Kebakaran Lahan Picu Konflik Manusia dan Gajah di Riau
A
A
A
PEKANBARU - Kebakaran hutan dan lahan ( Karhutla ) di Riau tidak hanya berdampak kepada manusia dan ekonomi, namun juga berpengaruh terhadap kelangsungan hidup gajah Sumatera (Elepahas Maxsimus Sumateranus).
Aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) World Wildlife Fund (WWF) Internasional untuk wilayah Riau meminta pemerintah segera menangani kebakaran tersebut. Sebab, dampak dari Karhutla menggangu kelangsungan satwa yang diambang kepunahan itu.
"Kebakaran berdampak pada kehilangan keanekaragaman hayati termasuk pakan alami gajah," kata Humas WWF, Riau Syamsidar, Selasa (6/8/2019).
Dia menegaskan, kebakaran hutan dan lahan memicu konflik baru antara manusia dan gajah. Biasanya, para pelaku akan beraktivitas kembali seperti menanam sawit, kebun dibekas lahan yang sebelumnya terbakar.
Ini sering terjadi saat pascakarhutla. Lahan lahan terbakar sebagian juga menjadi areal gajah maupun perlintasan gajah.
"Ditambah lagi lahan terbuka menyebabkan menyempitnya habitat gajah. Ini akan memicu konflik apa lagi jika lahan tersebut dijadikan lahan aktivitas manusia," imbuhnya.
Gajah Sumatera di Riau saat ini tersebar di sejumlah kabupaten dan kota di Riau. Namun kantong kantong gajah di Riau banyak rusak akibat aktivitas perambahan baik oleh manusia ataupun korporasi.
Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) Riau yang merupakan salah satu kantong gajah Sumatera saat ini juga terbakar. Lebih dari separuh hutan konservasi TNTN dibakar dan dirambah dan disulap jadi permukiman dan perkebunan.
"Karhutla juga merusak pakan alami gajah Sumatera yakni tumbuhan semamtung. Saat ini polulasi Gajah Suamtera di Riau sekitar 300 ekor," imbuhnya.
Aktivis konservasi lingkungan dan satwa langka dari Wildlife Conservation Indonesia (WCI) menegaskan jika kebakaran berada di sekitar aktivitas gajah akan membuat konflik.
"Jika kebakaran ada di dekat akan memicu konflik. Gajah akan menjauh dari kebakaran dan bisa mendekat ke kebun masyarakat dan konflik baru akan terjadi," ucap Pembina Wildlife Conservation Indonesia Muhammad Arif.
Kebakaran di Riau menyebabkan ribuan hektare hutan dan lahan musnah. Ribuan warga terjangkit penyakit ISPA (Inpeksi Saluran Pernapasan Akut) akibat menghirup kabut asap.
Selain lahan warga, kebakaran juga terjadi di banyak perusahaan seperti di areal PT Surya Dumai, PT Jatim Jaya Perkasa Teluk Bano II, PT Wahana Sawit Subur Indah, PT Seraya Sumber Lestari dan PT Langgam Inti Hibrindo (LIH), PT Arara Abadi Sinarmas Group dan ladang minyak milik Badan Operasi Bersama PT Bumi Siak Pusako (BOB BSP)-Pertamina Hulu.
Aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) World Wildlife Fund (WWF) Internasional untuk wilayah Riau meminta pemerintah segera menangani kebakaran tersebut. Sebab, dampak dari Karhutla menggangu kelangsungan satwa yang diambang kepunahan itu.
"Kebakaran berdampak pada kehilangan keanekaragaman hayati termasuk pakan alami gajah," kata Humas WWF, Riau Syamsidar, Selasa (6/8/2019).
Dia menegaskan, kebakaran hutan dan lahan memicu konflik baru antara manusia dan gajah. Biasanya, para pelaku akan beraktivitas kembali seperti menanam sawit, kebun dibekas lahan yang sebelumnya terbakar.
Ini sering terjadi saat pascakarhutla. Lahan lahan terbakar sebagian juga menjadi areal gajah maupun perlintasan gajah.
"Ditambah lagi lahan terbuka menyebabkan menyempitnya habitat gajah. Ini akan memicu konflik apa lagi jika lahan tersebut dijadikan lahan aktivitas manusia," imbuhnya.
Gajah Sumatera di Riau saat ini tersebar di sejumlah kabupaten dan kota di Riau. Namun kantong kantong gajah di Riau banyak rusak akibat aktivitas perambahan baik oleh manusia ataupun korporasi.
Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) Riau yang merupakan salah satu kantong gajah Sumatera saat ini juga terbakar. Lebih dari separuh hutan konservasi TNTN dibakar dan dirambah dan disulap jadi permukiman dan perkebunan.
"Karhutla juga merusak pakan alami gajah Sumatera yakni tumbuhan semamtung. Saat ini polulasi Gajah Suamtera di Riau sekitar 300 ekor," imbuhnya.
Aktivis konservasi lingkungan dan satwa langka dari Wildlife Conservation Indonesia (WCI) menegaskan jika kebakaran berada di sekitar aktivitas gajah akan membuat konflik.
"Jika kebakaran ada di dekat akan memicu konflik. Gajah akan menjauh dari kebakaran dan bisa mendekat ke kebun masyarakat dan konflik baru akan terjadi," ucap Pembina Wildlife Conservation Indonesia Muhammad Arif.
Kebakaran di Riau menyebabkan ribuan hektare hutan dan lahan musnah. Ribuan warga terjangkit penyakit ISPA (Inpeksi Saluran Pernapasan Akut) akibat menghirup kabut asap.
Selain lahan warga, kebakaran juga terjadi di banyak perusahaan seperti di areal PT Surya Dumai, PT Jatim Jaya Perkasa Teluk Bano II, PT Wahana Sawit Subur Indah, PT Seraya Sumber Lestari dan PT Langgam Inti Hibrindo (LIH), PT Arara Abadi Sinarmas Group dan ladang minyak milik Badan Operasi Bersama PT Bumi Siak Pusako (BOB BSP)-Pertamina Hulu.
(rhs)