Kabar Harimau Muncul di Hutan Cemaskan Masyarakat Karo
A
A
A
MEDAN - Masyarakat Kabupaten Tanah Karo , Provinsi Sumatera Utara (Sumut) mengaku cemas dan takut dengan adanya kabar kemunculan harimau di perbatasan Desa Tongging, Kecamatan Merek.
Sebagian besar warga tidak berani beraktivitas di sekitar hutan karena takut menjadi mangsa hewan buas tersebut. Berdasarkan laporan warga, harimau itu terlihat di Desa Tongging Kecamatan Merek Kabupaten Karo. Desa yang berbatasan dengan hutan ini lokasinya berjarak sekitar 110 kilometer dari Kota Medan.
Tim dari Seksi Konservasi Wilayah I Sidikalang, Bidang Konservasi Wilayah I Kabanjahe, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut sudah berada di lokasi sejak Selasa (30/7/2019). Mereka masih memverifikasi kebenaran laporan tesebut.
"Kita sekarang ini masih upaya pembuktian dari laporan warga itu," kata Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Sidikalang, Tuahman Raya Tarigan, Kamis (1/8/2019).
Dikatakannya, berdasarkan laporan awal yang mereka peroleh, seorang warga melihat harimau pada Minggu (28/7/2019). Saat itu yang bersangkutan sedang berada di atas pohon mangga. Objek yang disangka harimau itu berjarak sekitar 50 meter dari pohon mangga tersebut. Informasi itu langsung membuat warga takut. Mereka tidak berani beraktivitas ke kebun.
Menurut Tarigan, situasi yang meresahkan inilah yang coba diredam. Berdasarkan keterangan warga, lanjut Tarigan, kemunculan harimau di desa ini merupakan yang pertama sekali, setidaknya dalam lima dekade terakhir. Kemunculan harimau terdekat diketahui ada di Desa Paropo, Kecamatan Silalahi Sabungan, Kabupaten Dairi, sekitar 25 km dari Tongging. Sekitar bulan Juni 2019, warga Paropo ada yang melihat harimau.
Seterusnya warga desa melakukan pembakaran sebagai upaya mengusir harimau itu. Ada dugaan harimau tersebut berpindah ke Tongging, tapi hal ini masih spekulatif. Tarigan menyebutkan berdasarkan temuan sementara di Tongging, mereka baru sebatas menemukan jejak babi hutan di lokasi yang diduga tempat harimau itu muncul.
Begitupun, pelacakan masih terus berlangsung. Langkah-langkah penanganan selanjutnya, bergantung pada temuan yang diperoleh di lapangan. "Langkah selanjutnya, kalau memang ada. Pasti akan dilakukan antisipasi," tegas Tarigan.
Sebagian besar warga tidak berani beraktivitas di sekitar hutan karena takut menjadi mangsa hewan buas tersebut. Berdasarkan laporan warga, harimau itu terlihat di Desa Tongging Kecamatan Merek Kabupaten Karo. Desa yang berbatasan dengan hutan ini lokasinya berjarak sekitar 110 kilometer dari Kota Medan.
Tim dari Seksi Konservasi Wilayah I Sidikalang, Bidang Konservasi Wilayah I Kabanjahe, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut sudah berada di lokasi sejak Selasa (30/7/2019). Mereka masih memverifikasi kebenaran laporan tesebut.
"Kita sekarang ini masih upaya pembuktian dari laporan warga itu," kata Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Sidikalang, Tuahman Raya Tarigan, Kamis (1/8/2019).
Dikatakannya, berdasarkan laporan awal yang mereka peroleh, seorang warga melihat harimau pada Minggu (28/7/2019). Saat itu yang bersangkutan sedang berada di atas pohon mangga. Objek yang disangka harimau itu berjarak sekitar 50 meter dari pohon mangga tersebut. Informasi itu langsung membuat warga takut. Mereka tidak berani beraktivitas ke kebun.
Menurut Tarigan, situasi yang meresahkan inilah yang coba diredam. Berdasarkan keterangan warga, lanjut Tarigan, kemunculan harimau di desa ini merupakan yang pertama sekali, setidaknya dalam lima dekade terakhir. Kemunculan harimau terdekat diketahui ada di Desa Paropo, Kecamatan Silalahi Sabungan, Kabupaten Dairi, sekitar 25 km dari Tongging. Sekitar bulan Juni 2019, warga Paropo ada yang melihat harimau.
Seterusnya warga desa melakukan pembakaran sebagai upaya mengusir harimau itu. Ada dugaan harimau tersebut berpindah ke Tongging, tapi hal ini masih spekulatif. Tarigan menyebutkan berdasarkan temuan sementara di Tongging, mereka baru sebatas menemukan jejak babi hutan di lokasi yang diduga tempat harimau itu muncul.
Begitupun, pelacakan masih terus berlangsung. Langkah-langkah penanganan selanjutnya, bergantung pada temuan yang diperoleh di lapangan. "Langkah selanjutnya, kalau memang ada. Pasti akan dilakukan antisipasi," tegas Tarigan.
(rhs)