Nelayan Legokjawa Pangandaran Desak Pengerukan Alur Sungai
A
A
A
PANGANDARAN - Nelayan yang berada di Desa Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Pangandaran, Jabar terkendala saat hendak melaut lantaran sarana alur sungai tidak memadai.
Ketua Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Legok Jawa, Jamhuri mengatakan, sudah lama nelayan di Desa Legokjawa menginginkan alur sungai bisa dipakai maksimal sebagai sarana untuk keluar masuk perahu ke laut.
"Kondisi saat ini, jalur sungai yang biasa digunakan oleh nelayan tidak memadai," katanya.
Jamhuri menambahkan, apabila kondisi sungai tetap seperti sekarang, hasil produksi tangkapan ikan tidak bisa meningkat.
"Nelayan kesulitan di kala menuju laut lepas, apalagi jika kondisi gelombang sedang tinggi," tambahnya.
Jika kondisi gelombang sedang tinggi dan saluran sungai dalam kondisi dangkal, maka perahu yang digunakan terancam pecah.
"Idealnya, saluran sungai dikeruk agar tidak dangkal dan ada pemecah gelombang di laut agar air laut tidak membahayakan nelayan," papar Jamhuri.
Dia menjelaskan, potensi produksi hasil tangkapan ikan di Desa Legokjawa sangat bagus. Bahkan retribusi dari tangkapan ikan laut mencapai Rp2 miliar per tahun.
"Bagusnya potensi hasil produksi tangkapan ikan laut, rata-rata per hari mencapai Rp15 hingga Rp20 juta," jelasnya.
Jamhuri menerangkan, pada Jumat 13 September 2019 lokasi tersebut telah dikunjungi Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum.
"Pak Wagub Jabar sudah mewacanakan akan mengkaji keluhan nelayan dan pengerukan alur sungai di daerah Legokjawa," kata Jamhuri.
Realisasi pengerukan diperkirakan tahun depan karena tahun ini akan diusahakan detail engineering desain (DED).
Ketua Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Legok Jawa, Jamhuri mengatakan, sudah lama nelayan di Desa Legokjawa menginginkan alur sungai bisa dipakai maksimal sebagai sarana untuk keluar masuk perahu ke laut.
"Kondisi saat ini, jalur sungai yang biasa digunakan oleh nelayan tidak memadai," katanya.
Jamhuri menambahkan, apabila kondisi sungai tetap seperti sekarang, hasil produksi tangkapan ikan tidak bisa meningkat.
"Nelayan kesulitan di kala menuju laut lepas, apalagi jika kondisi gelombang sedang tinggi," tambahnya.
Jika kondisi gelombang sedang tinggi dan saluran sungai dalam kondisi dangkal, maka perahu yang digunakan terancam pecah.
"Idealnya, saluran sungai dikeruk agar tidak dangkal dan ada pemecah gelombang di laut agar air laut tidak membahayakan nelayan," papar Jamhuri.
Dia menjelaskan, potensi produksi hasil tangkapan ikan di Desa Legokjawa sangat bagus. Bahkan retribusi dari tangkapan ikan laut mencapai Rp2 miliar per tahun.
"Bagusnya potensi hasil produksi tangkapan ikan laut, rata-rata per hari mencapai Rp15 hingga Rp20 juta," jelasnya.
Jamhuri menerangkan, pada Jumat 13 September 2019 lokasi tersebut telah dikunjungi Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum.
"Pak Wagub Jabar sudah mewacanakan akan mengkaji keluhan nelayan dan pengerukan alur sungai di daerah Legokjawa," kata Jamhuri.
Realisasi pengerukan diperkirakan tahun depan karena tahun ini akan diusahakan detail engineering desain (DED).
(shf)