan utilitas masyarakat skala kecil yang tidak tercover dalam Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang).
Meski begitu, program ini mampu menciptakan pembangunan yang merata berbasis kepada masyarakat di wilayah kecamatan dan kelurahan supaya fokus pada pengembangan sarana/prasarana dan utilitas masyarakat.
"Ada banyak manfaat yang bisa didapat dari program ini. Selain memang menumbuhkan kembali semangat kebersamaan dan jiwa gotong royong masyarakat perkotaan, kegiatan ini juga sekaligus mampu menghemat anggaran pembangunan pemerintah daerah. Melalui Bangkit Berdaya dan Kampung Bantar, dalam 1 tahun Pemerintah Kota Jambi hanya mengeluarkan dana sebesar Rp 7,5 miliar untuk membangun jalan-jalan lingkungan di kawasan RT. Namun dampak luar biasanya adalah efisiensi APBD hingga 45%. Selain itu, program tersebut juga menimbulkan dampak positif lainnya yaitu, 'sense of belonging', rasa memiliki yang kuat akan hasil pembangunan yang akan dirasa wajib dijaga sendiri oleh masyarakat," jelas Fasha.
Program inovasi Bangkit Berdaya sendiri telah mendapatkan penghargaan 30 Deserving Cities Award 2016 Guangzhou, dan menjadi 30 inovasi Kota Dunia, Best Citizen Participation dari IOPD (International Observatory on Participation Democracy di Montreal Kanada 2016, dimana penghargaan itu juga berhasil menempatkan Kota Jambi sebagai 30 besar kota terbaik dari 7000 kabupaten/kota di dunia yang memiliki inovasi sosial inspiratif, yang secara khusus mengedepankan peran serta dan partisipasi komunitas masyarakat.
Selain itu, melalui Bangkit Berdaya, Kota Jambi juga menjadi Nominator Peace Prize for Local Government di Bogota pada UCLG 2016 atas program-program inisiatif lokal dalam menjaga keharmonisan dan kerukunan warga masyarakat.
Bangkit Berdaya juga dinilai sebagai inovasi yang unik dan menarik di mata dunia internasional, karena aktifitas pelaksanaannya melibatkan partisipasi seluruh lapisan masyarakat setempat dalam membantu pemerintah mengakselerasi pembangunan di daerah/kawasannya. Hal yang mulai langka di dunia saat ini.
Kedua program inovasi tersebut memang diciptakan Syarif Fasha selaras dengan tujuan nasional pemerintah dalam menanggulangi permasalahan klasik perkotaan, yaitu kemiskinan dan kualitas serta kuantitas utilitas perkotaan yang masih rendah.
Dengan adanya Bangkit Berdaya dan Kampung Bantar, pemerataan pembangunan di setiap kelurahan dalam Kota Jambi dapat teratasi, dan dampak pengganda lainnya adalah turut menurunkan indeks kemiskinan di Kota Jambi.
Selain memaparkan berbagai strategi, kebijakan, dan inovasi yang terkait dengan pemberdayaan masyarakat, pada kesempatan itu Wali Kota Fasha juga banyak memaparkan implementasi visinya yang terkait dengan bidang kesehatan, pendidikan, perizinan, sanitasi, penyediaan public space, green transportation, indeks pembangunan manusia, dan berbagai torehan prestasi yang telah diraih dirinya selama menahkodai Pemerintahan Kota Jambi.
Seminar nasional tersebut juga dirangkai dengan sesi diskusi dan tanya jawab, mahasiswa dan dosen kepada Wali Kota Fasha. Acara Seminar Nasional tersebut ditutup dengan pemberian Kain Ulos Khas Tanah Batak, sebagai wujud penghormatan dan keramahan masyarakat Sumatera Utara, serta cinderamata kepada Wali Kota Syarif Fasha.
(atk)