Ini Dampak Hadirnya Kawasan Industri di Wilayah Morosi Sultra

Senin, 26 Agustus 2019 - 15:17 WIB
Ini Dampak Hadirnya Kawasan Industri di Wilayah Morosi Sultra
Ini Dampak Hadirnya Kawasan Industri di Wilayah Morosi Sultra
A A A
KONAWE - Hadirnya kawasan industri pengolahan ore nikel, PT. Virtue Dragon Nikel Industri (VDNI), mengubah wajah Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra). Lima tahun lalu, sebelum hadirnya kawasan industri, Morosi, seperti kecamatan lain di wilayah Konawe, aktivitas warganya cukup terbatas.

Kini, wilayah itu telah menjadi perbincang publik, aktivitas warga dan pekerja di kawasan industri tersebut, berlangsung selama 24 jam, setiap hari.

Orang-orang keluar masuk hanya untuk kerja. Banyak masyarakat mencari rejeki, seperti membuka rumah singgah untuk makan dan minum.

Seorang pemilik warung makan seafood di lingkar perusahaan, April, mengaku nilai pendapatannya per hari dari hadirnya investasi tersebut, sedikitnya bisa meraup keuntungan Rp 4 juta perhari.

Ini ia dapatkan dari penjualan makanan seafood kepada tenaga kerja dari dalam perusahaan. Baik lokal maupun TKA.

“Anak buah saya lima ada tukang masak dan pelayan. Semuanya digaji sesuai upah yang ditetapkan pemerintah daerah,” kata April.

Pendapatan 4 juta rupiah per hari, kata April, sudah termasuk biaya lain, seperti gaji karyawan, sewa tempat dan belanja modal.

Jauh dari warung April, masih di sekitar kawasan industri, terdapat warung aneka bakso, milik seorang permpuan bernama Warni.

“Kalau saya karena habis istirahat satu tahun. Ini baru menjual lagi. Kalau penghasilan mencapai Rp 1.5 perharinya” ungkapnya

Selain mengubah perekoniman warga, setiap 17 Agustus, PT VDNI di Morosi, perusahaan milik Cina, juga menggelar upacara pengibaran bendera merah putih.

Meski selalu mendapat kritik, perusahaan ini mencoba membuat background nasionalisme atau cinta tanah air Indonesia. Perayaan peringataan hari kemerdekaan Republik Indonesia, di kawasan industri ini, sudah kali keempat.

Direktur PT VDNI, Tony Zhou mengaku, pertama kali hadir di Sultra, bertekad wilayah Morosi harus sejahtera, bahkan bercita-cita membangun Konawe dan Sultra melalui investasi ini dengan pemerintah.

"Yah itu harapan saya. Harus sejahtera masyarakatnya. Kehadiran kami disini bukan semata-mata investasi, tetapi harus memberi dampak positif terhadap peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat” jelas Tony Zhou.

Kesejahteraan tidak saja dilihat dari kondisi masyarakat lingkar PT VDNI, namun menurut Tony, Ada sisi lain yang bisa diukur sebagai kinerja perusahaan untuk meningkatkan nilai pendapatan masyarakat, yaitu penyerapan tenaga kerja.

Tenaga kerja lokal kata Tony, menjadi prioritas perusahaan. Tony menyebut, banyak posisi dan tawaran pekerjaan yang bisa dilakukan oleh tenaga kerja lokal di VDNI. Buktinya, lima tahun pertama penyerapan tenaga kerja lokal baik di Konawe maupun luar Konawe, mencapai 10 ribu orang.

“Data tenaga kerja kami untuk lokal sudah mencapai sepuluh ribu orang. Sedangkan tenaga kerja dari Cina hanya delapan ratus orang,” katanya

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, mendukung upaya pihak PT. VDNI, mementingkan penyerapan tenaga kerja lokal.

Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Sultra, Saemu Alwi mengaku, pemerintah akan membantu menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) berkompeten.

“Kami banyak melakukan pelatihan teknis untuk SDM kita. Sehingga dapat dipakai dan benar-benar profesional. Untuk tenaga kerja lokal kita memang, dilatih untuk menghadapi investasi seperti VDNI dan OSS itu,” kata Saemu di kantornya, Jumat 16 Agustus 2019.

Namun menurut Saemu Alwi, pemerintah tetap melakukan pengawasan Tenaga Kerja Asing (TKA) di kawasan PT. VDNI, bekerja sama dengan banyak pihak, salah satunya imigrasi. Pengawasan ini, menurut Saemu Alwi, berlaku pada semua perusahaan mempekerjakan TKA.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3249 seconds (0.1#10.140)